°Echan Kabur°

7.9K 819 34
                                    


"Pa! Ayo temani Echan mayin"ajak Haechan yang masuk ke ruang kerja Taeyong, sedangkan sang ayah masih berkutat dengan Laptop didepannya.

"Papa!!"seru bocah gembul itu saat ia tidak mendapati sahutan dari sang ayah.

"Adek main sendiri dulu ya, nanti papa temenin mainnya. Bentar lagi Abang kamu juga pulang kok"sahut Taeyong tanpa mengalihkan atensi dari sang ayah.

"Ah papa cibuk telus, Echan kan au mayin cama papa"gerutu si bungsu lalu berlalu meninggalkan ruang kerja. Sementara Taeyong acuh, lebih memilih fokus pada pekerjaannya.

"Jam cegini biacanya abang abang udah mayin bola. Echan cali temen ah, bial kelen cepelti Nyonyo"gumam Haechan berbicara sendiri. Ia lalu berjalan keluar rumah. Pagar rumahnya memang dikunci oleh Taeyong, namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk mencari jalan keluar.

Akhirnya Haechan memilih memanjat pagar yang cukup tinggi untuk ukuran balita seumurannya. Dengan susah payah akhirnya bocah itu berhasil berada di luar pagar, ia sedikit meringis saat bagian besi pagar bergesekan dengan tangan mungilnya dan membuat kulit bayi itu tergores. Untungnya hanya goresan kecil dan tidak mengeluarkan darah. Haechan pun berlari menuju lapangan.

"Bang.. Echan boleh ikut Mayin?"ucap Haechan sedikit kaku. Ia hanya mencoba menuruti cara Chenle sepupunya beberapa hari yang lalu.

"Ayo deh. Kita kekurangan tim nih, tapi lu anak bawang yak. Lu kan bocah"ucap anak SD yang berumur 5 tahun itu. Ya, anak anak disana usianya sekitar 5-6 tahunan.

"Yeyy"pekik Haechan girang. Dengan langkah kecil nya dia berlari kesana kemari dan mencoba menendang bola beberapa kali. Meski belum terlalu bisa untuk ukuran anak 3 tahun itu sudah sangat lihai bermain bola. Di rumah Ia sering bermain bola dengan Jeno yang jadi penjaga gawang.

****

Sementara dirumah, Taeyong keluar dari ruang kerjanya dan pergi menuju dapur untuk minum. Sampai ia melewati ruang tengah pun ia belum sadar bahwa sibungsu tak lagi bermain di sana.

"Jeno pulang"suara itu berasal dari pintu utama. Jeno masuk dengan menenteng sepatu sekolahnya dan tas di sampirkan di bahu kirinya.

Remaja itu menelisik kesegala penjuru ruang tengah mencari sosok bocah gembul kesayangan nya. Namun yang ia lihat hanya mainan yang berserakan. Ia pun berjalan ke dapur dan mendapati sosok Taeyong yang tengah minum air mineral hingga menyisakan gelasnya saja.

"Echan mana pa?"tanya Jeno sambil duduk di kursi meja makan.

Taeyong terdiam sejenak mencerna pertanyaan Jeno. Pikirannya masih kacau karena memikirkan berkas berkas pekerjaannya. Hingga Taeyong akhirnya menyadari sejak tadi ia tak melihat Haechan yang ia tinggalkan di ruang tengah.

"Pa? Kok diem? Echan mana? Tidur?"tanya Jeno lagi karena tak mendapat jawaban dari sang ayah.

"Bang, Papa baru sadar kalau sejak Papa keluar dari ruang kerja. Echan udah gak ada di depan TV. Tadi Pa tinggalin dia main kok disana"ucap Taeyong mulai panik.

"Pa, jangan aneh aneh deh. Yang bener aja masa gak ada"Jeno pergi ke taman belakang rumah. Dia telisik setiap sudut bahkan sampai ke kolam renang. Namun bocah itu tak ada.

Taeyong juga pergi mengecek di kamar, tapi Haechan tak ada disana. Bahkan ia pergi ke rooftop rumahnya yang bahkan tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ada sosok si bungsu di sana.

"Pa yang bener aja masa Echan ilang. Emang papa gak ngawasin?"tanya Jeno dengan nada kesal.

"Maaf Jen, tadi papa lagi sibuk sama berkas kantor yang baru dikirim sekretaris papa. Echan sempet ngajakin papa main, tapi papa bilang nanti trus doa keluar dari ruangan papa. Habis itu papa gak denger suaranya lagi. Papa pikir dia asik main makanya gak papa lihatin"jelas Taeyong dengan nada rendah.

Baby BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang