Prolog

4.3K 181 46
                                    



Disebuah ruangan kecil, penuh dengan benda-benda yang berserakan dimana-mana. Bekas wadah makanan yang sudah kosong berserakan di meja, baju kotor yang menggantung di sembarang tempat, bahkan kecoa pun berkeliaran dimana-mana.

Namun, pemilik ruangan tersebut tidak memperdulikannya, bahkan melihat kecoa berkeliaran pun, ia hanya membiarkannya. Baginya, kecoa-kecoa tersebut sudah seperti temannya.

Pemuda itu menghisap batang rokok yang sudah hampir habis. Lalu mengeluarkan asap dari mulutnya. Kedua bola mata hitamnya menatap luar jendela yang memperlihatkan beberapa burung berterbangan kesana-sini seolah hidupnya dipenuhi dengan kebahagian, pemuda itu menatap burung-burung tersebut dengan nanar.

Pemuda itu membuang batang rokok yang ia hisap tadi keluar jendela. Merebahkan tubuhnya di kasur miliknya yang tak pernah ia ganti sprei nya, bahkan kini warnanya mulai memudar karena sudah usang.

Mata sayunya menatap langit-langit kamar miliknya. Besok adalah hari ulang tahunnya yang ke-21 tahun, yang dimana orang-orang akan memberi kejutan untuknya, meniup lilin, merayakan pesta, namun itu semua hanya lah angan-angannya yang tak akan pernah terjadi.

Mengingat dirinya tidak mempunyai apa-apa, teman, sahabat, bahkan keluarga pun tak punya. Bolehkah sekarang Pemuda itu mengadu kepada Tuhan karena takdir yang kini ia jalani? Tapi... Sepertinya ia terlalu malu untuk mengadunya, karna bukan Tuhan lah yang membuatnya seperti ini, namun dirinya sendiri.

Sebab, penderitaan yang kini ia rasakan, adalah suatu balasan untuknya karena perbuatan semasa dulunya.

Pemuda itu menutup matanya, bersamaan dengan bulir air menetes dari pelupuk matanya.

Jika waktu bisa diputar kembali, ia ingin kembali ke masa-masa itu, mengubah segalanya yang ia perbuat, dan...

Meminta maaf kepada gadis yang pernah ia hancurkan masa depannya.

Ia menyesal sekarang? Tidak, lebih tepatnya dari dulu ia menyeal. karena hal itu hidupnya menjadi kacau dan menderita.

Ia ingin meminta maaf kepada gadis itu, meminta maaf atas apa yang pernah ia lakukan kepadanya dulu, namun ia tau bahwa meminta maaf tidak akan bisa merubah masa lalu yang membekas pada gadis itu.

Pemuda itu mengusap kasar wajahnya. Lalu bibir merahnya mengucapkan sesuatu.

"Maaf..........

.....Ryn"




.

Revisi gess, karena kurang sreg sama kata-katanya, eh tapi sekarang gimana? Lumayan kan yah?

Oke aku usahain bakal up lagi wkwkwk, sayng udah 2 tahun lebih cerita ini aku publis dan belum juga tamat.

Ya gitu, otak nggak bisa di ajak kerjasama, padahal tangan udah gatel buat ngetik😆

Udahlahh, tunggu aja ya up selanjutnya, mungkin setelah aku revisi beberapa bab.

See youu....

I'M SORRY, RYN✔️ [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang