Cuaca Ketigabelas : Langit Milikmu-1

364 43 0
                                    

Pagi-pagi sekali seorang dokter muda cantik tergopoh-gopoh mempersiapkan pertemuan penting. Jas dokter yang ia sampirkan di sofa tempatnya tidur segera ia kenakan. Tanpa sarapan, ia bergegas membawa beberapa map berisi file-file penting.

Dokter muda itu menatap sahabatnya yang masih tertidur. Ia ingin membangunkan, berpamitan karena harus pergi pagi sekali. Tapi pada akhirnya ia enggan mengganggu.

"Ittekimasu, Sakura" pamitnya setengah berbisik. Ia langsung berlari kecil menyusuri lorong menuju lift yang akan tertutup. Saking tidak pedulinya dengan sekitar, ia menabrak seorang laki-laki berusia sebaya dengannya.

"S-sumimasen!" ucapnya tanpa melihat sosok pria itu. Ia terus berlari menyusul orang terakhir yang akan masuk lift.

Sasuke, ka?, gumamnya setelah mengangkat kepala, melihat seseorang nun jauh di seberang tempatnya berpijak.

Pria muda bernama Sasuke itu langsung membalikkan badan. Ia bersegera kembali ke kamar hendak mempersiapkan sesuatu.

Kesempatan yang bagus untuk menengok Sakura!

Namun begitu sampai di kamar, langkahnya terhenti seketika. Ia mendapati sosok Shisui sedang berdiri menunjukkan botol obat kosong. Botol itu, padahal Sasuke sudah berusaha menyimpannya tanpa ketahuan orang lain.

"Apa ini, Sasuke?"

Mulut Sasuke terbungkam. Ia tak mampu bersuara. Rahasianya telah terbongkar.

"Untuk apa obat penenang dosis tinggi ini?!" lanjut Shisui menaikkan nada bicaranya.

"Gomen, Shisui. I-itu.." Sasuke mencoba beralasan. Tiba-tiba saja kepalanya terasa berat. Pandangannya menjadi buram. Kesadarannya mulai menghilang.

"Sasuke!" pekik Shisui.

"Sasuke bertahanlah!"

...

"Sasuke!"

...

"Oi, Sasuke!"

...

"Sasuke-san?"

Gema suara panggilan dari seseorang yang menyebut namanya membuat Sasuke terbangun. Kepalanya masih pusing. Lengannya terasa linu. Perlahan Sasuke menoleh.

Suntikan lagi?

"Yokatta kau sudah siuman" ucap seorang perawat yang baru saja memastikan kondisi Sasuke, "kami sempat panik Shisui-san memencet tombol bantuan darurat berulang kali"

"Jadi di mana dia?" tanya Sasuke mencari Shisui di sekeliling.

"Dia pergi. Nampaknya dia sedang kecewa. Apa yang baru saja kau perbuat pada orang sebaik itu?"

"Urusai! Jawabanmu tidak membantu sama sekali" sentak Sasuke.

"Hai hai. Sepertinya kau kembali tempramen lagi. Mungkin aku harus membiarkan sinar matahari masuk" kata sang perawat sembari membuka kelambu, "sinar matahari baik untuk meningkatkan hormon serotonin. Semoga moodmu jadi lebih baik"

Sasuke memincingkan mata tak tahan dengan silaunya matahari pagi. Sejenak ia teringat akan sesuatu, "pukul berapa sekarang?"

"Setengah delapan" jawab perawat Sasuke singkat, "baiklah kalau tak ada yang perlu kubantu—"

Sejurus kemudian Sasuke turun dari ranjang dan memakai sandalnya. Ia nampak tak pikir panjang untuk pergi keluar. Meski dengan menahan ngilu di lengan, Sasuke melesap begitu saja ke suatu tujuan.

"Dasar pasien itu" gerutu sang perawat menyeringai seolah tau kebiasaan Sasuke.

Sasuke terhenti di satu titik. Ia mengatur napas menjadi normal. Setelah siap, ia mengetuk pintu kamar salah seorang pasien di lorong pertama.

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang