PROLOG

1.7K 131 0
                                    

Langit mulai mendung pertanda akan hujan. Ya, hal itu pasti akan terjadi dimanapun sosok lelaki pemurung bernama Sasuke Uchiha berada. Gumpalan awan mendung akan selalu mengiringi langkahnya, seakan mencerminkan perasaan dari lubuk hatinya.

Mungkin ame-otoko adalah gelar yang tepat untuk disematkan pada laki-laki berambut raven tersebut. Tak pernah sedikitpun tersirat raut bahagia di wajah sejak kematian kakaknya. Dan hari ini, belum usai ia meratapi kepergian sang kakak, ia harus kembali beradu dengan kesedihan yang menyelimuti. Semesta seperti tak ingin melihat senyumannya lagi.

Pemakaman kedua orang tua Sasuke telah usai satu jam yang lalu, tapi ia tetap tak mampu meninggalkan makam. Hatinya tercabik-cabik. Kini ia hidup sendiri. Ia tak pantas menjadi satu-satunya anggota keluarga yang masih hidup, padahal dirinyalah yang paling dekat dengan kematian.

"Sasuke, ikou" panggil seorang pria dari belakang, "hujan mulai turun. Kau harus kembali ke rumah sakit"

Sasuke menggeleng. Ia tak mau pergi. Ia tak mau berpisah. Lagipula, apa gunanya terus berjuang hidup jika dirinya tak memiliki siapapun lagi?

"Sasu—"

"Yamero!" pekik Sasuke menepis tangan seseorang yang ingin memayunginya.

Pria itu menghela napas. Saudara sepupunya memang dikenal keras kepala. Kalau sudah begitu, maka dirinya tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa membiarkan sampai saudaranya berubah pikiran atas kemauan sendiri.

"Baiklah, aku pamit dulu. Payungnya ku letakkan di belakangmu. Jaga dirimu Sasuke" pesan pria itu, "jika dalam waktu setengah jam lagi kau tak kembali, aku akan menelpon pihak rumah sakit untuk menjemputmu paksa"

"Urusai! Urusai! Kalau kau pergi, pergi saja!" usir Sasuke.

Selang beberapa detik hujan mengguyur tempat Sasuke berdiri. Meski demikian, Sasuke tak beranjak. Perasaan pilu di hatinya tak tertahankan. Rinai hujan turun semakin deras, mencoba menyamarkan air mata lelaki yang sedang bersedih itu.

Tangisnya semakin menjadi ketika sadar bahwa dirinya lah yang tersisa dari bagian keluarga sempurna mereka. Rintihan rasa sakit dari dalam hati Sasuke terdengar begitu jelas oleh alam, membuat langit bergemuruh.

Sementara di pemakaman sisi utara, langit nampak begitu cerah. Seorang gadis bersurai merah muda bangkit dari duduknya dengan menggunakan tongkat bantu jalan. Ia berdiri dan menyusuri makam menuju pintu keluar di area timur. Di sanalah sahabatnya telah menunggu untuk mengantar dirinya ke suatu tempat lain.

Sakura, nama yang tepat seperti cuaca cerah di musim semi. Perempuan berusia 22 tahun itu melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah. Tubuhnya tak sekuat dulu, tapi semangat juang hidupnya sangat tinggi. Ia berusaha berjalan cepat, namun perlahan ia berhenti. Arah pandangnya menatap pada langit di kompleks pemakaman barat yang dekat dengan sisi selatan. Langit terlihat sedih di sana.

Dengan cekatan Sakura menuju ke kompleks itu. Dari kejauhan ia melihat seseorang basah kuyup karena hujan. Cepat-cepat Sakura menuju ke tempat orang tersebut untuk menawarkan payung. Ia khawatir laki-laki yang sedang berdiri di tengah hujan itu akan terserang flu nantinya.

Cuaca ekstrem mulai bergeser. Langit Sasuke tak lagi gelap. Hujan mulai reda saat gadis yang entah dari mana datangnya tiba-tiba menghampiri. Sang hare-onna, si pembawa cuaca cerah. Ia berhasil merubah cuaca dan mengusir hujan.

"Sumimasen, kau terlihat basah kuyup! Mau mampir ke mobilku sebentar? Aku akan memberimu handuk"

Sasuke terdiam tak menggubris tawaran Sakura. Ia bahkan tak menoleh sedikitpun.

"Ne, sumimasen! Apa kau mendengarku? Hujannya mungkin sudah berhenti tapi kau akan masuk angin jika terus dalam kondisi seperti itu" bujuk Sakura sekali lagi agar lelaki di hadapannya merespon.

Mata Sakura melihat pada payung yang terbuka tak jauh dari sisi laki-laki itu. Walau payungnya sempat terbang jauh, tapi jelas sekali itu milik si laki-laki di depannya.

Dia memilih berhujan-hujan padahal membawa payung?

"Sou ka" decak Sakura pada Sasuke, "kehilangan itu rasanya pasti berat bukan? Tapi lama-lama kau akan terbiasa. Yang terpenting teruslah maju!"

Sasuke tak bergeming.

Sesaat Sakura menyadari pakaian yang dikenakan Sasuke, "hmm.. kau pasien dari rumah sakit Konoha? Kalau begitu kenalkan, aku juga di sana. Aku dokter. Senang bertemu denganmu! Kuharap kita mampu menjadi teman saat di rumah sakit nanti"

Lagi-lagi Sasuke tak bereaksi apapun. Jangankan menjabat tangan Sakura, memperhatikan gadis itu saja tidak.

"Yosh, mungkin ini bukan pertemuan awal kita yang baik. Tapi karena kau dan aku berada di rumah sakit Konoha, jadi kita bisa memulai lagi pertemuan kita dengan baik yaa, ummm.." Sakura mencoba membaca nisan tempat Sasuke terpaku, "Uchiha-san! Jaa nee~"

Sakura melempar senyum pada Sasuke. Dalam hatinya ia senang akan mendapat satu kenalan lagi di rumah sakit. Ia akan memiliki banyak teman ketika kembali nanti.

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang