Cuaca Keenam : Dunia Mendung Sasuke

507 54 4
                                    

"Dia sudah tau kau bukanlah dokter di rumah sakit ini. Dia beralasan kalau perawat memberitau hal itu dengan sengaja. Tapi aku yakin kalau dia yang menanyakannya sendiri"

Ucapan Ino selalu terngiang dalam benak Sakura. Setelah hampir berhari-hari Sakura memaksa Ino menceritakan pertemuan dengan Sasuke, akhirnya semalam Ino luluh juga. Dengan iming-iming cerita itu, kondisi Sakura mengalami kemajuan sedikit demi sedikit. Bahkan hari ini ia mulai menjalani terapi demi melancarkan gerak motoriknya.

"Kau kelihatan sumringah sekali, Sakura-chan! Lebih ceria dari sebelum-sebelumnya. Ada apa ini?" tanya seorang pria yang mendampingi rehabilitasi Sakura.

"Benarkah? Bersyukurlah kalau begitu, karena aku membagi kebahagiaanku padamu" celoteh Sakura penuh percaya diri.

"Arigatou. Semoga kau bisa membagikannya pada yang lain juga"

"Hai!" Sakura mengangguk cepat, "kalau begitu aku  akan kembali. Terima kasih atas kerja kerasnya!"

Sakura pamit dari ruang rehabilitasi. Sesaat setelah ia keluar, rintik hujan mulai jatuh. Bulir-bulir air langit turun membasahi bumi. Pasien yang asyik berjemur kemudian cepat-cepat berteduh dan para perawat membawa masuk mereka kembali ke ruangan masing-masing.

Sembari memutar roda, Sakura menikmati aroma khas hujan dari lorong rumah sakit. Kursi rodanya melaju perlahan tak ingin buru-buru melewatkan segarnya udara saat ini. Seketika Sakura mengingat sesuatu.

Pertanda hujan. Pertanda sebuah pertemuan.

Sudah lama Sakura menantikan hujan. Ia tak lelah berharap untuk bertemu Sasuke kala hujan mengguyur. Tanpa pikir panjang, Sakura langsung menambah kecepatan lajunya agar lekas sampai di lantai dua.

TING! Pintu lift terbuka. Sakura menelusuri lorong lantai dua dan berbelok ke lorong kelima. Ia berhenti tepat di ruangan 254, mengunci kursi rodanya, kemudian berdiri sebentar untuk mengintip Sasuke di dalam.

Nihil. Tak ada seorangpun di sana. Sakura melempar senyum pada ruangan itu, meski tau tak ada siapa-siapa. Ia lalu menebak-nebak kalau Sasuke sedang berada di ruang radiologi seperti biasa.

Sakura kembali melaju menuju kamarnya. Ia meneliti sekeliling. Ternyata tak ada Ino yang selalu siap siaga. Sesegera mungkin Sakura menenteng jas dokternya, meninggalkan kursi rodanya, dan berjalan menggunakan kruk sikunya ke depan ruangan.

Tubuh yang belum cukup kuat menyangga diri itu bersandar di dinding lorong. Menanti seseorang yang sukses merubah harinya penuh warna sejak kemarin. Tak peduli berapa lamanya, Sakura tetap berjaga.

Sakura tak putus semangat. Ia terus menunggu. Detik demi detik berlalu. Menit demi menit berganti jam. Satu jam. Dua jam. Hingga tiga jam lamanya, Sasuke tak kunjung menampakkan diri. Sakura agaknya curiga dengan kejanggalan hari itu.

Rupanya Sakura salah perhitungan. Ia mengira Sasuke akan lewat seperti hari-hari yang lalu, tapi kali ini tidak. Iapun mulai memutuskan untuk mengecek langsung. Perlahan ia melangkahkan kakinya, berjalan ke arah ruang radiologi.

"Ah, Sakura-san. Apa ada yang perlu kubantu? Apa dokter menyarankan untuk melakukan ronsen lagi?" sambut petugas ruang radiologi yang kebetulan keluar. Nampaknya pria itu akan menyetorkan laporan mingguan, terlihat jelas dari berkas-berkas yang ia bawa.

"I-iie, aku sedang tidak ada keperluan. Aku ingin menanyakan pasien yang bernama Sasuke"

"Uchiha-san, ka? Hari ini dia sedang tidak ada jadwal terapi"

"Memangnya dia sakit apa?"

"Kalau itu kami tak bisa memberitau. Pasien meminta untuk tidak mengatakan pada siapapun. Tapi kurasa kau bisa menanyakan padanya sendiri"

Under the Raining Sky ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang