11. Awal Mula Semuanya

1.1K 316 14
                                    

"Ibu kok gak keluar-keluar dari kamar yah?" tanya Lala dengan nada manjanya, dia ingin mengadukan Cinta yang hanya memasak nasi goreng dengan tambahan lauk sisa kemarin, padahal dia ingin sarapan dengan roti hari ini.

"Periksa ke kamar ibu, sarapan sebentar lagi siap." Perintah Cinta sembari memindahkan nasi goreng ke wadah untuk disajikan di meja makan.

"Enak aja nyuruh-nyuruh aku, kamu aja sendiri yang periksa ibu sana." Ucap Lala tidak terima.

"Lu bangunkan ibu, ajak makan." Perintah Cinta pada Lulu yang tentu saja di tolak oleh anak ABG satu itu. Lulu malah sibuk menata poni rambutnya daripada beranjak untuk memanggil ibu mereka.

"Kalau aku yang panggil, hari ini kita Cuma makan nasi goreng saja tanpa telur ceplok." Ancam Cinta, barulah dua ABG berwajah serupa itu mau memanggil ibu mereka sambil misuh-misuh tidak terima karena diperintah.

"Ibu gak mau bangun." Ucap Lala laporan setelah beberapa menit dia menghilang menuju kamar ibu.

"Masa sih? Tumben jam segini ibu belum bangun." Ucap Cinta heran karena biasanya ibunya selalu bangun subuh dan tidak pernah tidur lagi. Semalam Cinta pulang sedikit telat setelah perbincangan tidak masuk akal dengan CEO kantornya. Dia terakhir bertemu dengan ibunya kemarin pagi, semalam terjadi keajaiban, ibunya tidak mengomelinya karena pulang telat. Bahkan ibunya tidak keluar dari kamarnya mendengar kepulangannya.

"Nih lanjutin goreng telurnya, aku akan periksa ibu." Ucap Cinta meminta Lala untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Ih gak mau, aku takut kena cipratan minyak." Ucap Lala yang hanya dijawab decakan kesal oleh Cinta.

Mengabaikan Lala dengan protesannya, Cinta menuju kamar ibunya untuk memeriksa keadaan sang ibu. Wanita yang belum bersiap untuk bekerja dan masih dengan stelan T-shirt lusuh dan training itu mengguncang tubuh ibunya lembut, tapi Marlina tidak juga membuka matanya. Marlina tipe orang yang mudah dibangunkan, Cinta heran kenapa Marlina tidak bangun, dia memeriksa suhu badan Marlina dan kaget ketika merasakan hawa panas ketika dia membuka selimut yang menutupi Marlina. Cinta melihat wajah Marlina yang sudah pucat.

"LULU... LALA..." teriak Cinta kaget melihat keadaan Marlina. Wanita itu mengguncang tubuh Marlina, tapi Marlina tak kunjung membuka matanya.

"Apa sih teriak-teriak?" tanya Lulu tak kalah berteriak, tapi gadis itu tetap mendekati kamar tempat Marlina berada.

"Minta tolong bu Rahmi untuk membawa ibu ke rumah sakit memakai mobilnya." Ucap Cinta masih mencoba mengguncang tubuh Marlina agar membuka matanya.

"Dan Lala, pegang ibu dari belakang, kita bonceng ibu sampai ke rumahnya bu Rahmi di ujung gang." Ucap Cinta mengintrusikan kedua adiknya.

Lulu dan Lala memang benar-benar sulit diandalakan, bukannya menuruti ucapan Cinta, keduanya malah menangis mengguncang tubuh ibu mereka. Perlu kesabaran ekstra untuk menggerakan dua anak lemot itu untuk menuruti ucapan Cinta. Marlina sempat membuka matanya sebentar dan kembali menutup matanya tanpa berkata apapun. Ketiga gadis dengan perawakan tidak terlalu besar itu berusaha keras untuk memapah ibu mereka hingga bisa dinaikan di motor. Rumah mereka berada di gang kecil yang tidak bisa dimasuki mobil, sehingga mereka harus membawa Marlina hingga ujung gang untuk bisa diangkut dengan mobil. Beruntung Lulu, yang biasnya sangat malas disuruh itu mau berlari ke rumah bu Rahmi untuk meminjam mobil.

"Ampun Cinta... apa yang terjadi pada ibumu?" tanya Rahmi, tetangga pemilik usaha katring yang sering dibantu-bantu oleh Marlina. Selain itu bu Rahmi juga RT di lingkungan ini.

"Ibu tidak sadarkan diri,tubuhnya juga panas, tolong bantu antarkan ibu ke rumah sakit." Jawab Cinta minta tolong pada bu Rahmi. Dibantu oleh beberapa pekerja bu Rahmi, Marlina dipindahkan ke dalam mobil mini bus milik bu Rahmi.

Cinderella, Adakah Cinta Tanpa Air Mata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang