Jangan lupa follow, vote dan comment.
Maaf apabila ada typo
Happy Reading and Happy Enjoy!~><~
Angin malam berhembus pelan, menerbangkan dedaunan kering dan menggoyangkan benda-benda ringan seperti tirai jendela di salah satu ruangan tanpa pencahayaan. Seorang gadis cantik terduduk manis di bibir jendela dengan kaki telanjang yang menggantung sambil sesekali diayunkannya. Senyumnya tak luntur sejak tadi, matanya menatap bulan yang dengan bangga menebarkan cahaya terang malam ini. Disamping gadis itu, tengah berdiri seorang pangeran dengan tangan bersedekap di depan dada dan mata yang tertuju ke arahnya.
"Isla.."
"Hm?"
"Apa kau bahagia sekarang?"
Sebuah pertanyaan yang membuat Isla menghentikan ayunan kakinya, dia jadi teringat masa sulit ketika tinggal bersama ibu dan saudari tirinya. Dipaksa mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian, makan sedikit, baju lusuh dan tidur di loteng rumah. Semua dia lalui sendiri, jika Isla bukan orang sabar dan tidak bisa mengendalikan emosinya mungkin ia sudah membunuh kedua orang yang merebut rumahnya itu. Ayahnya jarang pulang untuk sekedar menjenguknya, hingga dirinya tersiksa akan keserakahan ibu dan saudari tirinya. Isla juga tidak punya teman untuk bercerita saat itu, ia hanya bisa menangis di dalam kamarnya untuk melepaskan penatnya. Isla bersyukur ia bisa bertahan hingga hari dimana ia mendapat surat dari sang ayah bahwasannya ada pintu ajaib yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia fantasi ini, kalau kata Ken dulu dunia tanpa nama dan Isla menamai dunianya sekarang sebagai dunia fantasi.
Hidup sebagai puteri dari seorang ratu dan raja elf membuatnya shock kala itu hingga memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi, menjadi tunangan dari sosok pangeran vampire yang selalu datang dengan wujud kucing hitam. Kehidupan mewah ia dapatkan, kasih sayang dari sang ibu kandung ia rasakan serta teman untuk berbagi cerita senang dan duka. Isla bahagia sekarang.
"Ya, aku bahagia sekarang, bisa bertemu dengan keluarga dan memiliki banyak teman disini. Tidak merasa dikucilkan dan tidak sendiri."
Angin berhembus sebentar seolah menjadi jeda sebelum Ken bertanya lagi.
"Bersamaku juga bahagia?"
Isla melihat pemuda itu dari ujung matanya, kemudian mendengus geli.
"Tidak, aku tidak bahagia Ken." jawabnya diselingi tawa kecil yang dibalas seringai tipis dari Ken.
Laki-laki itu merundukkan badannya kemudian menyangga dagunya di bibir jendela, matanya memperhatikan pemandangan dibawah yang menampilkan suasana taman sekolah di malam hari. Lampu taman menyala, bunga-bunga bermekaran dan sepasang kekasih yang saling berciuman. Ken mengerutkan dahinya, merasa tidak asing dengan proporsi tubuh pasangan tersebut.
"Isla, coba kamu lihat di bawah sana." ujar Ken sambil menunjuk arah yang ia maksud dengan gerakan dagunya.
Isla mengikuti arah yang ditunjuk tunangannya, ia melihat taman sekolah yang cukup terang karena lampu yang dinyalakan di setiap sisinya, bunga yang berwarna-warni dan air mancur di tengah taman, selain itu Isla tidak melihat hal menarik hingga Ken menyuruhnya untuk melihat kesana.
"Tidak ada yang menarik, kenapa kamu menyuruhku melihatnya?"
"Ada cintaku disana."
Isla memandangnya ilfeel karena kalimat barusan, seorang Ken menggombal dengan kalimat yang menggelikan?
"Ck, bercanda. Memangnya kau tidak lihat di kursi yang tertutupi air mancur itu?"
"Kursi? Memangnya ada kursi lain disana?" Isla mengalihkan pandangannya ke air mancur dan menyipitkan matanya agar pandangannya menajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isla Abrriela
Diversos🧚♀️✨Deskripsi cerita: Isla Abrriela Ackerley, gadis remaja berumur 17 tahun yang tinggal bersama ibu tiri serta adik tirinya di sebuah desa yang cukup terpencil. Hidup serba kekurangan karena perlakuan jahat dari ibu tirinya. Ibu kandungnya telah...