yujin saat ini cuma melamun natap langit-langit kamarnya.
pikirannya penuh sama minju. ya gimana, kan bucin. terlebih lagi mereka kejebak cemburu tanpa hubungan. ditambah lagi traumanya masih menghantui.
tok tok
"masuk."
wonyoung segera buka pintu dan baring disamping yujin.
"ngape lo? mau minta duit?"
"enak aja, buruk sangka mulu kalo ama gue."
"ngaca dong!"
wonyoung cuma ketawa terus kembali terdiam ikut yujin menatap langit-langit kamar.
"lo kenape dah? kaya orang galau gitu." tanya yujin padahal sendirinya galau.
"gue suka ama kak hyewon nih, bang. di restuin ga?"
"HAH?!"
"we anying! ya gausah teriak-teriak. suara lo kalo keras jadi kayak lucinta luna tau ga."
plak
"bisa-bisanya. yaudah, cerita, cerita, cerita. lo suka hyewon?" tanya yujin. kalo ama adeknya udah kayak yang demen gibah.
wonyoung anggukin kepalanya, "gue pikir tadinya cinta monyet aja. udah 2 bulan gue ga begitu deket, tapi masih kepikiran."
yujin menenggelemkan muka wonyoung ke dadanya dan meluk wonyoung. "ulu.. adek kecil dah jatuh cinta."
wonyoung mukulin lengan yujin minta lepas, "pengap njir! lagi curhat malah diledekin. dah ah, keluar gue!"
begitu pelukannya terlepas, wonyoung segera keluar kamar yujin. ga lupa sambil lemparin yujin pake bantal yang ada.
yujin terkekeh, setidaknya dia masih punya hiburan.
tok tok
"yailah, masuk."
wonyoung kembali masuk dengan cengiran khasnya. yujin ikut tersenyum terus ngelemparin bantal ke adiknya.
"masuk lagi!"
"ya biar." jawab wonyoung dan langsung baring di samping yujin.
"gue mau curhat nih." ucap yujin sambil nutup matanya.
"okesip mau curhat apa? kuping gue ga gratis, ya."
yujin terkekeh, "tuh kan. beneran minta duit."
"kaga elah, bejanda doang. yaudah sok-sok, curhat."
"typonya keterlaluan ya." ucap yujin terus kembali diam.
wonyoung ikut diam sambil ngeliatin muka samping milik yujin.
"dah brewokan ya." ucap wonyoung sambil megangin rahangnya yujin.
yujin tersenyum tipis sambil hela napasnya pelan. wonyoung selalu punya cara buat yujin nyaman dan tenang.
"gue cemburu. tapi gue justru menjauh."
"gue ga mau menjauh, tapi minder gue tinggi. gue pengen protes, gue pengen bilang kalo gue cemburu, gue pengen ngelarang dia jalan ama cowo lain. gue pengen jelasin hubungan kita. dan sialnya, trauma gue malah makin parah."
wonyoung ngangguk-ngangguk dan ga ngeluarin sepatah kata pun. wonyoung tau kok siapa yang yujin bicarain dan wonyoung ga mau salah bicara karena dua-duanya sama punya pandangan tersendiri.
"menurut lo dari sudut cewe gimana?" tanya yujin akhirnya.
wonyoung hela napasnya, "menurut gue, kak minju ga bermaksud begitu."
yujin kerutin alisnya, "hah?"
"hah heh hah heh. belom selese gue, biar dramatis dikit malah dipotong."
yujin nabok muka wonyoung, "lagi curhat, njir! malah ngelawak."
wonyoung terkekeh, "kayaknya kak minju ga bermaksud 'ngeduain lo'. kalo iya dia deketin kak chaewon, dia ga mungkin deketin lo juga. kalo iya dia di deketin kak chaewon, dia pasti ngejauhin lo. dia tuh bukan tipe brengsek."
yujin terdiam. "maksud lo.. dia emang ngerencanain?"
wonyoung mengidikkan bahunya, "mungkin. kalo bener sih, ini pasti karena lo kelamaan ga nembak-nembak. cewek butuh kemajuan, bang. mungkin juga dia sengaja buat lo cemburu untuk ngedesak lo."
yujin kembali terdiam. yujin ga mikir kesitu. dan yujin jadi ngerasa bersalah karena tadinya merasa sebagai pihak yang 'paling menderita'. padahal ada minju yang butuh penjelasan hubungan mereka.
"tapi ya.. mau gimana? lo punya trauma yang harus disembuhin juga kan? gue gatau juga ya. mending dibicarain berdua deh, bang. gabaik kalo diem-dieman doang." ucap wonyoung.
"gue sayang minju." ucap yujin tiba-tiba.
"etdah, tau gue. dari kemaren itu mulu."
"ABANG! ADEK! MAKAN!"
"iya bun!" wonyoung langsung berdiri. tapi sebelum dia jalan, tangannya ditarik yujin yang bikin wonyoung kembali jatuh.
yujin ketawa puas dan segera keluar kamar, nutup pintu ngunciin wonyoung.
"ABANG LAKNAT! BUKA!"
tak! tak!
yujin dan wonyoung mengaduh karena kepala mereka di pukul pake sendok sama bunda.
"dipanggilin dari jaman kolonial, nongolnya di hari kemerdekaan."
yujin dan wonyoung terkekeh. "abang nih, bun. ngunciin adek di kamar." protes wonyoung.
"udah-udah, duduk dulu. ditungguin daritadi ama mereka berdua." ucap ayah sambil nunjuk hyewon ama minju.
yujin daritadi goyang-goyangin kakinya gelisah merasa bersalah.
begitu juga dengan minju yang milih diem karena ikut merasa bersalah.
"minta pengertian dia." kata-kata yoshi berputar dalam kepala yujin. tapi yujin masih keukeuh dan gamau ngasih tau. mungkin nanti. katanya.
"m-mau main game ga?" tanya yujin tiba-tiba.
minju noleh dan tatapan mereka bertemu. segera, minju buang pandangannya.
canggung.
"gue ga demen main game online. lo kalo mau, main aja. gue cuma numpang udara." jawab minju.
yujin garuk-garuk tengkuknya, "o-ok."
yujin nyalain hp nya dan pura-pura sibuk. sementara itu, minju cuma natap langit yang lagi banyak bintangnya.
yujin keluarin botol obatnya. pandangannya mulai kabur dan dia cepet-cepet nelen satu pil.
"lo kenapa?" tanya minju khawatir.
yujin hela napasnya, "gapapa. sempet pusing aja tadi."
minju menghela napasnya. minju lirik wajah yujin yang sok sibuk. senyumnya perlahan tertarik.
"canggung aja jadi adem asal deket lo."
"nih. makan. biar gendut."
minju noleh, yujin lagi nyodorin pocky tapi matanya masih fokus ke hp.
minju terkekeh terus nerima pocky itu. "emang makan kek ginian bisa gendut? ngadi-ngadi."
"ya.. alesan aja. mau kaga? gratis nih."
minju nerima pocky itu, "iya njir, ndesek banget. makasih."
"oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
weird ; jinjoo (end)
Fiksi Penggemaryujin yang aneh dan minju yang humble. ... genderbender ! harsh words, non-baku 'asgjpdlmn