-26-

148 31 2
                                    

     "Livy-ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     "Livy-ya."

Livy membuka matanya perlahan. Samar-samar, cahaya putih terang menyapanya. Saat pandangan gadis itu sudah jelas, ia baru dapat mengenali sosok yang tadi memanggil namanya. Seorang wanita berwajah rupawan yang tidak bisa Livy temui lagi.

"Livy, kau harus kembali sekarang! Mama tidak membesarkanmu untuk jadi pengecut! Kenapa kau membiarkan mereka mengambil alih perusahaan?" Wanita itu mengubah ekspresi mukanya menjadi kesal. Ekspresi yang sangat akrab bagi Livy.

Ia kemudian mencengkram kedua bahu gadis itu. "Kembalilah! Jangan biarkan kerja keras kita selama ini sia-sia!"

Livy tidak menjawab, gadis itu terlalu bingung dengan situasi. Jadi, sang mama kembali mengguncang tubuh putri semata wayangnya. "Kau dengar Mama, tidak? Kenapa tidak jawab?! Livy!"

"Livy!"

Livy bangun dengan tersentak. Matanya melotot lebar sekali, napas gadis itu terengah engah seperti baru saja lari marathon. Dari sekian banyak orang, mengapa Livy harus memimpikan mamanya, dan lagi kenapa Livy bahkan harus merasa tertekan dalam mimpinya?

Si Seo menghela napas, menatap Wonwoo yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapannya begitu gadis itu membuka mata.

"Kau mimpi buruk lagi?" Tangan kiri Wonwoo menyodorkan segelas air pada Livy.

"Ah, iya." Tangan Livy terulur untuk menerima gelas dari Wonwoo. Namun, ketika jemarinya tanpa sengaja bersentuhan dengan milik Wonwoo, Livy dapat merasakan aura dingin dan aneh.

Si gadis Seo mengerutkan kening heran, tapi berusaha mengabaikan hal itu. Mungkin saja, Wonwoo memang sedang kedinginan, ia harus berpikir positif. Tidak mungkin kali ini ia juga ditipu Wonwoo palsu 'kan?

Sebelum isi dalam gelas itu diminum, Livy sempat melongok ke dalam. Refleks saat itu juga ekspresi si gadis berubah tegang.

"Kenapa tidak diminum?" Wonwoo kembali bicara saat melihat Livy hanya menunduk diam memperhatikan isi gelas itu.

Bukannya menjawab, Livy hanya terus diam sambil melihat ke dalam gelas. Tangan gadis itu gemetaran, keringat dingin mengucur di dahinya, sementara pikiran Livy sudah mengembara ke mana-mana. Dulu, Livy sering dengar perihal jangan memikirkan sesuatu sembarangan, bisa jadi hal itu benaran terjadi. Buktinya adalah gelas berisi cairan merah pekat seperti darah yang kini ia genggam.

"Livy?" Suara Wonwoo berubah serak, bersamaan dengan badannya yang berjongkok sehingga kini posisinya sama dengan Livy.

Saat itu, Livy baru menyadari perihal aroma aneh yang keluar dari tubuh Wonwoo. Baunya seperti mayat.

Gadis itu memberanikan diri bicara pada Wonwoo palsu di hadapannya. "Siapa kau?" Nada suaranya begitu tajam, kendati diam-diam Livy hampir mati ketakutan.

"Apa maksudmu? Aku ini Jeon Wonwoo." Tangan kiri Wonwoo terulur mengelus tangan Livy yang menggenggam gelas. Tapi lagi-lagi, Livy merasakan bulu romanya berdiri serentak.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang