Vote & Comment
.....................
.
.
" Awal perjalanan untuk menentukan sebuah titik, titik yang menjadi tujuan dengan sebuah inspirasi "
~Alwi Manras Abraham~
**
Setelah mengembalikan paspor milik wanita itu, Alwi kembali masuk ke dalam cafe untuk menyantap pesanannya yang ternyata telah siap di atas mejanya. Pikirannya beralih pada kejadian diluar cafe tadi, ia berpikir mungkin sudah banyak orang di istanbul yang paham dengan bahasa Indonesia.
Alwi menyeruput cappuchino-nya perlahan-lahan dengan kemudian mencicipi juga kebab yang dipesannya bersamaan dengan cappuchino itu, matanya nanar menatap keluar cafe, satu hal yang ada di pikirannya saat ini yaitu saat bertemu wanita bercadar diluar tadi entah mengapa ia merasa wanita itu seakan tidak asing baginya.
Apakah pernah bertemu sebelumnya ? atau tak sengaja bertemu ?, Alwi hanya menggelengkan kepalanya pelan mencoba mengusik pikiran itu.
Alwi hanya menghela napas pelan sembari menyeruput cappuchino itu setelahnya, dirinya juga masih tengah memikirkan hal apa yang akan dilakukannya kedepan nanti, karena mengingat dirinya menolak untuk menjadi penerus perusahaan Ayahnya.
Profesi apa yang mungkin cocok untuk dirinya, hal itulah yang masih dipikirkannya bukan hanya saat ini tapi, semenjak masih di indonesia saat dimana ia menolak tawaran sang Ayah untuk menjadi penerus, ditambah dengan pikirannya tentang perjodohannya nanti.
Alwi mengeluarkan sebuah buku kecil dan pena dari dalam tas selempangnya, kemudian menuliskan beberapa kalimat disana.
Dear Jodohku...
Engkau yang berada disana, entah dimana keberadaanmu yang tak ku ketahui pasti. Aku hanya yakin dengan apa yang akan Allah takdirkan untukku. Dimana hanya sang Rabb yang membolak-balikkan hati inilah yang bisa melabuhkan hatiku kepada siapa.
Mungkin saja, engkau adalah seseorang yang akan dijodohkan denganku beberapa yang akan datang, atau mungkin juga tidak.
Kepasrahan hati ini sudah ku lakukan, demi mencapaimu seseorang yang akan berjodoh denganku.
Kadang, seuntai kalimat melintas dipikiranku, kalimat yang mengandung pertanyaan. Apakah dia sedang memikirkannya juga ?, dia yang entah siapa ? dimana ? dan kapan kami akan bertemu ?.
Bagaikan sebuah misteri kehidupan, sebuah teka-teki yang sulit untuk di pecahkan namun jawaban telah jelas tertulis di lauh mahfuz-Nya.
Alwi Manras Abraham
Tangan Alwi berhenti menari diatas buku kecil itu diakhirnya dengan tanda titik dan menuliskan namanya setelah itu di pojok kanan bawah.
Seketika sebuah hal yang tiba-tiba saja melintas di kepala Alwi membuat matanya sedikit berbinar memikirkannya. Sebuah profesi yang mungkin bisa digelutinya yaitu menjadi seorang penulis.
Menjadi seorang penulis mungkin merupakan ide yang bagus yang bisa dilakukannya saat ini, esok, dan nanti. Alwi pun telah memutuskan meyakinkan dirinya dengan sepenuh hati bahwa ia akan menjadi seorang penulis dan akan memulainya mulai dari nol.
Alwi merasa sedikit tenang mungkin ia sudah menemukan sebuah profesi yang tepat untuknya. Entah darimana sebuah inspirasi datang untuknya hingga ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis.
Walaupun pikirannya sudah terisi oleh berbagai pikiran, namun ia tak bisa lepas dari wanita tadi yang terasa tidak asing baginya. Siapa dia ?, itulah pertanyaan yang ada di benak Alwi. Kesalahannya adalah tidak menanyakan nama wanita itu, tapi Alwi sangat segan untuk bertanya, lagipula untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, karena semuanya bisa saja bermula dari hal-hal yang paling kecil seperti perkenalan nama mungkin.
Namun, Alwi juga berpikir meskipun ia bertanya tidak ada jaminan wanita bercadar itu akan memberitahukan namanya, karena mungkin ia akan menjaganya hanya untuk orang yang menjadi pendampingnya nanti.
Alwi hanya menggaruk kepalanya pelan dan kembali memasukkan buku kecil serta pena ke dalam tas selempangnya kemudian kembali menyeruput cappuchino-nya dan juga memakan kebab.
Sebenarnya Alwi akan memulai untuk menulis mulai hari ini, hanya saja ia tidak membawa laptop untuk saat ini, lagipula dirinya juga belum mendapatkan sebuah ide untuk apa yang akan dituliskannya nanti.
Alwi pun memutuskan untuk mencari sebuah inspirasi dulu agar ia bisa mendapatkan sebuah ide untuk ditulisnya nanti.
Usai bergelut dengan pikiran-pikirannya, Alwi pun memutuskan untuk beranjak pergi mengingat juga dirinya sudah hampir satu setengah jam lebih duduk di cafe, sebelum benar-benar beranjak Alwi kembali menyeruput cappuchino-nya yang sudah dingin itu hingga tandas dan juga kebab yang telah ia habiskan sebelum ia menyeruput cappuchino-nya yang terakhir.
Alwi pun melangkahkan kakinya menuju kasir yang tak jauh dari tempat duduknya untuk membayar pesanannya tadi.
" Toplamda ne kadar ? " Ucap Alwi, mungkin jika hanya kata-kata yang umum digunakan ia tidak memerlukan bantuan aplikasi untuk men-translate ucapannya. Wanita di kasir itupun menjawab dengan total harga pesanan Alwi tadi, kemudian Alwi pun memberikan sejumlah uang untuk membayar.
Seketika sebuah dentuman keras tiba-tiba terdengar, kemudian bersamaan dengan orang-orang yang langsung berlarian dan berkerumun.
Orang-orang yang berada didalam cafe merasakan kepanikan dan bertanya-tanya, apa yang sedang terajadi. Bahkan orang yang berada didalam cafe sebagian berhamburan keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Alwi masih dalam keadaan diam berdiri didepan meja kasir dengan pandangannya menatap keluar cafe melihat orang-orang yang berlarian dan kerumunan disekitar situ.
Pikiran Alwi masih belum connect dengan baik dirinya seolah masih bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di luar cafe ?, Beberapa menit kemudian dirinya memutuskan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, sesampainya di luar cafe Alwi dikagetkan dengan suara ambulance yang datang dari arah kanannya dengan kecepatan yang terbilang cepat, hingga mobil ambulance itu membelah jalanan pusat kota Istanbul.
.
.
Apa yang terjadi yah ?.....
#Jaga_Iman #Jaga_Imun #Stay_Safe
Ikutin terus yah..
✏ ✏ ✏
Assalamu'alaikum. Alreaders.
Alhamdulillah. Bab 6.
~^_^~
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dekap Purnama (ON GOING)
SpiritualitéMenolak untuk menjadi pewaris perusahaan sang ayah, Alwi Manras Abraham berkeinginan untuk menikmati sesuatu dari usahanya sendiri dan merintisnya dari nol. Hingga akhirnya ia bertemu seorang wanita yang menjadi pendamping hidupnya Afrana Cynthia Al...