2 hari sebelum kejadian.
Sinar matahari menyapu pelan seluruh ruangan bercat abu-abu itu begitu tirai dibuka perlahan, mampu membangunkan sesosok gadis yang tubuhnya masih terbungkus selimut tebal. Kelopak matanya terbuka sedikit-demi sedikit, masih menyesuaikan diri dengan cahaya yang mendadak masuk.
"Ma?" Bibirnya terbuka, memanggil sang pelaku yang membangunkan tidurnya dengan suara serak dan pelan khas orang bangun tidur.
Wanita paruh baya yang ia panggil 'Mama' itu berjalan mendekat, duduk di tepi kasur milik sang putri semata wayang. "Bangunlah, sudah siang," katanya.
Gadis itu melirik pada informan waktu yang tertempel di bagian atas dinding kamarnya. Masih pukul tujuh, siang apanya?
"Cepat turun dan sarapan. Kau tidak lupa kalau harus meeting bersama klien dari Jepang 'kan?" Tangan mamanya mengelus pelan surai gulita milik gadis itu, menyelipkan anak rambut yang jatuh di dahi ke belakang telinga. "Jangan buat Papamu kecewa, Livy. Mama tidak mengajarkanmu untuk jadi pemalas, mengerti 'kan?"
Setelah berucap dengan senyum tipisnya, wanita itu berdiri, bersiap pergi dari kamar si gadis bernama Livy.
Selepas presensi mamanya benar-benar lenyap dari pandangan Livy, gadis itu menghela napas panjang. Livy benci, benci sekali dengan mamanya yang selalu superior. Livy itu anaknya, bukan bawahannya. Harusnya disayang, bukan cuma selalu diperintah.
Dua buah tungkainya diturunkan dari ranjang sampai menapak karpet halus di bawah sana. Tubuhnya lalu diseret malas-malasan menuju kamar mandi yang besarnya hampir sama dengan satu rumah kecil milik orang biasa.
Seo Livy, putri keluarga konglomerat yang hidup dengan bergelimang harta. Perusahaan ayahnya masuk dalam 5 perusahaan dengan pemasukan terbesar di Korea Selatan. Sejak kecil, Livy sudah dididik untuk jadi seorang putri dalam kerajaan yang ayah dan ibunya bangun. Tidak boleh malas-malasan, tidak boleh mengeluh, tidak boleh menunjukkan rasa tidak suka dan kesedihan-Livy harus kelihatan jadi orang paling bahagia sedunia karena keluarganya bukan keluarga biasa.
Ah, sebenarnya Livy ingat ia pernah hidup dengan jujur pada diri sendiri. Menangis kalau sedih, mengeluh kalau lelah, tertawa cuma kalau benar-benar bahagia. Namun, itu cuma berjalan sebentar. Cuma sebentar hingga Livy sendiri nyaris lupa.
Lima belas menit cukup bagi si gadis Seo untuk mandi dan berdandan rapi, lantas keluar dari kamar dan menuruni satu per satu anak tangga sampai lantai bawah.
Langkah kaki miliknya berhenti saat sampai di ruang makan, dapati sang mama sudah menunggu di kursi paling ujung yang menghadap ke jejeran kursi-kursi lainnya.
"Cepat selesaikan makanmu, jangan sampai telat ke kantor dan mengecewakan klien." Mamanya menyempatkan bicara sebelum kondisi benar-benar hening lantaran ia sibuk memasukkan satu per satu potongan daging ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。
Mystery / Thriller「Kim Jennie ft. Jeon Wonwoo.」 ❝Sebuah kesalahan kecil bisa menjungkir hidupmu sampai seratus delapan puluh derajat.❞ Sebuah kasus tak terpecahkan selama bertahun-tahun kembali muncul dan meneror masyarakat. Seo Livy, putri keluarga konglomerat yang...