Vote & Comment
.....................
.
.
" Hiruk piuk perkotaan mengusik di telinga bersamaan dengan perasaan aneh yang mengandung kekecewaan didalam diri "
~Alwi Manras Abraham~
**
Dua hari kemudian
Kesibukannya mencari berbagai ide dan inspirasi buat menulis membuatnya terus berkutat dengan laptopnya, menyusun setiap kerangka ide yang di perolehnya sehingga menjadi sebuah tulisan.
Namun, konsentrasinya itu terkadang buyar karena seseorang yang terus-terusan mengikutinya, siapa lagi kalau bukan Shayla.
" Hari ini kita mau kemana Alwi ? " Tanya Shayla saat mereka bertemu di lantai satu penginapan.
" Gak kemana-mana, " ujar Alwi.
" Masih aja ketus, " ucap Shayla.
" Kamu tidak bosan mengikuti saya selama dua hari ini ? " Ucap Alwi, Shayla hanya tersenyum tipis dan beralih berdiri tegak.
" Nggak, malahan dengan mengikuti kamu aku bisa mengetahui kota ini, "
Alwi hanya membuang napas pelan mencoba tetap menenangkan dirinya, ia pun berusaha untuk menasehati Shayla agar bisa mengerti.
" Shayla, kamu itu perempuan dan saya laki-laki, kita bukan mahrom jadi tidak baik selalu berdekatan dan bersama seperti kemarin-kemarin, " ucap Alwi pelan berharap perempuan itu paham atas apa yang diucapkannya barusan.
" Aku paham kok, tapi disini cuma kamu teman aku, emang ada siapa lagi coba ? berkomunikasi saja aku susah, " jawab Shayla dengan wajah cemberut.
Alwi hanya menghembuskan napas kasar. " Ok, kamu bisa ikut saya, asalkan tetap tau batasan, " tekan Alwi pada akhir ucapannya.
" Ok deh, siap, " jawab Shayla dengan tersenyum dan tangan kanan menyentuh kening membentuk hormat.
Alwi bermaksud untuk pergi ke Taksim Square tepatnya di pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota untuk membeli sesuatu yang ia perlukan, dengan berat hati ia pergi bersama dengan Shayla, perempuan yang terus mengikutinya beberapa hari ini. Namun, ditengah hiruk piuk perkotaan, perasaan Alwi terasa berbeda seakan ada perasaan aneh yang berdesir disana, dua hari ini ia tak lagi bertemu dengan wanita bercadar itu yang bahkan ia belum tau namanya.
Seperti biasa mereka berdua berangkat menuju Taksim Square dengan menggunakan taksi yang berbeda, pusat kota terlihat ramai meskipun hari masih pagi, kendaraan yang berlalu lalang serta para pejalan kaki yang menikmati suasana pagi ini yang sedikit menghembuskan udara dingin.
Langkah kaki Alwi dan Shayla kini berpijak tepat di dekat Taksim Square setelah turun dari taksi masing-masing.
" Masya Allah, ramai banget, " ucap Shayla terkagum, untuk orang yang baru pertama kali mengunjungi Taksim Square.
" Mau disitu aja ? " Tanya Alwi yang melihat Shayla masih menatap takjub tempat itu, ia melangkah lebih dulu, sedangkan Shayla hanya cengengesan tak menjawab sembari mengikuti langkah Alwi dari belakang.
Sebuah mobil taksi tiba-tiba melintas dari sebelah kanan Alwi, karena merasa terganggu dengan Shayla Alwi tidak fokus hingga hampir ditabrak oleh mobil taksi itu.
" Astaghfirullah. " Napas Alwi memburu ketika menyadari ia hampir di tabrak oleh sebuah mobil taksi, jika saja itu terjadi bukan sopir taksi yang disalahkan, melainkan dirinya sendiri yang tidak fokus melihat kiri kanannya. Sedangkan Shayla yang tak jauh dibelakang Alwi membelalakkan mata dengan menghembuskan napas berat, hampir saja kecelakaan terjadi didepan matanya.
Seorang pria tiba-tiba turun dari mobil taksi itu dengan perasaan panik. " Anda tidak apa-apa Mas ? " Tanyanya dalam bahasa turki yang terdengar fasih.
" Alhamdulillah, saya tidak apa-apa, " jawab Alwi dengan jantungnya yang masih sedikit berpacu.
" Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu, " balas pria itu. " Saya minta ma.. " Ucapan pria itu tiba-tiba terpotong ketika menatap Alwi, nampak dari wajahnya ia sedang berpikir.
" Kak Alwi ya ? " Tanyanya tiba-tiba dalam bahasa Indonesia. Alwi yang mendengar ucapan bahasa Indonesia pria itu ia pun tergelak.
Alwi hanya mengernyitkan dahinya, " anda siapa ? " Ucap Alwi balik bertanya.
" Benarkan ini kak Alwi ? " Tanya pria itu untuk memperjelas.
" Iya betul, tapi anda siapa ? " Alwi mencoba menerawang mengingat wajah pria didepannya ini, apa benar ia mengenalnya, tapi dimana.
" Masya Allah, gak nyangka bakal ketemu disini, udah lama banget loh kak, saya Gifran sepupunya Afra, " jawab pria itu yang ternyata Gifran sepupu Afra anak dari Feri dan Ririn.
" Gifran anaknya Om Feri ? " Tanya Alwi dengan wajah sedikit terkejut ketika mengetahuinya. Gifran hanya menjawab dengan anggukan disertai senyum diwajahnya.
Tentu mereka terkejut, setelah tujuh belas tahun mereka tak sengaja bisa bertemu di negeri Al-fatih ini, setelah terakhir kali saat mereka masih kecil tepatnya saat berkumpul di puncak Bandung, Indonesia.
Gifran mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya, foto beberapa anggota keluarga disana yang sedang mengulas senyuman, Alwi pun percaya orang yang didepannya ini adalah Gifran. Mereka saling berpelukan singkat untuk beberapa saat.
" Kamu darimana dan mau kemana ? "
" Saya baru datang dari Indonesia kak, ada undangan dari kolega bisnis di Istanbul, sekalian juga ketemu sepupu, " jelas Gifran, Alwi mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar kata sepupu dari mulut Gifran, apakah sepupu yang dimaksudnya adalah Afra ?itu yang ada dipikiran Alwi saat ini.
" Maksud kamu Afra ? " Tanya Alwi tidak mau memendam rasa penasarannya. Gifran pun menjawab dengan anggukan.
Berarti Afra saat ini ada di Istanbul.. Batin Alwi.
Beberapa saat Alwi hanya terdiam, namun tatapan Gifran berpindah pada seorang perempuan berjilbab yang berada tak jauh dari Alwi yang kini tengah menatap kearah mereka berdua.
Oh, ternyata ka Alwi sudah menikah.. Batin Gifran.
" Kak, nanti datang ya di acara pembukaan cabang perusahaan baru kolega Gifran, " ajak Gifran. " Oh iya, Afra juga akan ada disana, " tambahnya.
" Insya Allah, saya akan usahakan untuk datang, " jawab Alwi.
" Kalau begitu Gifran pamit dulu kak. Assalamu'alaikum, " ucap Gifran mengakhiri pertemuan singkat mereka yang setelah tujuh belas tahun itu.
Alwi hanya mengangguk. " Wa'alaikumussalam "
Mobil taksi yang ditumpangi Gifran pun berlalu dari hadapan Alwi. Shayla mengambil posisi tepat disebelah Alwi.
" Astaghfirullah, " ucap Alwi spontan ketika menyadari Shayla berada disebelahnya. " Jaga jarak, " mendengar itu Shayla mundur satu langka.
" Siapa tadi itu Alwi ?, spertinya orang Indonesia juga, " ucap Shayla.
" Kenalan saya, biar saya jelaskan juga kamu tidak akan tau, " jawab Alwi kemudian melanjutkan langkah menuju pusat perbelanjaan.
" Ketus amat, " ucap Shayla lirih sembari menatap sekilas mobil taksi yang ditumpangi Gifran yang masih terlihat, kemudian kembali mengikuti langkah Alwi dari belakang.
.
.
✏ ✏ ✏
Assalamu'alaikum. Alreaders.
Alhamdulillah. Bab 17.
~^_^~
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dekap Purnama (ON GOING)
EspiritualMenolak untuk menjadi pewaris perusahaan sang ayah, Alwi Manras Abraham berkeinginan untuk menikmati sesuatu dari usahanya sendiri dan merintisnya dari nol. Hingga akhirnya ia bertemu seorang wanita yang menjadi pendamping hidupnya Afrana Cynthia Al...