-1O-

196 41 8
                                    

        "Bagaimana kondisi gadis yang semalam?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        "Bagaimana kondisi gadis yang semalam?"

Seokmin menghampiri Wonwoo sambil menghela napas lelah. Semalam itu benar-benar situasi yang gila, menurut Seokmin. Sudah begitu, tadi pagi begitu ia sampai di kantor, ia dan yang lain juga langsung diomeli oleh atasan mereka pula. Benaran cobaan yang bikin kesal. "Kondisinya sudah membaik. Lagipula, untung semalam ia buru-buru dibawa ke sini."

Wonwoo memejam selama beberapa saat. "Syukurlah kalau kondisinya baik." Ia menatap Seokmin dan beberapa rekan lain yang berjaga di depan pintu kamar gadis itu. "Jaga dia baik-baik, jangan sampai lengah."

Setelah mengatakan kalimat barusan, si Jeon memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit. Ia harus kembali ke kantor untuk mengerjakan beberapa perkerjaan sementara rekan-rekannya bertugas di rumah sakit.

Buat Wonwoo, rasanya masih tidak nyata kalau dibilang semua kejadian tadi malam berhubungan dengan hal mistis. Akal sehatnya seperti menolak percaya pada gagasan Livy, menyoal apa yang mereka kejar sekarang bukan manusia. Makin dipikirkan, Wonwoo juga jadi makin pusing. Sebab, kalau memang benar itu bukan manusia, lalu bagaimana ia akan menangkap makhluk itu dan menghukumnya? Wonwoo cuma manusia, bukan dewa.

"Aish, sialan. Kepalaku mau pecah," gumamnya dengan nada putus asa.

Livy menatap pantulan dirinya di cermin kamar Wonwoo. Satu kata yang kira-kira cukup buat menggambarkan kondisi gadis itu‐--kacau. Waktu ia pergi dari rumah kemarin, Livy tidak sempat membawa barang-barang seperti kosmetik dan skin care. Jadi wajar saja kalau sekarang penampilannya lusuh. Dari kemarin, ia juga hanya pakai baju-baju milik ibunya yang masih ada di rumah itu.

"Seo Livy, apa yang terjadi padamu?" gadis itu bergumam lirih, menatap miris kondisi dirinya sendiri.

Livy sekarang bukan lagi putri keluarga Seo yang bergelimang harta. Bukan lagi anak paling bahagia di dunia ini. "Benar, sekarang aku tidak perlu jadi anak paling bahagia 'kan?" Ia tersenyum kecut waktu bibirnya mengucap kalimat barusan.

Livy sekarang bebas. Ia bisa bermain kapan saja, tanpa harus takut dimarahi mamanya. Livy bisa menangis kalau sedih, tertawa kalau bahagia. Kendati gadis itu belum tahu cara mengekspresikan perasaannya sendiri, tapi Livy bisa belajar pelan-pelan. Karena sekarang rantai yang mengekang hatinya sudah lepas. Meski waktu rantai itu lepas, ia meninggalkan bekas luka yang cukup dalam buat Livy, tidak tahu bakalan sembuh kapan.

Suara berisik terdengar dari dalam perut Livy, menyadarkan Livy kalau lambungnya belum sempat terisi apa-apa sejak tadi pagi. Wonwoo tidak pulang sejak semalam. Livy ingat waktu selesai mengucap janji untuk menyelidiki kasus kematian orangtuanya, si Jeon bilang kalau ia harus kembali ke kantor untuk menyelidiki lebih lanjut tentang gadis yang semalam. Sejak itu juga, Livy belum ke luar kamar lagi.

Ia menurunkan kakinya dari ranjang, sampai menapaki karpet di bawah kasur Wonwoo. Kemudian, tungkai kembar itu melangkah ke luar kamar. Setidaknya Livy harus makan sesuatu atau minum untuk mengisi perutnya.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang