terapi

1.1K 160 45
                                    

tok tok

"bang, adek ikut ya?"

yujin yang lagi memakai bajunya menoleh ke wonyoung yang seenak jidat buka pintu kamarnya.

yujin terkekeh, "iya, ayuk."

"yey! btw matanya pakein apa gitu biar ga terlalu kentara."

"iya wonyoung, bawel banget perasaan."

"sip, tungguin ya, adek ganti secepat mata memandang. awas ninggal!"

yujin tertawa pelan dan beralih menatap cermin yang ada di kamarnya. kantung matanya terlihat besar dan menghitam. yujin menuruti perkataan wonyoung dan segera make beberapa alat dan bahan untuk nutupin mata pandanya.

"mau bunda temenin ga, bang?" tanya bunda melihat yujin sudah rapi dengan menenteng map.

"ga usah bun, adek aja yang temenin." jawab yujin.

"habis dari sana langsung pulang ya."

"iya bunda."

"bang putraaa!"

plak

"ih, kok ditabok!" protes wonyoung yang baru turun dan dapat tabokan di mukanya dari yujin.

yujin terkekeh, "habisnya ngaget-ngagetin. yaudah bun, pamit." ucap yujin sambil salim ke bunda.

"hati-hati."























"mau nunggu sini?"

wonyoung mengangguk, "iya, sini aja. kalo keliaran ntar diculik om-om pedo."

"bener-bener." yujin menepuk puncak kepala wonyoung dan ninggalin adiknya duduk di kursi tunggu.



cklek

"selamat sore, yujin." ucap seorang cowok dengan beberapa kertas di pangkuannya.

"sore, kak." yujin segera duduk di kursi yang disediakan. cowok itu psikoterapi yang tangani yujin. yoshi namanya.

"jadi? hari ini gimana?"

yujin terkekeh, "kurang tidur doang."

"obatnya abis ya? begadang karena apa?"

yujin menghela napasnya, "iya, obat gue habis dan gue takut."

yoshi mengangguk, "takut gimana?"

"tadi malam, mereka datang nyariin. gatau deh, pokoknya gitu."

"sebelumnya ada yang dipikirkan?"

yujin terdiam. belakangan ini, yujin mikirin minju yang keliatan mendekat ke chaewon.

"masa karena cewek?"

yoshi terkekeh, "cewek? cerita aja gapapa, barang kali gue bisa bantu. lagian dalang masalah tuh, bisa apa aja."

yujin menggigit dinding mulutnya. perlahan menghela napasnya. "minju namanya, dia udah deket ama gue sekitar 8 bulan? lebih?"

"pertama kalinya ya setelah sekian lama? terus?"

"kita emang udah deket banget dan cupunya gue masih ga bisa maju. dia udah tau masalah gue selama ini kecuali satu. tapi entah kenapa gue tetep takut. gue merasa ga pantas."

"dan satu masalah itu adalah, kalo kita berduaan dalam ruangan, cewek sial dari masa lalu itu masih kebayang, ngebisikin gue. dan gue merasa ga pantas karena terbayang cewek itu. gue takut kalo semisal minju tau, gimana nanti kalo dia sakit hati? gimana nanti dia ga bisa nerima gue? gimana nanti dia cape? gimana nanti dia ninggalin gue?"

"ditambah, belakangan ini, dia deket dengan cowok lain. gue makin merasa minder dan ga pantes. insecure ya namanya?"

yujin terdiam setelah mengeluarkan unek-uneknya.

yoshi ikut diam membiarkan yujin tenang dulu.

"kalo kata gue, lo harus pintar-pintar ngendaliin diri lo. ingat jin, cewek sial itu dan komplotannya udah bener-bener ilang dari hidup lo. penjara seumur hidup berarti dia menggali kubur dibalik sel. dan ditambah, lo udah dewasa. lo kuat dan bisa ngelawan kan?"

yujin diam. badannya bergetar. matanya memerah. wajahnya menunduk.

"okey, tenang." ucap yoshi terus berjongkok di depan yujin. trauma yujin kambuh dan yoshi harus tenang biar yujin ga panik.

yoshi menatap mata yujin terus mengangkat salah satu tangannya menghadap ke yujin.

"perhatikan tangan gue."

yujin menurut.

"tangan gue jelas ga? siapa yang lo liat?"

yujin masih diam. mulutnya terlihat bergetar berusaha berbicara.

"d-dia. cewek yang make rok abu-abu."

"sshhh. sekarang liat mata gue." suruh yoshi. "siapa yang lo liat?"

"c-cewek rok abu-abu."

yoshi menatap mata yujin dalam. berusaha mengeluarkan yujin dari bayang-bayangnya sendiri. mengembalikan yujin ke kenyataan.

"sekarang? siapa yang lo liat?"

"p-polisi."

yoshi menghela napasnya. "ok. yujin, ini gue, yoshi. lo bisa sadar sekarang?"

yujin menarik napasnya dalam-dalam setelah bayang-bayangnya pergi. tadi itu terasa benar-benar nyata.

"minum, minum." suruh yoshi menyerahkan air minum ke yujin.

"makasih."

yoshi mengangguk dan nunggu yujin sampai selesai.

"lo tambah parah, jin. gue kasih obat tambahan ya. lo masih mau denger saran gue soal hubungan lo ama minju?"

yujin ngangguk sebagai jawaban.

"lo masih terlalu 'parah' dan lo butuh waktu untuk terbiasa. perbaiki komunikasi. kasih tau minju, apa yang lo alami selama ini. lo mikirin minju kan tiap hari? nah, kalo hubungan kalian ga membaik, kalo lo engga perbaiki komunikasi, minju bisa salah paham. dan ini bisa nyusahin lo juga. nyusahin terapi lo. nyusahin usaha lo selama ini buat sembuh."

"gue harus nembak?"

yoshi menggeleng, "minta pengertian dia."



























yujin keluar sambil ngeliatin botol obat yang dikasih yoshi. obatnya langsung diambil karena emang yoshi nyediain beberapa obat yang umum bagi pasiennya biar memudahkan.

yujin memberikan map dan buku ke wonyoung tanpa melihat. "titip masukin tas ya."

"ck. jalan tuh liat-liat." ketus wonyoung sambil nerima map yujin.

yujin membuka botol obat itu dan menelan satu pil tanpa air.

"etdah, langsung telen? lo kenapa?" tanya wonyoung.

yujin menggeleng masih ga menatap wonyoung, "tadi kambuh aja."

"apanya yang kambuh?"

yujin menoleh mendengar suara yang ga asing.

"l-lo? kok bisa disini?"

"tante gue kerja disini, dia nitip anaknya. sekarang lagi bareng kak delard. apanya yang kambuh, jin?" tanya minju lagi.

"g-ga ada." jawab yujin.

"bang putra emang gitu kak. kadang tiba-tiba masa lalunya dateng, makanya minum obat." potong wonyoung.

"o-oh, sekarang dah baikan?"

yujin mengangguk, "pulang yu dek. lo yang bawa motor ya, pusing."

wonyoung mengangguk karena mengerti keadaan yujin. "kak, duluan ya."

"iya, hati-hati. cepet pulih, jin."

"thanks."

weird ; jinjoo (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang