-23-

166 39 11
                                    

       Kantor polisi, khususnya unit jatanras tempat Wonwoo bekerja, malam itu dihebohkan dengan munculnya seorang yang tidak disangka-sangka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Kantor polisi, khususnya unit jatanras tempat Wonwoo bekerja, malam itu dihebohkan dengan munculnya seorang yang tidak disangka-sangka. Yang lebih tidak disangka lagi adalah apa yang orang itu ucapkan.

"Kau bilang apa tadi? Kasus pembunuhan perumahan Yulje?" Livy maju mendekati gadis itu, sekaligus bertanya untuk memastikan sekali lagi apa yang baru saja ia dengar.

Gadis itu mendongak menatap nyalang Livy yang sedikit lebih tinggi darinya. Seutas senyum miring terukir di bibirnya. "Ah, aku mengingatmu. Bukankah kau juga ada di sana malam itu?"

Dalam sepersekian sekon, sesingkat kedipan mata, Livy dapat menangkap bola mata gadis itu yang berubah menjadi hitam pekat. Livy refleks memundurkan langkahnya. Kedua tungkai si Seo melemas hingga ia hampir terjatuh kalau saja Wonwoo tidak menyangganya dari belakang. Tangannya membekap mulut, pertanda tidak percaya atas apa yang baru saja ia lihat.

"Livy? Kau kenapa?" Wonwoo menatap bergantian antara Livy dan gadis di hadapan mereka.

Bukannya menjawab, Livy justru berusaha menguatkan kembali pijakan kakinya. Ia lagi-lagi melangkah maju setelah memberanikan diri. Tangan Livy mencengkram bahu gadis di hadapannya. "Katakan dengan jelas apa yang kau tahu," nada bicaranya rendah, tapi mengintimidasi. "Katakan sekali lagi!" Kali ini Livy kehilangan kendali hingga berteriak mengejutkan orang-orang di sana.

Gadis Seo itu tidak henti-hentinya mengguncang bahu milik orang yang mengaku membunuh orang tuanya. Baru kali ini, Wonwoo melihat Livy yang biasanya tenang dan pintar mengontrol emosi, kini berubah kesetanan seperti siap menerkam siapa saja di hadapannya.

"Livy! Hentikan!" Wonwoo mencoba melerai Livy, dibantu oleh Seokmin yang memegangi bahu orang tadi.

"Minggir!" Tanpa diduga, Livy menghempas Wonwoo hingga badan pemuda itu menabrak meja di dekat mereka.

Gadis berseragam sekolah itu tertawa keras saat melihat Wonwoo dihempas begitu saja. "Astaga, perangaimu ini ... mirip Ayahmu atau Ibumu?"

"Gadis sialan!" Baru saja Livy hendak mengangkat tangan untuk melayangkan tamparan pada gadis itu, tangannya sudah lebih dulu dicekal.

"Hei, dengar baik-baik kalian semua." Gadis itu menatap satu per satu Livy, Seokmin dan Wonwoo. "Sampai kapan pun, kalian tidak akan bisa menangkap pelaku pembunuhan yang kalian incar."

Livy mendelik, semakin emosi saat gadis itu mengucapkan kalimat barusan. Namun, ketika ia hendak kembali protes, gadis itu malah ambruk ke arahnya. Saat itu, samar-samar Livy dapat mencium bau familiar yang ia temui di ruangan terlarang rumahnya.

Yerim terbangun dari tidurnya. Napasnya terengah-engah seperti habis dibuat lari marathon. Tersadar akan sesuatu, gadis itu lantas buru-buru lari ke luar kamar.

"Oppa! Eonni!" Yerim berteriak menyerukan nama kedua penghuni lain di rumah itu, tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang menyahut.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang