8. Saya Tidak Melihat Apa-Apa

1.2K 320 18
                                    

Cinta berlari tergopoh-gopoh, dia segera mencari toilet lain untuk menunaikan niat awalanya pergi ke toilet. Wanita itu bernapas lega setelah selesai dengan urusan kamar mandinya. Cinta membasuh tangannya di westafel, tiba-tiba dia mengingat apa yang dilihatnya beberapa menit lalu. Cinta tersenyum geli sendiri, dia tidak habis pikir dengan tingkah sang CEO baru yang sepertinya memiliki kelainan itu. Dua kali mereka bertemu di tempat tidak lazim untuk bertemu. Dia berharap sang CEO tidak melihat wajahnya dengan jelas tadi, Cinta sediikit takut, apa yang tidak seharusnya dia lihat itu, mendatangkan masalah padanya di masa depan.

Cinta menarik napas berat dan merapihkan sedikit dandanannya, dia mengeluh kenapa diantara banyak orang yang bekerja di gedung ini, harus dia yang melihat kelakuan tak lazim CEO perusahaannya. Cinta menggelengkan kepalanya mengusir pikiran buruk di kepalanya, sepertinya dia sudah kelaparan saat ini hingga tidak bisa berpikir lagi. Daripada memikirkan yang belum terjadi, sepertinya mencari makan siang lebih baik untuk saat ini.

Cinta mengelus perutnya sekilas, satu porsi ketoprak dan satu botol air mineral berhasil membuat pakaian yang dikenakannya terasa sesak dibagian perut. Cinta kembali menuju tempat kerjanya setelah duduk istirahat membiarkan makanannya dicerna dengan baik selama 5 menit. Ketika kembali ke tempatnya bertugas seseorang sudah menunggunya.

"Ini Cinta, resepsionis bagian depan selain saya." Ucap Mina ketika melihat Cinta berjalan ke arahnya pada seorang pria berjas hitam yang berdiri di depan meja resepsionis.

Pria itu melihat ke arah Cinta dan membelakan matanya untuk beberapa detik sebelum ekspresinya kembali normal bahkan dengan sopan pria itu memberikan senyum terbaiknya pada Cinta. Akbar tahu tentang Cinta dari obrolan karyawan lain, sungguh tidak beruntung wanita itulah yang melihat adegan penuh salah paham itu.

"Kamu yang tadi di toiletkan?" tanya Akbar to the point yang membuat Cinta langsung gelagapan. Wanita yang baru saja bersyukur karena rasa kenyang atas makan siangnya, mendadak merasa mual mendengar pertanyaan dari pria dihadapannya.

"Saya...saya tidak melihat apa-apa." Ucap Cinta cepat dengan nada cukup tinggi yang membuat siapapun berpikir pasti ada apa-apa. Akbar, pria yang mendatangi Cinta setelah ingat seragam yang dikenakan Cinta sekilas sebagai seragam resepsionis di lobi, segera meminta Cinta menghentikan apapun yang mungkin akan diucapkan oleh wanita itu.

"Bisakah kita bicara lebih privat." Desis Akbar dengan suara kecil yang langsung membuat Cinta menggelengkan kepalanya. Cinta tidak tahu siapa yang berlutut di hadapan bapak CEO tadi, tapi melihat baju yang dikenakan Akbar, Cinta menebak pria itulah yang tadi berada di posisi berjongkok di depan bapak CEO.

"Saya...."

"Bapak Rasya sedang menunggu anda sekarang, bisakah anda ikut saya?" tanya Akbar langsung.

Bapak Rasya sang CEO ingin bertemu dengan seorang resepsionis biasa seperti Cinta, tentu bukan hal yang wajar. Mina yang mendengarnya sampai melotot kaget dibuatnya.

"Ini Wilda, dia resepsionis di lantai 18, dia akan membantu disini selama Cinta bertemu dengan pak Rasya." Ucap Akbar pada Mina memperkenalkan seorang wanita yang sepertinya sedang hamil yang sedari tadi ternyata berada tidak jauh dari mereka.

"Cinta, mari, kita tidak bisa membuat bapak CEO menunggu lama." Ucap Akbar dengan nada bicara penuh paksaan.

Cinta tidak punya pilihan selain mengikuti Akbar, dia hanya karyawan biasa, mana mungkin dia bisa menolak jika dipanggil oleh atasan. Cinta mengikuti langkah Akbar menuju lift khusus yang akan membawa mereka menuju lantai 18 tempat kantor para petinggi berada. Cinta berulang kali melirik pria yang berdiri di hadapannya dengan ragu.

"Sungguh saya tidak melihat apa-apa." Ucap Cinta mengulang ucapannya, tubuh Akbar yang menjulang tinggi terasa mengintimidasinya.

Tiba-tiba Akbar menoleh ke arah Cinta, ekspresi tegas pria itu berubah seperti orang yang gugup. Dia menggaruk belakang kepalanya padahal tidak gatal sama sekali.

Cinderella, Adakah Cinta Tanpa Air Mata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang