"Bagaikan candu yang membuat gila. Hingga tidak akan ada yang bisa menghentikannya."
-Sinner-
🍑🍑🍑
"Dari mana aja kamu?" Suara seseorang yang mengejutkan membuat Crystal menghentikan langkahnya tiba-tiba.
Saat ini ia sudah menginjakkan kaki di mansion, keadaan mansion juga sudah sepi, semua lampu mati. Crystal kira, keluarganya sudah tidur tapi sepertinya ia salah karena masih ada penghuni manison yang belum tidur dan tentu, dirinya sudah bisa menebak siapa dia. Siapa lagi jika bukan kakaknya, Austin.
Untung saja, Crystal berhasil memaksa Calvin untuk pulang tanpa harus berpamitan pada keluarganya. Ia tidak bisa membayangkan jika Calvin bertemu dengan Austin. Sudah dapat dipastikan suasana akan menjadi buruk seketika. Crystal diam di tempatnya, keadaan ruangan yang gelap membuat matanya berusaha melihat dengan jelas meskipun samar-samar. Ia mencium aroma tubuh Austin yang sangat dihapal, bahkan bisa dikatakan menjadi candunya.
Crystal merasakan ada hembusan napas yang mengenai tepat di depan wajah, membuatnya sontak menahan napas. "Apa kau tidak melihat jam, kenapa baru sekarang kau pulang."
"Bukan urusanmu!"
"Akan menjadi urusanku jika itu menyangkut keluarga Oberoi," balas Austin dengan suara dalamnya yang tajam.
"Aku tidak peduli. Menyingkirlah!" Crystal mendorong dada Austin agar pria itu menyingkir, tapi tidak bisa.
"Kau tidak bisa pergi begitu saja." Austin menghembuskan napasnya. "Kau dari mana?" Ia mengulang pertanyaan.
Crystal memicingkan matanya, ia sedikit memajukan badan hingga napas keduanya beradu. "Apakah itu benar-benar penting bagimu?"
"Ya. Sangat penting dan kau harus menjawab."
"Dan bukankah aku sudah mengirimkanmu sebuah pesan? Memberitahukan di mana keberadaanku."
"Bisa saja kau berbohong, kan?" ujar Austin tersenyum miring.
Crystal terkekeh. "Kau lebih paham apakah aku berbohong atau tidak. Jadi, menyingkir. Aku ingin istirahat."
Austin sedikit mengingkir, membiarkan Crystal pergi menuju kamarnya. Sedangkan dirinya mengekor dari belakang. Lalu ketika Crystal hendak menutup pintu, gadis itu terkejut karena keberadaan Austin yang ternyata ada di belakangnya. "Kau! Kenapa kau di sini! Pergilah!"
Tanpa membalas perkataan Crystal, Austin berbalik--menutup pintu kamar dan menguncinya. Memutar tubuhnya lagi, hingga berhadapan dengan Crystal.
"Aku merindukanmu." Austin mendorong tubuh Crystal hingga gadis itu terjatuh di atas kasur.
Crystal beringsut mundur. "Kau akan apa. Menjauh."
"Crys, kau benar-benar membuatku gila." Austin menarik kedua kaki Crystal, lalu mendudukinya. Posisi gadis itu terlentang sedangkan Austin duduk, sedikit membungkuk.
"Kak, kumohon hentikan sebelum semuanya terlambat dan kau akan menyesal!" Crystal menatap Austin penuh harap.
"Tidak, kali ini aku tidak akan berhenti, Crys." Tanpa banyak kata, Austin langsung mencium bibir Crystal--melumatnya dengan liar bahkan hingga Crystal tidak bisa menyeimbangi permainan pria itu.
Ciuman yang liar dan panas, berlangsung sangat lama, membuat Crystal harus mendorong tubuh Austin sekuat tenaga. "Hentikan, kau membuatku tidak bisa bernapas." Crystal menatap Austin dengan napas yang tersenggal, sampai-sampai membuatnya lupa bagaimana cara bernapas yang benar.
Austin pun juga, napas pria itu tersenggal. Tapi sepertinya, Austin masih bisa bertahan lebih lama lagi berbeda dengan Crystal. Austin menatap Crystal, pandangan matanya turun pada bibir gadis itu yang terlihat sangat membengkak akibat ulahnya. Austin mengusap bibir Crystal yang juga basah akibat saliva mereka. "Kau semakin sexy di mataku, Crys." Austin berkata begitu dalam, menatap Crystal berkabut seakan Crystal adalah mangsa yang menggoda.
Apalagi surai Crystal yang berantakan dengan dressnya yang sudah tersingkap. Austin semakin menatap dengan liar, tatapan yang membuat Crystal bergidik ngeri. Bahkan sekarang, Crystal merasa membenci Austin.
Bagaimana pria itu sangat pandai mempermainkan dirinya? Bahkan dengan mudahnya menarik Crystal ke dalam permainannya. Memang, mereka tidak pernah melakukan hubungan yang lebih intim. Karena yang mereka lakukan hanya sebatas cumbuan, tidak lebih. Tetapi di sini, Austinlah yang selalu berusaha membuat Crystal menjadi gadis yang menyedihkan. Lari pun percuma, Austin selalu dengan mudah membuat semuanya terlihat baik-baik saja. Padahal hati Crystal, sudah tidak baik-baik saja. Semua hancur. Bahkan Crystal sampai tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan pada Austin.
Cinta atau benci. Semua terasa hambar, entah sejak kapan setiap kali Austin mencumbunya memulai permainannya jantung Crystal tidak merasakan debaran seperti dulu. Jantungnya seakan seperti berhenti berdetak untuk pria itu. Mati. Crystal ingin perasaannya mati untuk Austin.
Crystal menatap mata Austin dengan pandangan yang memburam. Crystal berkedip, membuat air matanya meluruh dan itu membuat Austin terkejut dan dengan sigap pria itu mengusapnya. "Crys, kenapa kau menangis?"
Crystal tidak menjawab. Air matanya terus meluruh tanpa bisa dicegah. Austin segera menarik tubuh Crystal agar terduduk, lalu memeluknya dengan erat. Ketika Austin sudah memeluknya, air mata Crystal semakin deras sampai bahunya bergetar. "Crys ... Apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Austin bersuara lagi.
Crystal menggeleng lemah. Dirinyalah yang melakukan kesalahan karena tetap membiarkan Austin masuk ke dalam hidupnya. Bodohnya Crystal tidak bisa menahannya. Membiarkan Austin berlaku seenaknya. Crystal memang sangat lemah jika berhubungan dengan perasaan. "Kak ....."
"Ya?"
"Apakah kau mencintaiku atau hanya mencintai tubuhku?"
Semarang, 4 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Before After: Marriage ✔
RomansaStart: 27 November 2020 Finish: 24 Agustus 2021 Before After Marriage - Season 1: Before - Sinner (End) - Season 2: After - Baby Blues (End) ***** Ini kisah tentang kedua pendosa yang merasakan sesuatu rasa yang begitu rumit. Memang tidak ada salahn...