Bagian 6 | Pelayan Pribadi

72 15 6
                                    

Halo, boleh minta vote dan komentarnya?? Aku harap kalian suka dengan cerita ini, terima kasih. Mohon maaf untuk typo-nya. Jangan lupa tambahkan ke library kalian ya^^
Happy reading^^

🧚‍♀️✨-----✨🧚‍♀️

"Hush pergi sana!"

Wush!

"Tega sekali kamu mengusir pangeran vampire, Little elf." Bisik Ken.

Laki-laki itu bergerak sangat cepat, berlari kearahku dan langsung berubah wujud ketika sudah di belakangku, sungguh menawan. Ya aku akui itu.

Aku membalikkan tubuhku dan melipat tanganku di depan dada. "Sebagai seorang pangeran, bukankah seharusnya kamu sudah tahu kalau masuk ke kamar seorang gadis tanpa izin terlebih dahulu itu merupakan tindakan tidak sopan, heh?"

Senyum miring itu kembali kutemui, ia duduk di kursi belajarku. "Aku yakin kamu tak mempermasalahkan kedatanganku, Isla. Bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?"

Aku mendudukkan diri di tepi ranjang dan memperhatikan laki-laki itu.

"Aku sudah merasa baikan, Ken. Apa kamu datang hanya untuk menanyakan itu?"

"Mungkin, bukankah aku terlihat seperti laki-laki yang keren menurutmu? Rela memanjat dinding demi seorang gadis." Gurau Ken.

"Aku tidak memintamu melakukannya." Sahutku dengan dengusan geli.

Ken menyentuh buku-buku yang ada di mejaku lalu menariknya satu dan dibacanya. Ia balik halaman per halaman.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Pertanyaan Ken mengundang kerutan di dahiku. Apa maksudnya tiba-tiba bertanya begitu? Memangnya apa yang terjadi padaku?

"Maksudmu?"

"Kenapa kamu terjatuh di jembatan?" Ken memperjelas pertanyaannya setelah menutup buku putih yang tadi dibacanya.

"Oh itu, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba seperti ada kilasan-kilasan berwarna hitam putih di dalam kepalaku dan itu membuat kepalaku pusing, makanya aku tadi langsung terduduk. Tapi ketika aku mencoba mengingatnya, kilasan itu tidak muncul lagi." Jawabku seraya mengusap kepalaku sendiri.

"Apa yang ditunjukkan dalam kilasan itu?"

"Aku tidak tahu, kilasannya bergerak terlalu cepat dan tidak jelas. Seperti serangkaian kejadian yang bercampur jadi satu."

"Lalu kenapa kamu pingsan?"

"Aku juga tidak tahu, kilasan itu muncul lagi. Tapi..." Aku menjeda kalimatku, mencoba mengingat kejadian tadi.

"Tapi apa?" Ekspresi Ken benar-benar menunjukkan rasa penasarannya.

"Kilasan yang tadi sangat jelas, memperlihatkan kepadaku tentang kejadian di masa laluku. Tepatnya ketika ibuku meninggalkanku. Seperti sebuah ingatan yang pernah terlupakan olehku, mungkin begitu."

Ken menganggukkan kepalanya, mungkin dia memahami ceritaku.

"Ah itu terjadi ketika kalian berdua memegang tanganku." Tambahku.

"Sepertinya aku tahu sesuatu..." Gumam Ken, entahlah biarkan saja. Nanti aku juga pasti tahu sendiri.

"Oh ya aku mau tanya, kenapa kamu memanggil ibuku dengan panggilan 'Ibu' juga?" Tanyaku pada Ken.

"Karena ibumu pernah menyelamatkanku." Jawab Ken dengan wajah serius.

"Menyelamatkanmu? Dari?"

"Ah ceritanya sangat panjang dan waktuku tidak banyak, Isla." Ken bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju balkon, tempat dimana ia datang tadi.

Isla Abrriela Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang