Cuaca Keempat : Separuh Mendung Separuh Cerah

524 66 0
                                    

Tubuh Sakura semakin kurus. Sejak tiga hari lalu, dokter mulai memberi obat dengan dosis lebih tinggi. Berharap kondisinya lekas membaik.

Benar saja. Kondisi Sakura mendingan, tapi hanya sebatas permasalahan tulangnya. Pencernaannya tidak demikian, sehingga tak jarang ia harus memuntahkan kembali makanan yang baru ia masukkan.

"Kau yakin mau menjalankan jadwal terapi hari ini?" tanya Ino setelah Sakura dua kali ke kamar mandi.

"T-tentu" jawabnya terbata sembari menahan rasa mual, "aku ingin c-cepat sembuh!"

Ino tersenyum simpul pada Sakura. Api semangat yang hampir padam itu kembali membara. Tak peduli seberapa lemah tubuhnya, Sakura selalu bersemangat. Sosok sahabatnya memang gadis matahari sejati.

Dia tak pernah berhenti bersinar.

Ino mendorong kursi roda Sakura menuju lift di ujung lorong. Sesaat Sakura menoleh ke lorong kelima, dimana ruangan Sasuke berada. Sakura meminta untuk mampir sejenak, tapi Ino menolak mentah-mentah.

"Lalu Sasuke akan tau kalau kau pembohong? Dia akan tau kau bukan dokter sungguhan"

"Hmm.. benar juga"

Ino bernapas lega. Ucapan demi ucapan harus benar-benar ia tata kembali. Ia menyusun kalimat yang tepat agar Sakura mengikuti arahannya.

"Kalau begitu aku ingin kita berbalik. Aku ingin mengambil jas dokterku agar berjaga-jaga saat bertemu Sasuke"

Ino pun mengernyitkan dahi. Padahal baru saja ia berpikir Sakura akan berhenti melakukan tindakan bodoh. Tapi tetap saja, Sakura adalah kepala batu. Mau tak mau ia memutar balik kursi roda menuju kamar.

"Seberapa yakin kalau kau akan bertemu Sasuke?" ujar Ino meragukan.

"Seyakin perkiraan cuaca hari ini. Kau tau, tadi kulihat berita kalau hari ini akan hujan. Awan mendung sudah menyelimuti kota pagi-pagi sekali"

Ino menertawai Sakura, "kau ini sangat lucu! Bagaimana bisa pertemuanmu bergantung pada cuaca?"

Sakura terdiam, "entahlah. Akupun juga tak tau landasan pemikiran ini. Tapi aku menyadarinya. Aku dan Sasuke hanya bertemu saat hujan"

"Baka, itu hanya kebetulan semata!" seloroh Ino sembari melempar jas dokter Sakura, "sudah tak ada yang perlu dibawa lagi, Ratu Drama?"

"Tidak ada. Mari kita lanjutkan perjalanan, Ajudanku" gurau Sakura.

"Enak saja! Memang kau menggajiku berapa?" tanggap Ino dengan nada bercanda.

Kedua sahabat itu tertawa renyah bersama. Keceriaan Sakura tanpa sadar membawa sang surya kembali menyinari langit kota. Cuaca mendung nan gelap berganti cerah seketika.

Matahari dengan teriknya menyinari kota pagi itu. Energinya seolah menular kepada siapapun makhluk yang singgah di bumi. Semua nampak begitu semangat menjalani hari. Silaunya cahaya pagi itu seperti saat siang hari.

Sasuke menatap langit dari sela kelambu jendela kamar. Shisui sengaja membuka jendela kamar Sasuke saat pagi untuk membiarkan udara pagi berhembus, berharap terjadi sirkulasi udara agar tak pengap. Kebiasaan itu selalu ia lakukan sebelum pamit bekerja pada Sasuke.

"Keluarlah, hari ini sangat cerah" pesan Shisui kemudian berlalu pergi.

Benar juga, gumam Sasuke. Ia juga butuh melakukan gerakan-gerakan ringan agar semakin terlihat segar. Lagipula dokter juga pernah menyarankan untuk sesekali berjemur demi menguatkan daya tahan tubuh.

Sasuke membuka selimutnya, berusaha keluar dari zona nyaman. Ia menghirup udara pagi yang lama tak dirasakannya. Selama ini paginya selalu kelabu atau bahkan tak sempat ia nikmati karena fokus pada jadwal radioterapi.

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang