10. Mari Berpura-pura Cinta

1.2K 325 17
                                    

Cinta merutuki diri sendiri karena dia memilih menuruti pria itu bukannya berlari menjauh. Bisa habis dia diomeli oleh Marlina saat kembali ke rumah nanti jika dia pulang lebih telat daripada biasanya. Cinta berjalan dibelakang pria berperawakan tinggi, yang berprofesi sebagai asistehn pribadi sang CEO itu. Mereka menaiki lift dari basemant langsung menuju lantai 18 agar tidak menarik perhatian.

"Jangan khawatir, pak bos tidak akan melakukan apapun." Ucap Akbar melihat Cinta yang terlihat berusaha menutupi rasa takutnya. Sebenarnya ketakutan Cinta masuk akal, siapa yang tidak takut dipanggil oleh atasan diluar jam kerja, apalagi saat jam operasi gedung berakhir? Apalagi dari segi fisik baik Rasya maupun Akbar, sama-sama memiliki badan yang besar dan sanggup menyakitinya hingga hancur.

Jika dipikir-pikir, Cinta tidak punya kesalahan apapun disini. Semua ulah Rasya dan Cinta hanya kebetulan ada di tempat yang salah. Berpegang pada pikiran itu, Cinta menghela napasnya dan meyakinkan diri jika dia bisa menghadapi semuanya dengan tenang.

"Sebenarnya apa yang terjadi di ruangan bos tadi siang?" tanya Akbar, karena dia memang tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya ketempuhan untuk menenangkan Hera yang mengamuk dan harus mengorbankan bahunya jadi pelampisan wanita itu. Beruntung, dia dibesarkan dengan dua orang kakak perempuan dan tahu persis apa yang bisa memulihkan mood perempuan yang mengamuk. Es krim dan kue manis sanggup mengembalikan mood wanita, dan beruntungnya lagi, perasaan Hera membaik setelah memakan es krim, meskipun akhirnya dia harus mendengarkan curhatan penuh air mata dari wanita itu.

Dia butuh 2 jam untuk membuat Hera mau kembali ke rumahnya, setelah jam kerjanya usai, dia masih harus menghadapi wanita lain karena bosnya. Akbar berdoa dalam hati semoga sikap Cinta sebaik wajahnya, hingga apapun yang terjadi diantara Cinta dan Rasya nanti, dia tidak perlu terlalu repot.

"Saya juga tidak tahu." Jawab Cinta memilih jalan aman, karena tidak mungkin dia mengatakan kenyataan yang terjadi tanpa nyinyiran akan sikap gila CEO satu itu. Akbar adalah bawahan terdekat CEO, mari kita tidak mencari masalah, pikir Cinta.

Akbar tidak tahu harus bicara apa lagi jika orang yang dia tanyai sudah mengatakan 'tidak tahu'. Meskipun sebenarnya dia merasa penasaran, apalagi setelah mendengar racauan tidak jelas dari Hera tentang calon tunangannya yang katanya memiliki kekasih. Bagi Akbar yang sudah lama mengenal Rasya, dia akan sangat mensyukuri jika benar Rasya akhirnya memiliki kekasih. Dia mengenal Rasya dan bagaimana cinta pria itu sejak muda, Akbar pikir sudah saatnya Rasya memulai cinta yang sesungguhnya bersama seseorang.

"Masuk..." sahutan dari dalam ruangan setelah Akbar mengetuk pintu terdengar.

Cinta memasuki ruangan yang tadi siang datangi, kali ini Rasya sang pemilik ruangan tidaklah serapi tadi. Beberapa kancing kemeja pria itu terbuka, lengan kemejanya terlipat, dan rambutnyapun terlihat tidak serapi tadi siang.

"Duduk!" perintah Rasya ketika melihat keberadaan Cinta dibelakang Akbar.

Cinta berjalan cepat mendekati sofa di ruangan itu dan langsung duduk, sebelum ditegur sepeti tadi siang. Akbar mengikuti langkah Cinta dan ikut duduk disamping wanita itu.

"Eh, siapa yang menyuruhmu duduk disana?" tanya Rasya membuat Cinta langsung berdiri.

"Maksudku bukan kau, tapi Akbar." Ucap Rasya ketika Cinta berdiri dan bergerak hendak pindah tempat duduk.

"Saya?" tanya Akbar menunjuk pada dirinya sendiri.

"Keluarlah, aku perlu bicara berdua saja dengan wanita itu." Ucap Rasya pada Akbar, yang dibalas ekspresi tidak setuju dari Akbar. Kedua pria itu seperti bicara dengan mata mereka masing-masing dan mengabaikan keeksitensisan Cinta diantara mereka, hingga Akbar keluar dari ruangan dengan ekspresi sebalnya.

"Maaf... soal... ah sudahlah." Ucap Rasya ketika melihat Cinta yang memperhatikan secara seksama interaksinya bersama Akbar tadi. Sekali lagi Rasya tidak tahu harus berkata apa pada wanita yang dia panggil ke ruangannya, kedua kalinya untuk hari ini.

Rasya berdehem dan menetralkan ekspresinya saat Cinta menatap ke arahnya. Pria itu kembali tidak tahu harus bicara apa, ketika tiba-tiba mata mereka saling bertatapan. Keduanya bebarengan memalingkan muka dan menetralkan perasaan aneh yang tiba-tiba menggelitik hati mereka.

"Jadi,..." ucap Rasya memulai pembicaraan, meskipun terdengar jelas keraguan dari nada bicaranya.

"Jadi?" tanya Cinta akhirnya setelah beberapa menit Rasya tidak melanjutkan ucapannya. Meskipun terlihat tidak sopan, Cinta tetap melakukannya karena tidak mungkinkan mereka bertemu untuk saling diam seperti sekarang.

"Semua sudah terlanjur terjadi." Ucap Rasya memulai bicara kembali.

"Apa yang sebenarnya terlanjur terjadi?" tanya Cinta dalam hati karena dia tidak berani mengutarakannya, apalagi melihat Rasya seperti sedang memilih kata-kata yang akan disampaikannya.

"Mari kita pura-pura saling mencintai." Ucap Rasya, membuat Cinta membulatkan matanya tidak percaya.

"Hah?" tanya Cinta tidak yakin dengan apa yang didengarnya.

"Saya mengatakan pada keluarga saya jika kamu adalah kekasih saya. Mereka tidak menentang hubungan kita selama saya mencintai kamu. Mereka bahkan setuju menghentikan usaha mereka untuk menjodohkan saya dengan Hera." Ucap Rasya menjelaskan.

Cinta memusatkan pikirannya memastikan apa yang CEO muda katakan itu benar-benar nyata bukan hanyalah imajenasinya. Barang kali kebanyakan mendengarkan cerita Mina tentang kisah fiksi yang ditontonnya, otaknya menjadi kebanyakan berhalusinasi.

"Tentu saja semua itu hanya kebohongan, tapi saya masih memerlukan kebohongan itu hingga jangka waktu yang tidak ditentukan. Dan saya membutuhkanmu untuk melaksanakan kebohongan ini." Ucap Rasya lagi.

"Maaf pak, bapak ini sedang bicara apa?" tanya Cinta memberanikan diri setelah mendengar penjelasan Rasya yang kelewat drama. Pernikahan kontrak, pacar kontrak, bukankah itu terlalu drama? Apa karena Rasya ini seorang CEO di perusahaan entertainment makanya, pria itu memiliki fantasi untuk memiliki sebuah kisah cinta yang mirip-mirip dengan drama dan film yang di produksi di rumah produksi miliknya.

"Sejak tadi saya bicara, apa kamu tidak mengerti sedikitpun apa yang saya bicarakan?" tanya Rasya mendadak emosi karena dia merasa bodoh setelah mendengar pertanyaan yang diajukan lawan bicaranya. Sekarang Rasya kehabisan kata-kata untuk menyampaikan maksudnya, karena dia tidak mungkin secara terang-terangan meminta Cinta menjadi kekasih pura-pura untuknya. Pria itu terlalu gensi untuk menyampaikan apa yang dia inginkan, terlebih pada karyawannya sendiri.

Rasya merutuki tindakan implusifnya tadi siang karena ketakutan dengan pertunangannya dengan Hera. Dia tidak sanggup jika harus berhubungan dengan needy girls macam Hera. Apalagi hubungannya dengan Hera pasti berakhir bukan hanya tentang mereka saja, juga pasti menyangkut hubungan antar orang tua dan kerja sama bisnis. Rasya tidak bisa menerima Hera untuk dia sakiti pada akhirnya, jadi akan lebih baik jika Hera menjauh darinya sejak masa pendekatan tanpa ikatan.

Menghadapi seorang wanita muda yang tadi dia jadikan tumbal menatap penuh tanda tanya padanya saat ini, membuat Rasya gerogi sendiri. Tanpa sadar Rasya menggaruk kepalanya padahal dia tidak merasa gatal.

"Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan situasinya padamu, tapi saat ini aku perlu kerja sama darimu untuk membuat kita seolah sepasang kekasih yang saling mencintai." Ucap Rasya.

"Bapak minta saya pura-pura jadi pacar bapak?" tanya Cinta dengan ekspresi tidak percaya yang membuat Rasya malu sendiri melihatnya.

"Hah, bapak sepertinya terlalu banyak membuat drama dan film kisah cinta hingga kepikiran melakukan hal semacam itu." Ucap Cinta sambil terkekeh geli, tapi untuk beberapa menit saja. Saat melihat ekspresi serius di wajah Rasya, wanita muda itu langsung menghentikan kekehannya.

"Saya serius dengan ucapan saya, mari kita berpura-pura menjadi sepasang kekasih." Ucap Rasya dengan nada serius dan penuh intimidasi.

"Sebagai gantinya, kamu bisa meminta apapun dari saya sebagai kompensasi dari membantu berpura-pura menjadi kekasih saya." Ucap Rasya dengan wajah seriusnya.

"Bapak tidak salah makan kan?"

Cinderella, Adakah Cinta Tanpa Air Mata?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang