-O8-

208 50 8
                                    

          Pukul dua belas siang, Wonwoo kedatangan tamu di kantornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


          Pukul dua belas siang, Wonwoo kedatangan tamu di kantornya. Seorang gadis dengan penampilan serba mewah dan kacamata hitamnya datang tiba-tiba, tanpa diundang, dan merecoki jam istirahatnya siang itu.

"Mau apa kau datang ke sini?" Si Jeon bertanya dengan matanya yang memicing sekaligus berikan sorot tak suka.

"Aku mau ikut kau kerja," balas Livy dengan enteng.

Wonwoo menyibak surainya, merasa frustasi. "Kau gila? Pulanglah, jangan membuatku tambah pusing." Lelaki itu melewati tubuh Livy, berniat buru-buru menyingkir dari sana sebelum dengar yang aneh-aneh lagi dari mulut adik tirinya.

Namun, langkah Wonwoo masih kalah cepat dengan mulut Livy. "Apa kau sudah memikirkan keanehan pada kasus orangtuaku?" Perkataannya sanggup menghentikan langkah Wonwoo.

Helaan napas berat keluar dari bibir pemuda itu. Harusnya sekarang ia sedang mengisi perut kelaparannya. Apa Livy memang ditakdirkan untuk datang mengganggunya setiap saat begini? Wonwoo membalikkan tubuhnya. "Hey, aku bahkan belum sempat makan---"

"Kalau begitu ayo bicara di tempat makan!" Livy memotong kalimat Wonwoo, menyeret si Jeon ke dalam mobilnya dan segera melaju ke tempat yang ia maksud.

Livy memperhatikan dengan intens sosok yang kini berada di hadapannya. Mangkuk berisi sup yang juga ada di depannya cuma diabaikan begitu saja, belum disentuh sama sekali lantaran pemiliknya lebih memilih obati lapar dengan melihat Wonwoo menyantap makanannya.

Sadar diperhatikan, Wonwoo mendongak dengan air muka bingung sekaligus risih ke arah Livy. "Kenapa kau tidak makan?"

Yang ditanya menggeleng pelan. "Aku bakalan kenyang kalau melihatmu makan dengan lahap seperti tadi."

Wonwoo meletakkan sendoknya, putuskan untuk menunda acara makannya sebab ia juga tidak bisa makan dengan tenang kalau Livy terus taruh atensi padanya. "Memperhatikan orang yang sedang makan itu tidak sopan."

Livy justru terkekeh pelan selepas dengar respon Wonwoo. Gadis itu menopang dagunya pada telapak tangan kanan. "Bukannya kalau di drama, yang seperti itu malah jadi romantis?"

"Apa ini drama? Lagipula, di antara kita tidak ada hubungan romantis seperti itu, jadi jangan mengada-ada." Sendok yang semula ia letakkan, kini kembali diambil. Wonwoo melanjutkan urusan makannya tanpa peduli lagi pada Livy. Harusnya ia sadar, bicara dengan Livy tidak jauh seperti ia bicara dengan tembok.

"Siapa tahu nanti kau bakal suka padaku." Livy juga memutuskan memulai kegiatan makannya. Sebelum menyuap sesendok sup ke dalam mulutnya, ia sempat bicara lagi, "Lagipula, kita 'kan bukan saudara kandung. Bukankah kita cocok jadi pasangan? Aku cantik, dan kau tampan. Ah, begitu serasi."

Wonwoo terbatuk-batuk segera setelah gadis di hadapannya melantur seperti tadi. Yang benar saja, mereka bahkan baru bertemu beberapa kali. Yang namanya Seo Livy itu mukanya memang setebal dinding.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang