Bagian 15 I Kabut dan Bercak

39 8 2
                                    

Hallo minna-san! Gomen ne aku baru bisa update malam ini, kesibukan udah mulai datang. Aku udah mulai kerja soalnya, karena masih baru jadi aku agak susah buat bagi waktunya. Tapi aku usahain bakal update cerita ini sampai selesai kok meskipun waktunya belum bisa aku tentuin tiap hari apa aku updatenya, kemungkinan sabtu dan minggu. Dan terima kasih banyak buat readers yang masih nunggu kelanjutan ceritaku. Please support me by vote, follow and comment. Thank you so much, nighty night! Happy reading happy enjoy!

><><><><><><><><><><><

Isla mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil yang tersampir di dalam kamar mandi, ia biarkan handuk itu menutupi kepalanya lalu berjalan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe miliknya.

"Ah segarnya."

Tangan yang semula bergerak mengusap wajahnya kini terhenti karena ia melihat Ken tengah duduk di kursi belajarnya sambil membaca bukunya. Tubuh Ken yang terkena sinar matahari membuatnya terlihat gemerlap dan bercahaya, seolah tubuh dingin Ken yang mengeluarkan cahaya tersebut. Garis wajah yang sempurna membuat Isla terpesona melihatnya.

"Sudah puas memandangiku, Isla?"

Lamunan Isla buyar ketika suara dan mata Ken menginterupsinya, Isla tersenyum tipis mendengarnya. "Belum, sayang." jawab Isla pelan.

Tubuh Ken sedikit menegang ketika mendengar Isla memanggilnya seperti itu. Ia berdiri dan mendekati Isla.

"Kamu memanggilku apa tadi?" tanya Ken memastikan.

"Aa..aku memanggilmu seperti biasa, Ken aku memanggilmu Ken." Isla berjalan santai menuju ruang ganti, namun jalannya terhalangi oleh Ken yang sudah berdiri di hadapannya.

"Panggil aku seperti itu lagi..." ujar laki-laki itu pelan.

"Ken."

"Bukan namaku."

"Lalu siapa? Kan aku memang memanggilmu Ken." Isla menyilangkan tangannya di depan dada sambil tersenyum miring, mencoba menggoda tunangannya.

"Tidak, kau tadi memanggilku yang lain bukan Ken."

"Ah iya Kenneth kan? Atau pangeran Kenneth?"

Ken menarik salah satu sudut bibirnya kemudian memegang lengan Isla dan mendorong tubuh kecil gadis itu hingga terbaring diatas kasur.

"Apa yang mau kamu lakukan, Ken? Menyingkir dariku!" seru Isla ketika pemuda itu menindih tubuhnya.

"Tidak sebelum kau memanggilku seperti tadi."

Ken mendekatkan wajahnya ke arah Isla, menatap mata gadis itu seolah menyelaminya. Wajahnya terus mendekat hingga bibir mungil gadis di bawahnya bergerak mengucapkan sepatah kata yang mampu menghentikan pergerakannya.

"Sayang..."

Ken tahu jantung dan darahnya sudah membeku, tapi rasanya seperti ada yang berdesir di dalam dadanya saat panggilan itu keluar dengan nada yang halus. Sementara itu Isla tetap memandangi wajah pemuda di atasnya, mencoba mencari tahu makna ekspresi yang Ken berikan sebagai respon panggilannya. Wajah tampan itu kembali bergerak mendekatinya lagi dan sedetik kemudian sebuah kecupan lembut Isla dapatkan di pipi kanannya.

"Aku menyukaimu." bisik Ken.

Isla menggigit bibir bawahnya, tangannya yang semula berada di samping kanan kiri tubuhnya kini melingkar di tubuh Ken. Ia sembunyikan wajahnya di bahu pemuda itu agar semburat merah di pipinya tidak di ketahui oleh tunangannya.

"Ayo kita turun, yang lain pasti sudah menunggu lama." ujar Ken sambil memainkan rambut basah Isla.

"Kamu yang buat mereka menunggu lama."

Isla Abrriela Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang