Cuaca Kelima : Dunia Mendung Sakura

539 55 0
                                    

Ino makin was-was. Dua hari belakangan, dokter yang memantau kondisi Sakura menyatakan hal yang tidak terlalu baik. Kesehatan Sakura memburuk.

"Aku akan mengambil hasil ronsen. Kau tetaplah istirahat di ranjang!" perintah Ino pada Sakura.

Sakura hanya mengangguk tak bisa mengucap sepatah kata pun. Ia tau Ino merasa bersalah atas kejadian lalu. Padahal hal itu bukan sepenuhnya salah Ino. Sakura juga bertanggungjawab atas kelalaiannya sendiri.

Ino keluar dari kamar Sakura. Ia merutuki diri sendiri yang dengan bodohnya menraktir Sakura tempo hari. Tanpa tau efek sampingnya, Ino tak sengaja memberikan es kopi dengan kadar kafein tinggi. Sementara konsumsi kafein tinggi dapat menghambat tahap penyembuhan tulang.

Pagi itu Ino tak mendapat jadwal shift, sehingga ia memiliki waktu longgar lebih banyak. Rencananya ia akan berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk Sakura. Namun ada hal yang harus dikonsultasikan terlebih dahulu terkait kondisi Sakura.

Ino berjalan menuju ruang radiologi, tempat Sakura melakukan pemeriksaan ronsen beberapa jam lalu. Dalam ruang yang besar itu terdapat bilik-bilik lain dengan fungsi berbeda. Sejujurnya Ino cukup penasaran karena tak semuanya sempat ia masuki selama menjadi dokter muda.

"Uhm, sumimasen Ino-san. Kalau kau keluar ruangan nanti, tolong persilahkan pasien di depan untuk masuk. Biasanya dia sudah bersiap sebelum jadwal terapi" kata seorang petugas muda yang sedang sibuk menata dokumen.

"Tidak, tidak. Biar kulakukan sendiri. Aku baru saja selesai dengan tugasku" cegah salah seorang teknisi berusia lebih tua yang baru keluar dari salah satu bilik khusus, "maafkan kami sudah merepotkan Nona"

Kedua pria di depan Ino itu saling berbisik dan menyikut. Si senior memperingatkan juniornya agar tak lalai memberikan tugas pada orang lain, sedangkan si junior beralasan sekedar meminta tolong agar tak membuat pasien lain menunggu. Ino tertawa kecil pada keduanya. Petugas-petugas itu sangat profesional. Ia mengungkapkan kalau sebenarnya tak keberatan dimintai tolong.

Ino pun keluar dari ruang radiologi bersamaan dengan sang teknisi senior.

"Sasuke Uchiha-san, silahkan masuk"

Sejurus kemudian, Ino langsung menoleh pada pasien yang baru saja dipanggil. Ia memandangi lamat-lamat pria muda berkulit pucat yang berlalu tanpa menoleh sedikitpun ke arah lain. Presepsinya beradu, menyangka-nyangka bahwa pasien itu adalah orang yang selama ini diceritakan Sakura.

Dia memang terlihat sangat acuh.. dan dingin.

Ino memutuskan untuk tak beranjak jauh dari ruang radiologi. Ia memilih untuk menunggu Sasuke keluar setelah melakukan pemeriksaan. Sesekali Ino memeriksa jam tangannya untuk memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan Sasuke di dalam.

Sepuluh. Dua puluh. Empat puluh. Lima puluh lima puluh menit terlewati. Sesuai dengan perkataan Sakura, Sasuke menghabiskan waktu cukup lama di ruangan. Bahkan kali ini lebih lama dari apa yang diceritakan Sakura!

Perlahan pintu ruang radiologi terbuka. Pasien laki-laki yang baru saja berada di ruangan mulai menampakkan diri. Selangkah demi selangkah ia berjalan dengan sedikit terhuyung. Beruntung ada pegangan di sisi kanan dan kiri dinding yang mampu menahannya agar tetap berdiri.

Semula Ino merasa iba dan ingin membantu. Namun saat mengingat kembali apa yang telah Sasuke lakukan pada sahabatnya, Ino mengurungkan niatnya. Pikirnya, laki-laki egois seperti itu tak patut dikasihani.

Gadis berambut pirang itu berjalan membuntuti Sasuke. Ia mencoba memastikan kembali kalau Sasuke di hadapannya adalah orang yang memperparah cedera Sakura. Ia benar-benar ingin memperingatkan laki-laki itu untuk bersikap lebih baik.

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang