Ruangan serba putih itu hening, hanya ada sura rintikan hujan malam dari luar. Tubuh kecil dan gembul itu masih setia memejamkan mata setelah dua jam yang lalu sempat tersadar.
Namun, dokter terpaksa harus memberi obat bius dengan dosis rendah pada tubuh mungilnya karena ia terus menangis karena sakit pada kepala serta kaki kanannya.
Sementara pria yang masih lengkap mengenakan jas formal yang tak lain ialah Lee Taeyong, hanya diam terduduk sambil menatap lekat wajah bayi kesayangannya.
Rasa penyesalan selalu bergemuruh di hatinya dengan kalimat 'Seharusnya aku gak biarin anak ku sendirian' 'Maafin papa nak'.
Cklekk..
Pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sosok si putra sulung, Lee Jeno. Ia baru saja kembali dari rumah nya untuk mengambil barang milik si bungsu dan juga ayahnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata ia menyodorkan paperbag pada Taeyong lalu pergi menuju brankar dimana sang adik tertidur pulas.
"B-ang, kamu.. jaga adek dulu ya. Tolong jangan di tinggal-
"Aku bukan papa"potong Jeno dingin, Taeyong tak bergeming dan langsung pergi ke kamar mandi di ruangan itu untuk mengganti pakaiannya.
Jeno, pemuda itu menatap sendu netra bocah gembul yang terpejam. Rasanya ia sangat ingin menangis melihat adiknya seperti ini.
"Hiks.. Hweee Paa.. papaaa"seketika mata bulat itu terbuka dan langsung berair. Haechan menangis karena merasakan ngilu di kakinya serta kepalanya.
Jeno langsung berdiri dari duduknya mendekat pada Haechan dan mencoba menenangkannya.
"Syuttt.. cup.. cup.. ada bang Nono, jangan nangis ya.."Jeno mengelus kepala Haechan lembut sambil membisikan kata kata penenang.
"Atit Nyonyo.. Hweeee hiks.. atit hiks.."Haechan hanya bisa menangis. Ia berusaha untuk tidak bergerak agar sakitnya tidak terasa.
Hingga Taeyong keluar setelah mengganti pakaiannya, ia bergegas menghampiri si bungsu yang sedang menangis.
"Anak papa kenapa hem? Mana yang sakit?"tanya Taeyong lembut lalu mencium luka di kepala haechan serta kaki yang di gips.
"Udah papa cium, besok pasti gak sakit lagi. Udah ya jagoan papa jangan nangis lagi. Katanya mau jadi kuat seperti Abang Nono"ucap Taeyong yang terdengar pelan di telinga Haechan.
Dan ajaibnya hanya dengan perlakuan dan kata lembut sang ayah, tangis Haechan berhasil mereda meski air matanya masih mengalir.
"Echan bobok aja ya, biar besok nggak sakit lagi lukanya"Haechan pun mengangguk.
Meski matanya belum terpejam, tapi ia hanya diam menatap sekeliling serta kaca jendela yang basah akibat hujan.
Sedangkan Jeno dan Taeyeong duduk di kedua sisi brankar Haechan. Mereka berdua saling pandang meski Jeno lebih dulu memutuskan pandangan dengan wajah datarnya.
*****
Sudah hari ke 2 sejak Haechan menangis malam itu. Jeno dan Taeyong sudah mulai saling bicara seperti biasa, ah lebih tepatnya Jeno sudah mulai menghangat pada sang ayah. Namun, suasana disana masih hening karena diamnya Haechan.
Ia hampir tidak mengeluarkan suara meski air matanya menetes membasahi bantal yang ia tiduri. Kedua laki laki yang menjaganya sudah kehabisan akal memikirkan bagaimana caranya membujuk Haechan. Bahkan bocah kecil itu sangat susah diajak makan.
Seperti saat ini, Haechan masih menutup rapat mulutnya dengan nafas sesenggukan saat Jeno membujuk bocah itu agar memakan bubur abalone yang baru saja ia beli pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Bear
FanfictionTentang Haechan Yang masih balita dan di jaga oleh dua pawangnya. BUKAN BXB!! Mampir kuyy