yujin saputra, atau yang biasa dipanggil yujin (kalo orang inget) adalah siswa biasa di sekolah menengah atasnya.
saking biasanya tampilan dia, orang-orang ga ada yang melirik ataupun 'bully' yujin. dan yujin ga masalah dengan itu.
menurutnya, dia cuma harus lalui masa sekolah, kerja, menikah, dan--gatau deh. karena itu, yujin ga ada niatan mencari 'perhatian'. dan karena itu pula, yujin ga pernah bener-bener menikmati masa sekolahnya.
meskipun begitu, yujin udah membawa sekolahnya dihadapan nasional ataupun internasional untuk bidang akademik. tapi tetep aja, dia ga mau mukanya di pasang di banner. dia agak risih di jadiin perhatian. makanya ga begitu banyak murid yang tau kalo yujin punya bejibun prestasi.
untuk sirklus pertemanan, yujin cuma punya temen itu-itu aja.
tau lah siapa.
"yujin." panggil hyewon. yujin noleh dan cuma angkat alisnya sebagai jawaban.
"gue di suruh si ibu fisika bantu ngajar kelas sebelah nih."
"terus?"
"lo ambil ya."
yujin ngerutin alisnya, "kok gue?"
"gue udah ada janji duluan sama adkel, tapi mapel mtk."
yujin hela napasnya liat hyewon yang memohon, "kenapa ga lo tolak sih?"
"ga enak mau nolak."
"iya deh, serah. kapan tu kelas?"
ting
hp hyewon bunyi dan itu buat atensi hyewon beralih ke hp nya. "jin, gue duluan ya. dipanggil bu mtk."
"lah, terus gue bantu ngajar kelas mana?" tanya yujin ke dirinya sendiri. soalnya hyewon udah lari duluan.
adelard hyewon, salah satu sobat yujin yang sama ambisnya kek yujin. mereka berdua sekelas dan sama-sama bersaing di bidang akademik. meski gitu, mereka ga pernah masalahin rangking.
dan sekarang ini, posisinya lagi jam pelajaran. semua murid udah pada masuk dan yujin ama hyewon dengan santainya jalan di koridor. ya santai, guru ga ada yang mau hukum mereka.
"yujin saputra, sini dulu." panggil ibu fisika.
yujin segera berjalan mendekati gurunya yang lagi berdiri di samping pintu.
"kenapa bu?"
"tadi hyewon wa saya, katanya kamu gantiin dia bantu saya kan?"
yujin mengangguk, "ngajarnya sekarang?" guru itu ngangguk.
"waduh, tapi saya belum ijin ke guru yang lagi ngajar bu."
"mapel kamu kimia kan sekarang? saya udah minta ijin duluan."
"oh, oke bu. saya ga bawa apa-apa ini. pake buku ibu gapapa?"
"iya, gapapa. buku-bukunya saya tinggal."
guru itu kemudian balik ke kelasnya dan teriak, "anak-anak, saya ada urusan. jadi kalian di ajar sama kepercayaan saya ya. jangan berisik!"
si ibu guru itu akhirnya keluar terus nepuk lengan yujin, "makasih ya, nak."
yujin nundukin badannya sebagai jawaban.
yujin berjalan masuk. dan siswa-siswi sekelas sedikit terkejut liat yang ngajar mereka ternyata sepantaran mereka.
yujin berdiri di samping meja guru, "halo, gue yang gantiin pelajaran bu siti untuk dua jam kedepan. mohon kerjasamanya."
yujin benerin kacamatanya sambil rogoh-rogoh nyari spidol. terdenger sekelas malah menggosip.
"lo dari kelas sebelah kan? nama lo siapa?" tanya seorang lelaki.
yujin noleh, dia tatap lelaki itu, "choi hyunsuk. anak band."
yujin hela napasnya, "kalo mau bertanya, mohon angkat tangan lebih dulu." ucap yujin dengan suara tonenya yang emang rendah.
setelah itu yujin diem. sekelas juga diem liat yujin diem. pokoknya mereka diem karena yujin ama hyunsuk diem. ehe:)
"a-ah." hyunsuk angkat tangannya, "lo dari kelas sebelah kan? nama lo siapa?"
yujin ngangguk, "iya, gue dari kelas sebelah. dan untuk nama, sepertinya kita ga perlu saling kenal. karena setelah ini kita ga akan ketemuan lagi. jadi panggil aja gue 'woi' atau 'permisi'."
mereka semua keliatan bisik-bisik soalnya yujin aneh. yujin keliatan ga peduli dan akhirnya beralih ke papan tulis.
setelah nulis beberapa kata, bisik-bisik itu ga juga reda.
yujin yang makin lama makin risih akhirnya balik ke arah mereka.
ada satu cewek yang narik perhatian yujin. cewek itu keliatan 'menghargai' yujin dengan memperhatikan papan tulis. yujin kemudian menggelengkan kepalanya.
tok! tok!
"untuk dua jam kedepan, posisi gue adalah sebagai guru kalian. jadi gue bisa hukum kalian dengan cara gue."
"kemane lo tadi?" tanya yena ke yujin yang lagi makan roti sandwichnya.
"suruh bantu ngajar, kelas sebelah."
yena keliatan ngangguk-ngangguk aja sambil mainin bola basketnya ke dinding.
jam makan siang, tidak pernah yujin habiskan di kantin. yujin milih habisin waktunya di rooftop yang emang jarang di pake people.
yena algalih, juga salah satu sobat yujin yang kehidupan sosialnya sedikit berbeda dengan yujin. yena anak basket, band, pokoknya aktif di olahraga. yena udah sahabatan dengan yujin sejak jaman embrio, makanya mereka bisa bareng walau beda sifat.
"lo ga pernah ke kantin kan? hayu lah kapan-kapan jajan di kantin." ucap yena.
"engga ah, berisik."
"namanya tempat umum ya berisik lah."
"tetep aja, lagian udah beli ini." ucap yujin ngangkat sandwich yang biasa di beli di indomaret.
"makannya itu mulu, ga baik. diabetes nanti."
"bukan diabetes yen. sandwich ga ada gulanya, tapi kalo kebanyakan makan sandwich, nanti bi--"
"sst!" yena motong yujin.
"baik, gue salah. jangan di koreksi, berasa bodo."
yujin terkekeh pelan, "emang dasarnya bodoh."
yena menghampiri yujin terus jitak palanya, "enak bener ngatain yang tuaan bodoh."
yujin megangin kepalanya, "beda 2 bulan aja belagu!"
tok tok
yujin dan yena noleh ke pintu. disana chaeyeon masuk seorang diri sambil nenteng hoodie.
"ciee, nungguin ya?" tanya chaeyeon liat yujin sama yena ngeliatin dia.
"idih, ngapain."
chaeyeon danurdara, sobat yujin lainnya yang juga kehidupan sosialnya berbeda dengan yujin. chaeyeon banyak dikenal karena anak dance dan sepak bola. chaeyeon dan yena satu-satunya sobat yujin yang emang banyak di kenal orang. yujin aja ampe heran kenapa mereka mau temenan ama modelan yujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
weird ; jinjoo (end)
Hayran Kurguyujin yang aneh dan minju yang humble. ... genderbender ! harsh words, non-baku 'asgjpdlmn