"Kita tidak bisa dapat keterangan apa pun dari Chaerin." Wonwoo menghela napas gusar begitu kembali sehabis menginterogasi Chaerin.
Gadis itu dipulangkan beberapa saat lalu, akibat tidak ditemukan bukti lebih lanjut serta alibi Chaerin pada malam kematian orang tua Livy. Apa lagi, ayahnya adalah seorang walikota. Tentu saja Chaerin semakin mudah pergi begitu saja.
"Hyung, mendadak aku memikirkan gadis yang waktu itu merusuh di kantor kita." Seokmin tiba-tiba bicara.
"Benar, sejujurnya aku juga sempat terpikir soal gadis itu saat menginterogasi Chaerin tadi," respon Wonwoo.
Livy mengerutkan keningnya. "Terus kenapa kita tidak mengunjungi gadis itu saja? Mungkin kita bisa dapat keterangan, seperti apa yang gadis itu lihat di malam kejadian, atau kenapa ia berlari ketakutan begitu."
Wonwoo membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Livy. Namun, lagi-lagi aksi lelaki itu terpotong oleh suara telepon di mejanya.
"Dengan unit jatanras satu kepolisian Mapo, ada yang bisa kami bantu?"
Livy memperhatikan Wonwoo dari posisinya saat itu. Menjawab telepon dengan nada malas, wajah Wonwoo kelihatan sekali seperti orang kurang istirahat. Waktu pertama kali si gadis Seo bertemu Wonwoo---tepatnya saat mereka sama-sama menginjak bangku SMA---lelaki itu tampak lebih baik dari sekarang. Dengar-dengar, sejak dulu Wonwoo memang pekerja keras. Tapi Livy tidak pernah menemui gurat kelelahan pada wajah lelaki itu. Bahkan waktu Livy pertama bertemu dengannya lagi sebagai tersangka, Wonwoo juga masih lebih baik dari pada sekarang.
Kali ini, si Jeon bahkan sudah membentuk lingkaran hitam di area matanya. Entah Wonwoo tidak dapat beristirahat dengan cukup karena sibuk menyelidiki kasus ini, atau karena lelaki itu memang tidak mau beristirahat sejenak. Padahal, Livy pikir Wonwoo tidak akan peduli padanya sampai akhir. Rupanya, hati nuraninya sebagai manusia dan seorang polisi masih ada.
Sibuk memperhatikan presensi si Jeon, Livy juga menyadari kalau ekspresi lelaki itu berubah mendadak.
"Apa? Apa ada saksi? Baiklah, kami segera tiba di lokasi." Lelaki itu lantas menutup telepon dengan ekspresi sulit terbaca.
Sesaat setelahnya, Wonwoo menatap Livy dan Seokmin dengan pandangan kesal. "Sialan, kita sudah didahului lagi!"
—
Mobil dengan sirine polisi itu membelah bulevar dengan kecepatan penuh. Yang menyetir bukan Seokmin, bukan juga Wonwoo, melainkan si gadis Seo.
Saat mendengar kalau mereka sudah telat selangkah lagi dari si pelaku, Livy langsung mengusulkan diri untuk mengambil alih kemudi. Tentu saja hal itu disetujui langsung oleh Wonwoo, meski ditentang oleh Seokmin. Sebab, mereka adalah saksi dari aksi Livy yang bahkan bisa membelah kemacetan jalan waktu itu.
"Nunim! Pelan sedikit, nyawaku seperti mau copot dari badan!" Protes Seokmin saat Livy terus mengemudikan mobil dengan cepat tanpa memperdulikan kondisi para penumpang dan pengguna jalan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。
Mystery / Thriller「Kim Jennie ft. Jeon Wonwoo.」 ❝Sebuah kesalahan kecil bisa menjungkir hidupmu sampai seratus delapan puluh derajat.❞ Sebuah kasus tak terpecahkan selama bertahun-tahun kembali muncul dan meneror masyarakat. Seo Livy, putri keluarga konglomerat yang...