Seorang remaja berseragam SMP terlihat berlari tergesah gesah di lorong rumah sakit ternama di Seoul. Raut wajahnya yang nampak teramat khawatir dengan seragam yang sudah tak rapi lagi di tubuhnya.
"Pa!!"serunya saat tiba di depan ruang operasi. Nafasnya masih ter engah engah akibat kelelahan berlari dari lobby.
"Abang kok disini?"tanya pria berjas yang tadi di panggil 'pah'/papa.
"Tadi di izinin sama om Yuta"sahutnya.
"Gimana mama, pa?"
"Masih di ruang operasi"anak remaja tadi pun memilih duduk di kursi yang ada disana sambil menunggu ibunya yang sedang berjuang untuk mengeluarkan sang adik.
Tak lama pintu operasi terbuka dan menampakkan seorang dokter yang lengkap dengan jubah operasi. Sorot mata dokter tersebut membuat kedua laki laki di depan ruangan tersebut merasa harap harap cemas.
"Bagaimana keadaan istri dan bayi saya dok?"tanya pria berjas.
"Istri anda meminta untuk bertemu dengan anda dan anaknya Jeno"ujar dokter tersebut lalu memersilahkan kedua laki laki tersebut untuk masuk.
"T..tae aku udah gak kuat"lirih seorang perempuan yang penuh keringat dingin di pelipisnya.
"Saera-ya. Kamu bertahan ya, demi anak kita aku yakin kamu kuat"bisik sang suami sambil menggenggam erat tangannya.
"Ma. Mama pasti bisa, Jeno tahu mama kuat"ujar sang anak.
"B..bang, m..ama boleh minta s..sesuatu gak sama jeno"remaja yang dipanggil Jeno pun mengangguk sambil tangannya tak berhenti mengelus perut sang mama yang masih buncit.
"Mama mau Jeno ngapain? Mama mau jeno beliin apa? Atau mama mau apa?"tanya jeno cepat.
"M..a.. akhh ma.. m..mau Jeno janji sama mama, kalau nanti adeknya lahir.. apapun yang terjadi Jeno harus sayang dan jagain dia ya..."ucap Saera terpotong potong akibat menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.
"Iya ma. Jeno janji bakal jagain adek bayi dan nyayangin adek bayi. Mama kan tau Jeno seneng banget pas tau adek bayi mau lahir. Jadi Jeno bakal jadi kakak yang baik buat adek bayi"ucap Jeno yang langsung membuat Saera tersenyum dengan ekor mata nya yang mengeluarkan setetes air mata.
"Dok ada apa ini.. kenapa istri saya belum di operasi juga?"tanya Taeyong selaku suami. Ia sudah kalang kabut ketika mendapati sang istri yang penuh darah akibat jatuh dari tangga saat mengantar makanan untuknya di kantor.
Bahkan saat dokter mengatakan bayinya harus segera di keluarkan karena mengalami pendarahan hebat terlebih di usia kandungan yang baru menginjak 8 bulan.
"Kondisi pasien serta bayi di dalam kandungannya sangat rentan pak. Sehingga kami harus segera membuat keputusan"jawab sang dokter.
"Keputusan? Maksudnya apa dok?"
"Dalam kasus ini hanya satu orang yang bisa diselamatkan. Dengan berat hati saya sampaikan bahwa anda harus memilih untuk menyelamatkan bayi atau ibunya"bagai di sambar petir disiang bolong, Taeyong tersandar ke tembok ruangan.
Ia seperti ingin mati saja sekarang ini saat di hadapkan dua pilihan yang menyangkut nyawa dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa iya harus memilih menyelamatkan wanita yang ia cintai lalu membiarkan calon bayinya tidak bisa melihat dunia? Atau mungkin ia harus merelakan sang istri demi calon bayinya bisa lahir ke dunia?
Hingga sekelebat ingatan lewat di kepalanya seakan berputar bak roda film.
"Baby, sebentar lagi kamu bakal lahir nak. Mama, Papa dan Abang kamu udah gak sabar nungguin kamu"
"Tae, kalau suatu waktu terjadi hal yang gak di inginkan, aku harap kamu pikirin bayi kita ya"
"Taeyong!! Tolong!! Akhh.. selamatin bayi ku hiks.. Tolongin bayi kita Tae.. hiks.. aku gak mau dia kenapa-kenapa hiks.. aku.. mohon"
Taeyong kembali ke kesadarannya dan menatap sang dokter.
"Dok, apa istri saya tau dengan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi padanya?"sang dokter mengangguk.
"Dia bahkan lebih dulu mengatakan bahwa ia rela berkorban asal bayinya selamat. Ia meminta agar saya menyelamatkan bayinya saja"
Lagi lagi Taeyong merasa seperti di himpit batu besar. Apa itu artinya ia harus merelakan istrinya? Wanita yang sangat ia cintai? Apa ia siap kehilangan? Taeyong mengusap wajahnya kasar lalu menatap sang istri yang terbaring di ranjang bersalin dengan keadaan sangat menderita akibat menahan sakit.
Taeyong menghembuskan nafas beratnya lalu kembali bersuara.
"Dok.. saya mohon selamatkan-******
Ruang operasi kini penuh dengan tangis. Taeyong, kedua orang tuanya dan juga ayah mertuanya yang baru saja datang langsung mendapat kabar buruk dan kabar baik secara bersamaan.
Terlebih Jeno, putra satu satunya keluarga Lee itu menangis pilu di sudut ruangan. Dunianya seakan runtuh begitu saja setelah kebahagiaan yang ia peroleh selama ini. Begitu pula dengan Taeyong yang seakan belum bisa menerima kenyataan.
Sementara itu dokter beserta perawat keluar dengan mendorong tabung inkubator yang berisi bayi mungil yang terpejam dengan kedua tangannya yang mengepal. Semua yang ada disana tersenyum pilu diselingi isak tangis menatap malang bayi mungil itu.
Taeyong menatap lekat gumpalan mungil itu dengan sendu. Lihat betapa lemahnya bayi itu. Saat lahir pun ia tak menangis seperti bayi yang baru saja lahir pada umumnya.
"Selamat datang ke dunia putra kecil papa"gumamnya dengan air mata yang tak bisa berhenti.
"Jeno"panggilnya pada putra sulung yang masih tersedu sedan di sudut ruangan. Jeno berbalik dan menatap sang ayah dengan raut wajah berantakan.
Ia lalu menghampiri tabung kecil berisi bayi mungil sangat mungil yang seakan bisa di genggam oleh kedua tangan nya.
"Ini adiknya Abang Jeno"lirih sang ayah. Jeno mengangguk kan kepalanya namun tetap terisak.
"Mulai sekarang kita harus jaga dan sayangi dia. Meski tanpa mama. Papa harap jano bisa ngimbangin papa buat ngurus adik kecil ya"ucap Taeyong dengan secerca harapan yang masih singgah di dirinya.
"Hiks.. Ha..hai adek bayi.. hikss i..ini Bang Jeno.. hiks.. abang janji.. hiks.. bakal jagain adek, adek yang sehat ya"lirih Jeno diselingi tangisan.
Dan inilah pilihan Taeyong. Dengan sangan berat ia memilih menuruti pesan sang istri untuk menyelamatkan bayinya dan merelakan wanita yang ia cintai pergi untuk selama lamanya.
Kaeluarga Lee gundah, mereka harus merasa senang atau sedih untuk sekarang ini. Disisi lain mereka mendapat satu putra lagi setelah jeno yang mendapat gelar putra satu satunya Lee karena keturunan Lee yang kebanyakan perempuan.
Disisi lain pula mereka harus kehilangan menantu kebanggaan yang sangat di cintai Lee Taeyong selaku putra kesayangan keluarga Lee.
*****
Seakan tak sudah tuhan menguji nya saat ini. Taeyong kembali khawatir setelah mendengar penjelasan dokter tentang bayi mungilnya."Bayi anda masih harus dirawat secara intensif selama beberapa hari. Karena ia terlahir prematur, kita masih harus mengobservasi keadaan si bayi. Karena efek operasi terlebih bayi prematur ini sangat rentan imun nya serta fisiknya"
Penjelasan itu ia terima melalui telpon saat ia masih berada di pemakaman sang istri yang baru saja di Kremasi dan di makamkan hari itu.
Ah.. ia bahkan belum sempat memberi nama pada bayi mungilnya. Bahkan ini sudah 2 hari sejak bayi itu lahir ke dunia.
"Haechan"gumamnya saat ia menatap lamat ruang inkubator di kaca pembatas. Bayi mungil itu bahkan sudah merasakan rasa sakit di tusuk jarum infus dan lilitan kabal kabal di tubuh kecilnya.
"Tumbuh lah jadi anak yang kuat ya, anak papa. Lee Haechan"
==============================
Hai.. Hello.. Annyeong..
Semoga suka sama ceritanya😅
Tinggalkan jejak guyss..
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Bear
FanfictionTentang Haechan Yang masih balita dan di jaga oleh dua pawangnya. BUKAN BXB!! Mampir kuyy