Seorang pembaca berita menyampaikan perubahan cuaca yang berlangsung labil belakangan cukup berdampak pada pergeseran musim. Akan tetapi, masyarakat tak terlalu ambil pusing. Hal paling penting adalah hujan diperkirakan turun terakir kalinya di bulan ini, sekitar tanggal 20 sampai 25.
"Yokatta, kita tinggal menunggu hujan berhenti di akhir bulan ini" sambut Ino riang, "aku akan mencoba berkencan dengan Sai-senpai saat cuaca cerah"
Sementara Sakura merengut setelah mendengar pemaparan sang pembaca berita. Berbeda dengan orang kebanyakan, ia ingin musim penghujan tak kunjung usai. Ia belum sempat melihat pelangi.
"Doushita, Sakura?" tanya Ino melihat Sakura murung, "aku tau kau menyukai hujan. Tapi musim harus berganti, seperti hidup yang terus berjalan"
Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukan perasaan sedih yang mengganggu karena musim hujan berlalu cepat, ia hanya mencemaskan masa depan. Sakura tak kuasa membayangkan jika musim hujan di tahun mendatang tak bisa bersama Sasuke lagi.
Sementara di ruang perawatan lain, dokter mengapresiasi keadaan Sasuke sudah lebih stabil. Latihan ringan untuk proses berjalan Sasuke juga berlangsung lancar. Meski begitu, Sasuke diperingatkan agar berada dalam pantauan perawat saat berjalan keluar kamar.
"Beruntung sekali Sensei memahami kondisimu yang mudah bosan, jadi kau diperkenankan ke luar" kata perawat Sasuke, "ingat, jangan sampai mengabaikan jadwal pengobatanmu lagi"
"Hn. Sudah kubilang aku hanya memenuhi janji sampai dia benar-benar sembuh"
"Kalau begitu aku permisi. Panggil aku jika kau ingin keluar" pamit sang perawat meninggalkan ruang.
Sasuke melempar senyum pada perawat yang berlalu.
Berbaring lama di ranjang hampir membuatnya lupa cara berjalan. Tidak, lebih tepatnya dia memang tak diperbolehkan jauh dari ranjang karena terlalu ringkih. Ia pun sejenak melupakan masalahnya dan kembali menulis.
Hari itu, Shisui yang selalu bertamu tiap pagi memberanikan diri untuk bertanya tentang kesibukan menulis saudaranya, "apa yang selalu kau tulis?"
"Surat wasiat" celetuk Sasuke seraya meringis.
"Jangan bercanda. Keadaanmu jauh lebih sehat dari sebelumnya, tapi kau sudah punya ancang-ancang untuk mati?"
"Aku bukan bocah yang bisa dibohongi lagi, Shisui-san. Aku tau kondisiku. Sensei sudah bicara banyak" cuap Sasuke tenang, "tapi kau tak perlu khawatir. Aku akan melewati sisa umurku dengan baik. Aku tak ingin menyusahkanmu atau siapapun lagi"
Mata Shisui berkaca-kaca. Sasuke mulai menampakkan sikap dewasa dalam menghadapi penyakitnya. Namun ia tak bisa menerima kenyataan pahit yang menghantui di balik senyuman tulus Sasuke.
"Ah, apa aku perlu menuliskan pesan untuk Nee-san, berjaga-jaga saat aku mati nanti?"
"Ada hal yang lebih penting daripada membahas itu. Lihat, hari ini cukup cerah. Jangan lupa berjemur agar mendapat sinar matahari yang cukup. Ittekimasu" alih Shisui cepat-cepat.
Sasuke melepas pergi Shisui. Selang sepersekian detik, Sakura berganti masuk untuk menengok Sasuke seperti biasa. Cepat-cepat Sasuke menyembunyikan buku yang asyik ia tulis. Sakura berusaha mengorek informasi buku tersebut, tapi Sasuke segera mengubah arah obrolan.
"Aku akan menemanimu latihan hari ini" tukas Sasuke membuat Sakura terkejut.
"D-dame! Kau kan masih—"
"Sensei bahkan sudah memperbolehkan untuk berjalan-jalan" potong Sasuke tak ingin Sakura berbelit-belit, "Shisui juga menyuruhku berjemur"
Sakura menghela napas lega. Ternyata kondisi Sasuke sudah kembali bugar. Wajahnya pun tak lagi pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Raining Sky ✔️
Fanfiction| COMPLETED 23/03/2021 || SASUSAKU pairs | Sasuke Uchiha, seorang ame-otoko bertemu dengan Sakura Haruno, sang hare-onna. Sasuke si pemurung dan Sakura si periang, keduanya sangat bertolak belakang. Tak ada yang menyangka keduanya mampu merubah cuac...