Bab 4. Sebuah Paspor

14 3 0
                                    

Vote & Comment

.....................

.

.

" Takdir yang menciptakan awal sebuah pertemuan, pertemuan dikala tak saling mengenal. Entah kemana takdir membawa, hanya Allah yang mengetahui "

~Alwi Manras Abraham~

**

Langkah kaki Alwi beranjak keluar dari pesawat, dirinya menuju parkiran bandara berharap ada taxi yang bisa ia tumpangi menuju hotel untuk ia menginap malam ini, dengan koper yang dipegangnya Alwi menunggu didepan bandara, saat ia berbalik kopernya bertabrakan dengan koper seseorang.

" 'Afwan "

" 'Afwan "

Ucap mereka bersamaan saat kopernya saling tabrak.

Alwi langsung tergelak, ternyata seorang wanita bercadar yang tengah berada didepannya. Wanita itupun tengah membereskan beberapa berkas yang dipegangnya tadi berhamburan dilantai parkiran bandara, sebelum itu Alwi yang ingin membantu pun terhenti, ketika wanita itu menolak bantuannya dengan bahasa Turki yang masih dimengerti oleh Alwi, diketahuinya itu adalah sebuah penolakan. Setelah menempuh strata 1 & 2 di Istanbul, kemudian kembali ke indonesia bahasa Turki seakan telah luntur dari pikirannya, tapi jika ia belajar kembali bahasa ini ia pasti dengan mudah untuk memahami, karena sudah pernah belajar sebelumnya.

Setelah selesai membereskan berkas yang berhamburan tadi wanita itu pun beranjak dari hadapan Alwi dengan mengucapkan sesuatu sebelum itu tapi dalam bahasa Turki Alwi mengerti dengan itu, hanya saja ia tidak tau akan menjawab bagaimana karena bahasa Turkinya belum baik. Alwi hanya menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan mengedikkan kedua bahunya saat wanita itu telah pergi, Alwi merasa awal yang buruk dia berada di Turki.

Mata Alwi mengarah pada sesuatu yang tergeletak dilantai, sebuah buku kecil yang ternyata adalah sebuah paspor, Alwi tidak ingin membuka paspor itu namun, ia sudah bisa menduganya bahwa paspor itu adalah miliki wanita bercadar tadi. Alwi hendak menyusul wanita itu untuk mengembalikan paspor itu namun, wanita itu telah lebih dulu masuk kedalam mobil dengan seorang sopir yang telah menunggunya.

Setelah lumayan lama berdiri di parkiran bandara, Alwi memutuskan untuk segera mencari taksi namun, sedari tadi tak kunjung didapatnya. Matanya nanar dan berbinar ketika melihat sebuah mobil dengan ada sebuah tulisan diatasnya, Alwi sudah bisa mengartikan di kepalanya bahwa tulisan itu adalah taksi. Dan benar saja, seseorang keluar dari dalam mobil itu dan menurunkan beberapa kopernya. Dengan cepat Alwi pun mendekat ke arah mobil itu. 

Setelah sampai di mobil itu, ia langsung bertemu sang sopir. Baru saja Alwi akan membuka suara, sopir itu telah berbicara terlebih dahulu tentu saja dengan bahasa yang tak lagi Alwi pahami hanya sedikit yang bisa ia pahami. Alwi hanya kebingungan, akhirnya ia memutuskan untuk berbicara dengan menggunakan bahasa inggris saja.

" Can you take me to the nearest hotel from here " Ucap Alwi dengan lancarnya. Namun, diluar dugaannya ternyata sopir itu sama sekali tidak memahaminya, terlihat dari sopir itu menggelengkan kepalanya.

Alwi pun memutuskan untuk menggunakan aplikasi di ponselnya untuk men-translate bahasanya ke bahasa Turki. Alwi pun mengusap layar ponselnya dan membuka aplikasi itu kemudian mulai berbicara pada ponselnya.

" Bisakah anda membawa saya ke hotel terdekat dari si.. "

" Boleh " Uacapan Alwi terpotong ketika sopir itu menjawabnya dengan bahasa indonesia, Alwi pun kembali mematikan ponselnya.

" Bapak tau bahasa Indonesia ? "

" Alhamdulillah, sedikit paham "

Alwi hanya menepuk dahinya seiring dengan tawanya pelan, sopir itupun ikut tertawa. Alwi seakan menertawakan tingkahnya tadi, entah kenapa juga dia tidak mencobanya dengan bahasa Indonesia.

Alwi pun langsung masuk kedalam mobil, tidak ingin berlama-lama lagi diluar karena suhu terasa dingin dimalam hari.

" Belajar bahasa Indonesia dari mana Pak ? " Tanya Alwi setelah masuk kedalam mobil, dengan kopernya ia sudah masukkan dibagasi.

" Dulu ada teman saya dari Indonesia, saya belajar bahasa Indonesia dari dia, dan dia belajar bahasa Turki dari saya " Jelas bapak itu meski belum terlalu fasih, Alwi hanya mengangguk paham.

Mobil taksi itu pun meninggalkan parkiran Ataturk Airport menuju hotel terdekat untuk Alwi menginap beberapa hari sembari menunggu Ayah dan Bundanya datang dari Indonesia. Pikiran Alwi pun kembali terpaut pada seorang wanita bercadar di bandara tadi, pasalnya paspor wanita itu saat ini berada ditangan Alwi, entah bagaimana caranya ia untuk mengembalikannya.

Taksi itu menembus jalanan kota Istanbul dimalam hari, kendaraan roda empat ataupun roda dua berlalu-lalang dijalanan hingga terlihat sedikit ramai, gedung-gedung terlihat bercahaya dimalam hari dengan lampu-lampu yang beragam warna. Mata Alwi memandang keluar jendela mobil dan mulai mengingat bagaimana dulu ia menempuh pendidikannya di negeri ini, negeri yang terkenal dengan seorang sultan dengan nama asli Sultan Mehmed II yang menjadi panglima perang dan berhasil menaklukkan konstantinopel di usianya yang terbilang masih sangat muda, pahlawan Islam yang di kenal dengan nama Sultan Muhammad Al-Fatih. 

Masih teringat jelas di ingatannya, perjalanan menempuh pendidikan yang dilaluinya beberapa tahun.

Taksi terus melaju hingga akhirnya berhenti disalah satu hotel, atau sebut saja penginapan karena tidak terlalu besar. Alwi pun tergelak dari lamunannya kemudian membayar taksi.

" Terimakasih yah pak "

" Iya sama-sama " Meski belum terlalu fasih dalam berbahasa Indonesia, sopir itu tetap menjawabnya.

Alwi pun turun dari mobil dan mengeluarkan kopernya dari bagasi di bantu sopir tadi.

Tak ingin berlama-lama lagi diluar karena udara yang sudah terasa menyengat dikulit Alwi pun segera masuk kedalam penginapan dan memesan sebuah kamar untuknya untuk beberapa hari kedepan.

Penginapan yang mempunyai dua lantai itu, Alwi mendapat kamar dilantai dua. Kini pandangannya terpaut pada jalanan kota Istanbul yang ramai dengan pengendara. Dengan ditemani oleh secangkir teh hangat yang terlihat masih mengepul asap dari cangkir itu, pikiran Alwi pun kini berpusat pada sebuah hal yang menjadi latar belakang mengapa ia berada di kota Istanbul saat ini, yaitu karena satu alasan "Perjodohan", sebuah perjodohan untuknya dengan putri teman sang Ayah melalui prosesi ta'aruf nantinya.

Alwi hanya menghela napas pelan sembari pandangannya masih tertuju pada jalanan perkotaan, ia hanya memasrahkannya kepada Rabb yang membolak-balikkan hati seorang hamba, kemudian menyeruput teh hangatnya itu hingga tandas. Setelah beberapa menit bersantai, Alwi pun beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu terlebih dahulu kemudian tempat tidur untuk mengistirahatkan badannya karena berjam-jam didalam pesawat. Dan mulai memikirkan hal-hal apa saja yang akan dilakukannya disini sembari menunggu kedua orang tuanya datang.

Sebelum mulai terlelap, Alwi teringat akan satu hal yaitu sebuah paspor milik wanita yang ia temui di parkiran bandara tadi, entah bagaimana caranya ia akan mengembalikan barang itu, pasalnya itu adalah suatu barang yang terbilang penting. Belum ada sepintas cara yang terlintas di kepalanya, matanya nanar menatap paspor itu hingga akhirnya tertutup dan terlelap berada di alam bawah sadar.

.

.

✏ ✏ ✏

Assalamu'alaikum. Alreaders.

Alhamdulillah. Bab 4.

~^_^~

Di Dekap Purnama (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang