-2O-

166 38 11
                                    

 

      Prang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Prang!

Wonwoo terperanjat ketika rungunya mendengar suara benda terjatuh. Buru-buru, bocah kecil itu menghampiri sumber suara, lalu dapati Livy berjongkok dengan gelas kaca pecah berhamburan di bawahnya.

Belum sempat tungkai kecilnya mencapai presensi Livy, rupanya sang ibu sudah lebih dulu tiba. Ekspresinya ketara kaget sekaligus panik begitu melihat kondisi Livy dengan pecahan-pecahan gelas kaca di bawahnya. Apa lagi, punggung kaki gadis itu terlihat mengeluarkan darah, sepertinya terkena pecahan kaca.

"Astaga, kau tidak apa-apa, sayang? Kenapa bisa sampai begini?" Tangan kirinya memungut pecahan kaca setelah sempat mengambil kantung plastik sebagai wadah, sementara yang kanan digunakan untuk mengelus si Livy kecil agar gadis itu tidak ketakutan.

Wonwoo melanjutkan langkahnya, mendekat ke arah ibu dan adik tirinya. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya canggung pada Livy.

Diam-diam, sang ibu memperhatikan interaksi kedua anaknya hingga tanpa sadar melukai jari tangannya. "Ah, lukanya cukup dalam. Kalau begini aku tidak bisa memasakkan masakan kesukaan anak-anak," gumamnya. Sejurus kemudian, ia memanggil Wonwoo kecil agar menghampirinya. "Wonwoo-ya, bisakah tolong ambilkan kotak obat di dekat ruang tengah?"

Si bocah Jeon mengangguk, kemudian segera melaksanakan perintah ibunya. Kaki kecilnya lagi-lagi berjalan menapaki ubin lantai menuju ruang tengah. Untuk sampai ke sana, Wonwoo harus melewati tangga, yang artinya ia juga melewati lorong di bawah tangga. Ketika lelaki itu sampai di depan lorong, samar-samar, rungunya kembali mendengar suara-suara aneh dari dalam sana.

Sejujurnya, Wonwoo bukan tipe anak yang suka penasaran dan ikut campur, tapi suara itu terus terdengar sehingga memicu kuriositas si bocah Jeon. Maka, dilangkahkan kakinya lebih dekat ke arah lorong, mengendap-endap seperti Livy tempo hari.

Namun, ketika bocah itu semakin dekat ke arah lorong, sebuah suara menginterupsi, "Wonwoo, kau sedang apa?"

"Boleh ya, Oppa ...." Yerim kini tengah memohon pada Wonwoo agar diijinkan pergi ke pesta ulang tahun teman sekelasnya.

Selepas ketahuan pingsan kemarin, Wonwoo jadi lebih ketat pada gadis itu. Jam-jam belajar, main, dan lain-lain jadi dibatasi. Sejujurnya, Yerim tidak begitu terganggu, hanya saja kali ini ia sangat ingin datang ke pesta ulang tahun temannya. Ada seseorang yang sangat ingin ia temui, jadi bagaimana pun juga, Yerim harus berhasil membujuk Wonwoo.

"Kau ini kenapa, sih? Tidak biasanya pergi ke acara seperti itu. Lagian acaranya selesai malam sekali, kalau ada apa-apa bagaimana?" omel Wonwoo panjang lebar.

Livy yang baru ke luar dari kamar, menyimak pembicaraan kakak beradik itu. Gadis itu juga ikut menimbrung. "Kenapa tidak boleh, Yerim sudah dewasa, loh. Anak seusianya harus bersenang-senang, masa muda itu tidak bisa didapatkan kembali," belanya.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang