7. Kesalpahaman Lainnya

1.2K 322 11
                                    

"Kenapa lo gak bilang, abis meeting gue harus makan siang bareng Hera?" tanya Rasya melotot pada Akbar, karena Akbar memberikannya pemberitahuan mendadak tentang makan siang bersama dengan wanita yang paling dia hindari.

"Hera minta tolong langsung kepada nyonya besar, jadi... untuk kesejahteraan masa depan gue, mana mungkin gue melawan nyonya besarkan?" tanya Akbar dengan wajah cengengesannya. Siapapun tahu nyonya Chyntia adalah pemegang jabatan tertinggi di keluarga Mahad. Wanita cantik berbadan imut itu dengan mudah mengalahkan dua pria berbadan bongsor macam suami dan anak laki-lakinya. Dan Rania, si bungsu keluarga Mahad adalah the next dari nyonya Chyntia, yang sama otoriternya meskipun usianya masih awal 20an.

Hera adalah calon tunangan Rasya, tapi meski baru berstatus calon, wanita itu sudah merasa menjadi orang paling berhak memiliki Rasya. Hera adalah putri dari pengusaha batubara yang kaya raya. Dibesarkan sebagai tuan putri, Hera menjadi wanita yang luar biasa egois dan menguras emosi. Dari segi wajah, meskipun wajahnya tidaklah secantik artis karena wajah gagah ayahnya terpaste jelas di wajahnya. Tapi, dengan bantuan perawatan kecantikan yang maksimal, wajah Hera tentu sebanding dengan wajah cantik anak-anak sultan kebanyakan.

Diusianya yang ke 27, Chyntia sudah sangat risau karena Rasya tak juga membawa wanita yang dikenalkan sebagai pacar. Sejak muda, Rasya masuk dalam golongan anak baik yang rajin belajar dan tidak pernah neko-neko. Kedekatan Rasya dengan Akbar yang bak prangko juga menjadi pertimbangan Chyntia segera memperkenlakan Rasya pada para gadis. Chyntia takut anaknya yang tampan nan rupawan itu tidak tertarik pada wanita. Terlebih setelah dua sahabat Rasya sejak kecil yakni Davin dan Reva menikah, kekhawatiran Cyhntia semakin menjadi.

Tentu saja alasan paling mendorongnya adalah sahabat-sahabatnya sesama sosialita yang sudah memamerkan cucu, padahal anak mereka lebih muda dari Rasya. Cita-cita menjadi nenek mudanya tidak akan terwujud jika putranya tak juga menikah. Sedangkan Rania sang putri, Chyntia tidak akan mengizinkan anaknya untuk menikah sebelum anak itu menyelesaikan kuliahnya.

***********

"Selamat siang, ada yang bisa dibantu?" tanya Cinta ramah pada seorang wanita cantik berambut panjang yang melihat selewat saja sudah terlihat mahal.

"Antarkan aku ke lantai 18." Jawab wanita muda, yang siapapun melihatnya menatap lebih lama karena takjub pada wanita dengan barang branded dari ujung kaki hingga ujung kepalanya itu. Jangan lupakan tas mahal yang ditenteng wanita itu.

"Lantai 18? Apa anda sudah membuat janji?" tanya Cinta ramah, lantai 18 adalah lantai ekslusif milik petinggi perusahaan yang harus memiliki akses tersendiri untuk sampai kesana.

"Tentu saja, aku sudah memiliki janji." Jawab wanita itu dengan nada mengintimidasi,

"Mohon tunggu sebentar, saya akan konfirmasi dulu ke lantai 18 untuk mengabarkan kehadiran anda." Ucap Cinta ramah.

Cinta menelpon lantai 18 untuk mengabarkan kedatangan wanita muda itu setelah wanita itu menyebutkan identitasnya. Hera putri Rumaga, itulah nama wanita muda yang akan menuju lantai 18.

"Mbak Hera, kami sudah menginformasikan kedatangan anda ke lantai 18, mohon tunggu sebentar, bapak Akbar akan segera turun untuk menjemput anda." Ucap Cinta masih bernada ramah, meskipun dia tidak merasa nyaman dengan tatapan Hera yang sepertinya memelototinya sejak tadi.

Beruntung Akbar segera turun membawa Hera pergi, sehingga Cinta dan Mina yang sejak tadi berada di belakang Cinta menarik napas lega.

"Gila tuh cewek, demagenya antagonis banget." Ucap Mina berbisik.

"Hush, sembarangan aja kalau ngomong. Itu hanya efek make upnya saja, kalau make upnya lebih natural gak akan kelihatan jahat kok." Ucap Cinta membantah ucapan Mina, karena memang sekali melihatnya saja, meskipun make up itu membuat si pemiliknya terlihat cantik, tapi tetap telihat berat.

"Tapi, kayaknya dia bukan orang biasa deh, dia tamu lantai 18." Ucap Mina mengemukakan kekagumannya, karena hanya orang tertentu saja yang bisa menjadi tamu dilantai 18.

Obrolan mereka berhenti karena suara deringan telepon yang membutuhkan perhatian. Karena hari ini giliran Mina yang makan siang duluan, jadilah Cinta yang bertugas untuk menerima telepon dan menerima tamu sendirian selama 15 menit kedepan. Jarang ada tamu yang datang di jam makan siang, jadi meskipun hanya bekerja sendirian, bukan masalah besar.

Setelah Mina selesai dengan makan siangnya, Cinta segera lari menuju toilet karena dia memang menahan ingin buang air kecil sejak tadi. Saat memasuki lorong toilet wanita berada, wanita itu langsung mematung. Wanita itu berkedip cepat melihat pemandangan yang tidak seharusnya tersaji di depan toilet umum wanita.

"Ops... maaf..." ucap Cinta tidak enak, wanita itu langsung balik kanan dan berlari menjauh.

Dua orang pria yang memang berada dalam posisi yang bisa membuat orang salah paham itu langsung berteriak menghentikan Cinta. Tapi, wanita itu malah semakin kencang berlari mendengar teriakan dua pria yang dia pergoki dalam posisi tidak wajar itu.

"Itu semua gara-gara lo." Ucap Rasya, si pria yang dipergoki Cinta pada Akbar yang sedang berjongkok dihadapannya, sembari membersihkan bagian celana depannya yang kotor.

"Yang salah yah elo lah bos, kenapa juga bukan makan siang dengan tenang dan malah ngajak ribut." Ucap Akbar kembali melanjutkan usahanya membersihkan celana depan Rasya yang tersiram jus alpukat yang kental.

"Gue gak ngajak ribut Bar, tadi gue Cuma kaget aja eh jus alpuket gue malah kesenggol dan pas kena celana gue." Ucap Rasya tidak terima disalahkan, siapa juga yang tidak kaget jika calon yang dikenalkan orangtunya dan baru beberapa kali dia temui tiba-tiba membicarakan jika dia sudah memesan gaun untuk pertunangan mereka, dan sedang mencari gedung. Belum ada kesepakatan pasti dari pertunangan mereka, ibunya juga sudah berjanji tidak akan memaksanya jika dia tidak setuju. Hal baiknya, karena insiden tersiram jus itu, makan siangnya dengan Hera berakhir begitu saja

"Gue kayak habis ngompol sekarang." Keluh Rasya melihat celana bagian depannya yang basah.

"Apa itu penting sekarang bos?" tanya Akbar tidak percaya dengan tingkah bosnya. Rasya menghubunginya dengan alasan darurat padahal dia baru menyuapkan 3 suap makan siangnya. Padahal bosnya hanya tersiram jus alpukat saja. Mereka bisa saja langsung menuju lantai 18 dan ganti baju disana, toh selalu ada baju ganti Rasya disana. Tapi, bosnya satu ini ingin dia membersihkannya dengan segera karena merasa lengket. Dia baik-baik saja berjalan dari restoran sebrang dengan celana basah yang ditutupi jasnya. Mereka hanya tinggal naik lift menuju lantai kantornya berada, si bos malah mengeluh ingin dibersihkan. Jadilah mereka berakhir, membuat kesalahpahaman seperti tadi.

"Reputasi kita bisa rusak bos, jika karyawan tadi menyebarkan kesalahpahaman yang dilihatnya." Ucap Akbar geregetan.

"Kau benar, dia panggil dia ke ruanganku, kita harus menyelesaikan kesalahpahaman dengan gadis itu secepatnya." Ucap Rasya segera keluar dari lorong itu dan menuju lift, meninggalkan Akbar yang hanya bisa cengo. Akbar tidak melihat wajah wanita yang tadi memergoki mereka, bagiamana dia bisa memanggil orang itu ke ruangan bos? Apa iya dia harus memeriksa CCTV?

Cinderella, Adakah Cinta Tanpa Air Mata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang