Cuaca Kedua : Hujan Membawa Kebahagiaan

662 79 0
                                    

Gemuruh dari langit mulai terdengar. Suaranya menggema sampai-sampai menggetarkan tanah tempat semua orang berpijak. Suasana terasa mencekam. Langit makin gelap. Gulungan awan berwarna kelabu terbawa angin dan berhenti sejenak di langit Konoha.

Selang beberapa menit, rintik hujan turun. Makin lama makin deras menghunjam bumi. Orang-orang yang berada di tempat terbuka berlarian mencari tempat berteduh. Bau tanah yang basah bertebaran tercium hingga ke lantai atas, tanpa terkecuali di lantai dua. Beruntung sekali orang-orang yang ruang perawatannya menghadap ke luar. Mereka mampu merasakan sensasi segar saat hujan tiba.

Gadis bermata hijau emerald itu berbeda dari kebanyakan orang. Saat semua menghindari hujan, ia justru ingin bermain di bawah guyuran hujan. Saat banyak orang mengganggap hujan pembawa pilu, ia malah menganggap sebagai pemberi nuansa syahdu. Ia sangat menyukai hujan meski dirinya seorang hare-onna.

Perlahan Sakura bangkit, meraih kruk yang tersandar di sisi ranjangnya. Ia mencoba berdiri dan membuka gorden yang menutupi jendela. Tak puas hanya melihat hujan, Sakura juga membuka jendela agar menikmati aroma hujan yang khas.

Sayangnya hujan tak berlangsung lama. Dua puluh menit kemudian hujan mereda. Orang-orang mulai memberanikan diri berjalan di bawah tetes hujan yang belum sepenuhnya berhenti. Meski begitu, gerimis di hari itu bertahan lama.

Sakura cukup puas dengan hujan hari itu. Ia menyadari betul saat melihat gorden jendela basah. Rupanya dirinya berlebihan untuk bersenang-senang dengan hujan. Merasa nampak kekanak-kanakan, Sakura ingin meminta ganti gorden baru. Jika teringat Ino, ia akan dimarahi karena melakukan hal yang tidak perlu.

Dengan memaksakan tubuhnya, Sakura berjalan keluar untuk meminta gorden pengganti pada petugas. Namun di tengah perjalanan menyusuri lorong, Sakura mendapati sosok yang sejak kemarin lusa hendak ia temui. Laki-laki itu tak sempat ia jenguk karena harus istirahat total tiga hari lalu ketika tubuhnya ambruk di simulasi berjalan tanpa alat bantu.

Cepat-cepat Sakura berbalik ke kamar. Jas dokter yang ia gantung dengan hanger langsung dipakainya. Perawakannya sudah sempurna untuk terlihat layaknya dokter. Ia siap menemui Sasuke dan menjalankan peran menjadi aktris.

Raut wajah gembira Sakura tiba-tiba pupus begitu keluar dari kamar. Orang yang menjadi targetnya menghilang. Ia kemudian menempelkan telinganya pada pintu ruangan yang ditunggu. Samar-samar Sakura mendengar suara Sasuke yang amat dihafalnya, padahal ia hanya mendengar Sasuke bicara beberapa kali saja.

Sakura memutuskan untuk duduk di ruang tunggu. Ia menatap lamat-lamat plang ruangan yang dimasuki Sasuke. Ia mengejanya perlahan.

RUANG RADIOLOGI.

Jantung Sakura seolah berhenti berdetak. Apakah Sasuke tak salah masuk ruangan? Ruangan itu, biasanya pasien yang mengidap penyakit serius akan masuk ke sana. Tiba-tiba pikirannya kalut. Mungkinkah Sasuke menderita sakit yang parah?

Tidak. Bisa saja dia hanya melakukan ronsen.

Sebisa mungkin Sakura menampik perasaan cemas berlebih. Pemeriksaan ronsen tidak akan melebihi waktu 10 menit. Tapi Sasuke, hampir dua puluh menit di dalam!

Sakura khawatir. Bagaimanapun juga dia mahasiswa kedokteran yang mengetahui kejanggalan tertentu terkait pemeriksaan kondisi Sasuke.

Tidak. Barang kali dia sedang mengobrol dengan dokter.

Pada akhirnya, setelah hampir 40 menit menunggu, Sasuke menampakkan diri. Pakaiannya nampak baru dilepas. Bajunya tak terkancing sempurna. Dua kancing bagian atas dibiarkan begitu saja.

"Konnichiwa, Sasuke-kun! Tak kusangka kita bertemu lagi!" sapa Sakura dengan sumringah. Lelahnya penantian terbalaskan dengan menatap wajah Sasuke. Perasaan campur-aduknya teratasi ketika melihat kondisi Sasuke yang baik-baik saja.

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang