°Pengen tak hihhh°

15.1K 1.2K 100
                                    

Jam masih menunjukan pukul tiga dini hari. Namun, kedua pasang mata bulat sudah mengerjap sedari tadi. Bocah gembul dengan rambut mangkuk nya itu menatap langit langit kamar nya yang besar berkali kali ia menghela nafas kecil karena tak bisa tertidur lagi ketika ia terbangun fajar ini.

Dengan masih berbaring, bocah itu bergulir kearah kirinya dan menatap sosok yang tengah terlelap menghadapnya.

"Hihihi.. Nyonyo tidul"bocah itu terkikik geli melihat wajah tampan di hadapannya yang masih setia memejamkan mata.

"Uhh Nyo.. Echan.. Echan ingin cucu, lapal cekayi"lirihnya sembari menusuk tusukan jari mungilnya pada pipi sang kakak.

Echan memang tidur sekamar dengan sang kakak karena ia tak bisa tidur sendirian. Saat sendirian dia akan selalu terbangun seperti saat ini, namun bedanya ia akan menangis tersedu sedan entah apa sebabnya. Karena Taeyong tak ingin terjadi sesuatu pada bayinya, ia memutuskan agar Jeno si sulung tidur bersama si bungsu.

"Nyonyo ndak au anun, Nyonyo tapek yaw?"tanya Echan namun tak ada sahutan dari pemuda itu.

"Hikss.. hiks.. Nyonyo"Echan mulai terisak karena tak mendapat respon dari sang kakak.

"Hiks.. Echan ndak oleh dandu Nyonyo hikss.. tapi tuh tapi tuh.. Echan lapal.. hiks..."Lirihnya disela-sela isakan. Air matanya membanjiri pipi gembil bocah itu bahkan hidungnya mulai memerah.

Sementara Jeno, pemuda itu samar mendengar suara isakan. Namun matanya terlalu berat untuk terbuka terlebih suhu kamarnya sejuk sekali sehingga membuat pemuda itu malas untuk bangun.

Tapi kembali dengan suara isakan yang terdengar sesenggukan, ia berusaha menyadarkan dirinya. Perlahan mata elang itu terbuka dengan sayu dan langsung mendapati bocah gembul di hadapannya menangis dengan kedua tangan mungilnya yang membungkam mulutnya sendiri.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya menguasai, Jeno
mendudukan dirinya dan menatap sang adik dengan raut panik.

"Echan? Echan kenapa? Sutt.. Jangan nangis"ucap Jeno dengan suara serak nya. Mata sayunya menunjukan rasa bersalah karena mendiami suara tangisan yang terdengar samar ditelinganya.

"Hiks.. Nyonyo hiks.. maap.. Echan ikin Nyonyo anun hiks.."ucap Echan yang kini juga mendudukan dirinya berhadapan dengan sang kakak.

"Sutt.. nggak kok, Abang bangun karena udah gak ngantuk sekarang. Bukan karena Echan"ucap Jeno lembut. Di usapnya jejak jejak air mata di kedua pipi gembil si kecil lalu di bawanya tubuh gembul itu kedalam dekapannya.

"Echan hiks.. Echan tuh au cucu, Tummy Echan catit kalnya lapal"adunya pada Jeno tak lupa dengan nafasnya yang sesenggukan.

"Yaampun dek. Echan kalau mau susu bilang sama Abang, gak apa apa kok bangunin abang, abang gak akan marah sama echan"jelasnya lembut sambil mengelus rambut mangkuk bocah gembul itu.

"Yaudah sekarang Echan tunggu di sini sambil bobok. Biar bang Nono bikin susu nya dulu"ucap Jeno. Di pindahkannya Echan dari pangkuannya ke kasur lalu iapun beranjak keluar kamarnya untuk kedapur.

"Nyonyo!! Itut!!"pekik sang adik lalu berusaha turun dari kasur. Di dahulukan nya kedua kaki kecilnya sedangkan kedua tangannya berpegang pada kasur.

"Aduduh.. kamu udah mulai berat ya dek"keluh Jeno ketika ia mengangkat tubuh sang adik ke gendongannya.

"Echan tan embul hihihi"kikikan Echan membuat Jeno semakin gemas sehingga pemuda itu mecubit pipi gembil adiknya.

"Iya Echan embul, karena ngemil terus"canda Jeno membuat keduanya Terkekeh.

Sampainya di dapur si bungsu di dudukan di atas meja menghadap ke pantry. Sambil merebus air, Jeno menuangkan susu kedalam dot berukuran sedang sesuai dengan takaran biasanya.

Baby BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang