°[Bonus Chapter]°

6.1K 687 26
                                    

Sudah terhitung dua minggu Haechan sadar dari komanya dan di diagnosa dokter bahwa bocah itu mengalami trauma yang mengakibatkan dia mengidap Selective Mutism atau gangguan komunikasi.

Selama itu semua keluarganya terutama ayah dan abangnya berusaha menyesuaikan diri dan merawat Haechan dengan baik. Hingga akhirnya ia di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Tuan Lee memutuskan untuk membawa Haechan tinggal di mansion nya sementara waktu sampai Haechan benar benar bisa menyesuaikan diri yakni berkomunikasi dengan cara lain.

Tuan Lee membayar seorang guru bahasa isyarat agar bisa mengajarkan Haechan cara berkomunikasi menggunakan isyarat. Tak hanya itu, seluruh anggota keluarga bahkan orang terdekat atau yang sering di menjumpai Haechan akan ikut belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan Haechan.

Selain itu Nyonya Lee juga ikut berperan dalam proses adaptasi dan merawat Haechan, karena sepertinya setelah bangun dari Koma Haechan menjadi sensitif dan semakin introvert. Maka dari itu Nyonya Lee yang mengambil alih penuh untuk merawat Haechan agar balita itu tak merasa kurang kasih sayang. Disamping itu Chenle dan Jisung diminta untuk tinggal juga di mansion Lee agar Haechan tak kesepian.

"Echan, ayo kita makan dulu"ucap Nyonya Lee dengan setiap katanya ia ucapkan dengan lambat diiringi gerak isyarat. Haechan pun mengangguk dan di gendong oleh sang nenek.

Satu lagi yang berubah dari Haechan setelah dia di nyatakan memiliki gangguan komunikasi. Yakni Haechan tak pernah terlihat ceria seperti dulu. untuk ukuran balita ia lebih cenderung pasif, dan ekspresi yang datar tak ada senyum sama sekali. Jeno bahkan sudah berusaha untuk menghibur sang adik, namun tetap tak ada respon baik dari hal itu.

*****

Saat ini Haechan sudah rapi dengan piyamanya. Ia duduk di depan TV dan menonton acara favorit nya yaitu kartun Bare Bear. Di temani oleh salah satu pelayan yang ditugaskan untuk menjaga Haechan.

"Tuan kecil, bibi tinggal sebentar ya. Ini sudah waktunya tuan kecil minum susu"ucap pelayan itu lalu pergi tanpa mendapat respon dari Haechan.

Cukup lama pelayan itu pergi, tontonan Haechan bahkan kini sudah berganti. Dan sekarang bocah itu lapar, ia ingin segera mendapat susunya. Cukup lama Haechan menatap layar di depannya dengan lamunan. Hingga ia membuka mulutnya dan terlihat berusaha mengatakan sesuatu.

"Ggggr... A..aaa.."sura yang terdengar sangat lirih bahkan terdapat tekanan di setiap hembusannya. Kedua tangannya mengepal bahkan air matanya sudah mengalir membuat sungai kecil di pipi chubby itu.

"E..euk.. N..ny..akh... Hiks..hiks"isakan lirih itu terus keluar dari mulut mungil Haechan.

Jeno yang baru saja pulang dari menyelesaikan urusannya itu langsung berlari ke arah Haechan ketika melihat sang adik sudah banjir air mata. Keringat dingin ia temukan nampak bercucuran dari pelipis Haechan.

"Adek ini abang, suttt jangan nangis ya abang disini sekarang"Jeno mendekap tubuh mungil adiknya lalu di tepuk tepuk pungung sempit itu dengan pelan guna menenangkan sang adik.

"Astaga Tuan muda, maafkan saya. Tadi saya pergi untuk membuat susu tuan kecil karena ini jam nya minum susu. Maaf kan saya tuan muda karena meninggalkan tuan kecil terlalu lama"ucap pelayan tadi yang baru saja tiba dan terkejut melihat tuan mudanya tengan menenangkan tuan kecil yang nampak tengah menangis.

"Tak apa bi, berikan susunya"pinta Jeno lalu setelah susu itu berada di tangannya ia langsung mendekatkan nya ke mulut Haechan dan dengan cepat di terima bocah itu. Terlihat sekali bahwa bungsunya Taeyong itu sangat lapar.

Jeno akhirnya membawa Haechan kekamar mereka, meninggalkan sang pelayan yang masih tertunduk karena rasa bersalah.

Setelah tiba dikamar Jeno membaringkan Haechan ke kasur dan mengelus halus rambut adik bungsunya hingga bocah itu terlelap. Jeno memandang sendu wajah sayu Haechan, binar itu sudah tak nampak lagi akhir akhir ini. Jeno berharap ia tak sepenuhnya kehilangan adiknya yang dulu.

*****

"Echan, coba beri makan kelinci itu. Jangan di lihatin aja"uvap Chenle dengan menyodorkan sebuah Wortel.

"Eum pati itu kincinya mau makan"sahut Jisung.

Mereka sedang berada di taman belakang menemui kelinci kelinci peliharaan Jisung yang memang di letakan di taman mansion tuan Lee. Mereka bermain cukup lama karena kemarin Chenle dan Jisung sempat pulang kerumah masing masing. Jadilah sekarang mereka bermain, meski hanya Chenle dan Jisung yang mendominasi. Disana juga ada tuan dan Nyonya Lee yang duduk di gazebo tak jauh dari mereka untuk sekedar mengawasi.

"Oh iya tadi Lele ada bawa robot bumbelbee loh, nanti lele bawa ke sini-

"Oma bagaimana cara bilang ke Echan kalau Chenle akan memberikannya untuk Echan?"tanya Chenle bingung.

"Chenle, akan, berikan, pada, Echan"bukan Nyonya Lee yang menjawab, melainkan Tuan Lee sambil memperlihatkan gerakan isyarat.

"Ah iya, Chenle akan berikan pada Echan"Chenle menunjuk dirinya sendiri lalu menadahkan tangannya seperti ingin memberikan sesuatu pada Echan, lalu menunjuk Haechan. Alhasil Haechan mengangguk singkat lalu kembali memperhatikan Kelinci di depannya.

"Huft, cucah ya talau pakai icalat. Tapi Echan tenag aja, Lele dan Icung akan lajin belajal dengan bu gulu Kwon cupaya bica bicala cama Echan"ucap Jisung dengan mengelus punggubg mungil Haechan.

Haechan mengangguk dan menggerakkan tangannya.

"Oma, opa, Echan bilang apa?"tanya Chenle.

"Echan bilang, terima kasih"sahut Nyonya Lee sambil tersenyum.

"Oh, cama cama Echan. Icung cayang Echan"ucap Jisung lalu memeluk Haechan yang masih berjongkok di dekat dua pasang kelinci dengan warna yang berbeda. Disusul oleh Chenle yang memeluk mereka berdua.

"Lele juga sayang Echan"tukas Chenle. Hal itu tentu membuat Tuan dan Nyonya Lee tersenyum hangat.

=============================

Makasih yang udah mau mampir dan baca cerita ku.. makasih banget juga yang udah mau vote..

Yeorobundeul neomu kamsahamnida..

Buat kalian yang masih tetep nungguin sampai di chapter ini wufyuu 💖

Baby BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang