Cuaca Kesembilan : Hari-hari Cerah

491 59 3
                                    

Cuaca cukup cerah dalam beberapa hari terakhir. Tak peduli bagaimanapun sang penyiar berita yang menyampaikan potensi hujan, orang-orang tetap beraktivitas dengan penuh semangat. Tiada sedikitpun keyakinan akan turun hujan saat mereka menatap langit yang bersih.

Setiap pagi hingga sore, awan sirus dan stratus menjadi penguasa langit. Sesekali sang kumulus ikut berbaur, namun kecepatan angin yang tinggi membawanya cepat pergi pula. Hal itulah yang dipercaya orang-orang bahwa mendung selalu datang, namun hujan sedang ragu mengguyur kota.

Dari puluhan ribu orang yang berada di kota, kebanyakan memberanikan diri untuk menghabiskan waktu di luar. Bermain di bawah hangatnya sinar mentari membuat mereka lebih mensyukuri hidup, karena sang matahari adalah sumber energi kehidupan yang kekal. Musim panas juga masih panjang, jadi mengapa tak coba terus menikmatinya?

Hal yang sama juga berlaku pada penghuni rumah sakit Konoha, tanpa terkecuali si gadis hare-onna, Sakura Haruno. Ia terlihat menikmati paginya dengan pasien lain yang berjemur di taman. Seperti sudah menjadi kebiasaan, hampir semua pasien tak mau menyia-nyiakan kesempatan berjemur kala matahari bersinar.

Sakura terduduk kursi roda, tepat di sebelah bangku taman yang paling tepi. Sejak pagi ia terus menunduk seolah merenungi nasibnya. Ya, Sakura kini tak bisa berjalan lagi. Cedera akibat kecerobohannya ketika memaksakan latihan fisioterapi malah berakibat fatal pada susunan saraf motorik tulang belakangnya.

Beberapa kali Sakura menghibur diri, sejenak melupakan keluh-kesahnya. Tapi percuma. Penderitaannya telah dimulai. Mau tak mau Sakura harus menggunakan kursi roda kemanapun.

Cuaca cerah rupanya juga membawa Sasuke, sang ame-otoko, keluar beraktivitas. Rasa jengah karena terus berada di kamar ataupun ruang radiologi membuatnya lupa akan hangatnya sinar mentari. Ia pun memutuskan berjemur hari itu, memilih bangku paling ujung yang terletak berbatasan dengan lorong rumah sakit.

Seketika pandangan Sasuke mengarah pada gadis dengan kursi roda yang tak asing baginya. Perlahan ia mendekat dari belakang, terus memberikan dorongan pada dirinya agar berani mendekati si gadis. Tekadnya tak boleh berubah lagi!

"Y-yo!" sapa Sasuke salah tingkah. Ia tak tau harus memulai perkenalan dari mana.

Sontak perempuan berambut pendek yang disapa Sasuke mengusap sesuatu di wajahnya. Ia merubah ekspresinya. Suara yang amat dihafalnya, ia harus menampakkan kebahagiaan untuk menularkannya pada Sasuke.

"Tak apa untuk menjadi dirimu sendiri. Kalau kau bersedih, kau tak perlu menutupinya" cuap Sasuke sedikit memalingkan wajah.

Sakura mengendurkan senyumnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dalam sekali hembus. Ucapan Sasuke ada benarnya.

"Kau harus berusaha mengekspresikan dirimu lebih bebas" lanjut Sasuke.

Sakura menatap Sasuke, "sou ka? Arigatou"

Keduanya bertatapan. Kali ini Sakura tersenyum. Dan Sasuke tau senyum itu begitu tulus. Untuk pertama kali, keduanya tersenyum bersama dengan suasana hati yang sama.

"Sumanakatta" ucap Sasuke tiba-tiba. Sebagai pria yang baik, ia harus meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukannya.

"Untuk apa?"

"Semuanya" kata Sasuke malu-malu, "terutama kelakuan bodohku yang membuatmu menjadi seperti ini"

Sasuke mengungkapkan permintaan maaf dari hati. Ia menyesal telah mengakibatkan Sakura harus melakukan rehabilitasi berulang. Dan pada akhirnya, kondisi Sakura makin buruk seperti apa yang dilihatnya saat ini.

"Tenang saja, kau tak perlu minta maaf. Semuanya salahku. Semua keputusanku sendiri" jelas Sakura sambik tersenyum.

"Iie" tegas Sasuke, "kau tak perlu menghiburku seperti itu. Aku bukan anak kecil yang bisa kau bohongi dengan kata-kata manis!"

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang