"Echaaann!!"pekikan itu membuat bocah gembul yang sedang asik bermain gelembung ditaman sontak terlonjak kaget.
Hampir saja Haechan terjatuh dari kursi rodanya jika sang kakak tidak segera menangkap tubuh mungil namun gembul itu.
Jaemin, ialah pelaku atas keterkejutan Haechan. Dengan tanpa bersalahnya ia langsung menghampiri Haechan dan menciumi serta mencubit kedua pipi gembil milik balita 3 tahun itu dan melupakan perban di kepala si bocah.
"Jaemin udah! Lo apaan sih bar bar banget dah"sergah Jeno. Mana tega dia melihat adiknya meringis kesakitan akibat ulah sahabatnya itu.
"Tau nih, lo gak lihat perban di kepalanya? Ngotak dong ah.. makanya gue mikir dua kali mau ngajakin lo jenguk Echan kerumah sakit"omel Renjun yang tadi sempat menarik kerah belakang Jaemin seperti kucing.
"Iya, yang ada si Echan bukannya sembuh malah masuk ICU gara gara lo"tambah Hyunjin.
"Iya iya sorry habisnya gue tuh gak tahan sama Echan dia tuh imut banget"gerutu Jaemin sambil memajukan bibirnya sebal.
"Imut sih imut, tapi jangan sampe bikin anak orang makin sakit juga kali jaem"timpal Eric.
Siang ini empat sahabat Jeno datang ke rumah sakit untuk melihat Haechan. Terhitung sudah 12 hari bocah itu di rawat karena tulang kaki kanannya retak. Sudah selama itu juga Jeno membolos demi menjaga sang adik.
Taeyong awalnya melarang karena Jeno harusnya sekolah, tapi saking sayangnya Jeno terhadap si bungsu ia tidak ingin adik kecilnya itu jauh dari pengawasannya. Akhirnya Taeyong yang memilih bekerja dan membiarkan si sulung menemani si bungsu di rumah sakit.
"Hwee Nyonyo umpah"rengek Haechan melihat air gelembungnya tumpah ke rerumputan.
"Nah loh Jaemin"Renjun dan Hyunjin serentak menyalahkan Jaemin.
"Ish Nyanya akal"kesal Haechan lalu melempar asal botol kecil berisi air gelembung yang sudah tumpah itu. Matanya sedikit berair namun ia tidak menangis.
"Yaudah nanti biar abang beliin ya"ucap Eric lembut dan langsung di jawab anggukan oleh Haechan.
"Eung? Nyonyo beyi"ucap Haechan sambil menatap Eric dengan binar diwajahnya.
Renjun menatap Jeno, begitu pula Jaemin dan Hyunjin. Setelah menatap Jeno mereka juga menatap Eric.
"Lah? Itu bukan bang Nono dek"ucap Jeno yang menyadari bahwa Haechan salah mengira bahwa Eric adalah dirinya.
"Eum? Nyonyo? Nyonyo?"telunjuk mungil Haechan menunjuk Jeno dan Eric bergantian.
"Hahahaha bukan cuma anak anak di sekolah yang pada bilang lo berdua kembar, sekarang Echan juga gak bisa ngenalin yang mana Jeno"Tawa Jaemin pecah diiringi Renjun, Hyunjin pun ikut tertawa.
"Haechan, abang bukan Jeno. Nama abang, Eric"jelas Eric dengan mengelus tangan kanan Haechan yang tak di infus.
"Elik"sebut Haechan cadel sedangkan Eric mengangguk sambil menatap Echan gemas.
*****
"Adek, kita nyamperin papa sebentar ya habis tuh kita pulang"ujar Jeno lalu mendorong kursi roda itu menuju apotik rumah sakit.
Haechan hari ini diperbolehkan pulang. Taeyong mengabari Jeno saat ia kembali dari membawa Haechan ke taman. Ke empat sahabatnya juga sudah pulang saat menjelang sore. Lantas malamnya mereka bersiap siap membawa Haechan kembali kerumah.
"Gimana pa? Udah selesai?"tanya Jeno saat mendapati Taeyong yang sudah selesai mengantri untuk mengambil obat.
"Iya udah kok, kita bisa bawa Echan pulang sekarang. Tapi untuk pemulihan kaki Echan, setiap seminggu sekali Haechan harus dibawa check up ke sini"jelas Taeyong yang hanya di balas anggukan Jeno sebagai respon.
Sedangkan Haechan, ia tidak mendengarkan percakapan sang ayah dan kakak nya. Perhatiannya teralihkan oleh anak kecil yang sepertinya setahun lebih tua darinya sedang berlari lari sambil membawa balon bergambar beruang.
Bocah laki laki itu berlari kearah seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengan Taeyong sang ayah.
"Mama!! Sung Hoo beli ini dong di beliin papa"ucap bocah itu saat menghampiri perempuan yang ia panggil mama.
"Mama?"gumam Echan lirih tanpa didengar oleh kedua laki laki di dekatnya, matanya berair. Entah kenapa ia merasa sesak mendengar kata itu.
****
Sejak tiba di rumah, Hechan diam tak bergeming. Tak biasanya Echan seperti ini, memang saat pertama kali siuman Haechan sempat tak mau bicara dan terus menangis.
Tapi kemudian keceriaannya kembali setelah Jeno membawa boneka beruang yang ia beli untuk Haechan. Ia sudah mulai cerewet, jahil bahkan tertawa seperti biasa meskipun kadang merengek karena kakinya terasa ngilu.
Namun, kini berbeda. Haechan bahkan tak menjawab pertanyaan atau merespon perkataan Jeno maupun Taeyong. Haechan terlihat murung dan seperti tak mau melakukan apapun terlepas dari kondisi kakinya saat ini.
"Adek"panggil Taeyong, netra bulat si kecil yang duduk di sofa depan TV beralih menatap sang ayah.
"Adek kok murung sih? Kenapa, heum?"tanya Taeyong namun itu malah membuat Haechan menunduk sambil memilin jari jari mungilnya.
"Adek mau apa? Bilang sama papa, nanti papa turutin kok. Tapi echan jangan murung"
Taeyong, mata elangnya mencoba menatap netra bayinya dan ia menemukan sebuah luka yang tersirat dari pandangan si bungsu.
"Pa, eum... Mama ntu apa?"tanya Haechan lirih. Taeyong sontak membeku, pertanyaan si bungsu membuat lidahnya keluh seketika.
'Gue harus gimana?' batin Taeyong.
Taeyong kemudian menghela nafas berat.
"Euhh it-itu.. m-mama itu adalah orang yang udah melahirkan Echan,orang yang udah bikin Echan lihat dunia"suara Taeyong sedikit bergetar, ini yang ia takutkan. Pertanyaan ini yang tak ia harapkan keluar dari mulut si bungsu.
"Yus tuh, mama Echan ana?"tanya Haechan sambil memiringkan kepalanya menatap Taeyong.
Taeyong memalingkan wajahnya saat tak bisa menahan air matanya yang turun begitu saja. Akhirnya apa yang ia takut kan selama ini terjadi. Dulu ia takut pada saat putra bungsunya sudah bisa berbicara, ia akan di tanyai pertanyaan seperti ini.
"Pa.. Echan ndak unya mama kah?"Echan mencebikkan bibir mungilnya dengan air matanya yang sudah mulai membasahi pipi gembil itu.
"Syutt cup jangan nangis ya"lirih Taeyong, ia menarik si bungsu kepelukannya.
"Mama Echan ada kok. Tapi di surga. Nanti kalau udah waktunya, kita bisa ketemu sama mama"Taeyong masih belum siap mengatakan itu sehingga suara nya terdengar serak. Tak lupa air matanya kian mengalir.
Sementara di atas tangga, Jeno mendengar semuanya. Ia menangis dalam diam sambil memeluk boneka beruang baru milik sang adik.
"Kasihan Echan ma, saat semua anak seumuran Echan manggil mamanya. Cuma Echan yang gak tau mama"bisik Jeno disela tangisnya.
Temaramnya malam ini adalah saksi tangisan sedih Lee Taeyong dan kedua putranya. Membesarkan anak tanpa seorang istri memang tidak mudah untuk Taeyong, terlebih dia juga harus mengurus Echan sejak anak itu masih bayi merah. Meski sempat selama satu bulan ia di bantu oleh sang ibu. Tetap saja, Taeyong harus bisa mengimbangi. Bagaimana menjadi ayah dan ibu sekaligus untuk kedua putranya.
==============================
Annyeong..
Semoga suka ya sama part ini..
Makasih yang udah mau mampir dan baca cerita ku.. makasih banget juga yang udah mau vote..
Yeorobundeul neomu kamsahamnida..
Dan buat kalian yang masih tetep nungguin sampai di chapter ini wufyuu 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Bear
FanfictionTentang Haechan Yang masih balita dan di jaga oleh dua pawangnya. BUKAN BXB!! Mampir kuyy