"Terkadang, satu kenyataan saja mampu membuatmu tersadar."
-Sinner-
🍑🍑🍑
Mereka sudah sampai di pantai sejak beberapa menit lalu. Barang-barang pun sudah diletakkan ke dalam penginapan. Sekarang, Crystal sedang tiduran di salah satu kursi kayu yang panjang dengan kaca mata hitam bertengger di hidung, sedangkan topi rajut yang besar sudah terpasang cantik di kepalanya.
Ah, entah kapan terakhir kali Crystal merasakan ketenangan ini. "Kau terlihat bahagia," ujar seseorang membuat Crystal melepas kaca matanya. Pandangannya beralih menatap seseorang yang ikut bergabung di sampingnya. Dia Austin.
"Pengganggu," decak Crystal menatap Austin tidak suka. "Sepertinya dia tidak suka melihatku bahagia." Lanjutnya bergumam kecil yang masih bisa didengar samar oleh Austin.
"Mau?" ujar Austin menawarkan, memberikan lolipop pada Crystal. Permen kesukaan gadis itu.
Crystal mengabaikannya, membuat Austin tersenyum. "Kau benar-benar tidak ingin, hmmm?"
Diam. Crystal memilih berpegang teguh pada pendiriannya. Ah, padahal ingin sekali ia mengambil permen lolipop itu. Austin menghembuskan napas yang didengar jelas oleh Crystal. "Oke baiklah, kau tidak menginginkannya. Aku bisa memberikannya pada Cassandra atau Clarissa."
"Ah itu dia. Cass--" Belum sempat Austin memanggil adik perempuannya dengan lengkap, Crystal sudah terlebih dahulu merampas lolipop di tangan Austin, membuat pria itu sontak menatap Crystal.
"Crys ....."
"Apa?"
"Kenapa kau mengambilnya?"
"Apa tidak boleh? Kau yang menawarkannya padaku!"
"Tapi kau menolak."
"Aku berubah pikiran, diamlah. Jangan banyak berbicara," ujar Crystal dengan ketus membuka bungkus lolipopnya dan memasukkan ke dalam mulutnya.
🍑
Malam sudah tiba, desiran ombak terdengar, angin berhembus begitu tenang. Langit yang hitam dengan bertabur bintang dan bulan yang berkelap-kelip. Suasana malam ini sangat meriah, meskipun hanya diisi oleh keluarga Oberoi. Beberapa tenda sudah terpasang di pinggir pantai. Api unggun sudah menyala, dan tempat untuk memanggang juga sudah disiapkan.
Semua orang terlihat bahagia. Anak-anak berlarian ke sana-kemari. Sedangkan oara dewasa sedang menyiapkan semuanya. Di ujung, dekat ayunan Cannon memegang gitarnya, jemari-jemari lentik milik laki-laki itu mulai memetik gitar dan memainkannya, lalu si Teresa--putri Aiden menyanyi. Gadis itu juga memiliki suara yang bagus dan merdu.
Sepertinya semua orang menikmati pertunjukan dadakan yang dilakukan oleh Cannon dan Teresa. Semua bertepuk tangan ketika Teresa selesai bernyanyi, begitu dengan Cannon yang berhenti bermain gitar. "Kalian berdua sangat menakjubkan!" Puji Aiden membuat semua orang mengangguk setuju.
"Bolehkah aku request?" tanya Crystal yang tiba-tiba datang entah dari mana.
"Tentu boleh, Kakakku tersayang." Cannon tersenyum lebar, mengangguk.
Teresa ikut mengangguk. "Kau ingin lagu apa, Bibi?"
"Bagaimana dengan Calum, you are the reason?" usul Crystal tersenyum lebar, semua orang mengangguk setuju dengan usulan Crystal.
Cannon mulai memetik senar gitar kembali, sedangkan Teresa terlihat mengaba-aba akan menyanyi.
And I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason (I don't wanna fight no more)I don't wanna hide no more
I don't wanna cry no more
Come back I need you to hold me (You are the reason)
Be a little closer now
Just a little closer now
Come a little closer
I need you to hold me tonightI'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
'Cause I need you to see
That you are the reasonSemua orang terlihat begitu sangat menghayati, suara Teresa yang begitu merdu dipadukan dengan permaian gitar Cannon yang begitu lihai, perpaduan yang sangat sempurna. Batang pohon yang berukuran tidak terlalu besar diletakkan di atas pasir pantai, mereka duduk di atas sana sambil menikmati hasil barbaquean ditambah dengan konser gratis Cannon dan Teresa.
Crystal bahkan tidak menyadari, seseorang sudah duduk di sampingnya bergabung dengan gadis itu sejak tadi. Hingga Cannon dan Teresa menyelesaikan lagu kedua, barulah seseorang itu--Austin, bersuara. "Kau terlihat sangat menghayatinya."
Crystal sontak menoleh, terkejut. "Selalu saja datang tiba-tiba, menjengkelkan," gumamnya kesal yang masih bisa didengar Austin.
Austin refleks mengusap kepala Crystal dengan lembut, mengusap-usapnya berulang kali--membuat Crystal yang mendapatkan serangan tiba-tiba diam karena terkejut. "Kapan acara kelulusanmu?" tanya Austin pada Crystal.
Crystal memutar bola matanya ke segala arah, berpikir. "Mmm, tanggal 5 Mei."
Austin diam, seperti mencerna sesuatu hingga kalimatnya membuat Crystal semakin terkejut karena menyadari sebuah kenyataan. "Satu minggu sebelum pernikahanku dengan Lauren?"
"Eh?" Crystal menatap Austin terkejut, tapi dengan cepat gadis itu tersenyum hangat, menganggukkan kepala. "Ah, iya benar."
Austin pun juga tidak mengira jika dirinya akan mengatakan kalimat itu, membawa-bawa nama Lauren di antara dirinya dan Crystal. Austin mengangguk kaku, menyadari perubahan ekspresi pada Crystal.
Crystal menatap sekeliling, semua orang sedang sibuk. Ia berdiri dari posisi duduknya, tanpa banyak kata Crystal pergi meninggalkan Austin yang menatapnya dengan pandangan tidak terbaca. "Mau ke mana gadis itu?" gumamnya bertanya dalam hati.
Semarang, 13 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Before After: Marriage ✔
RomanceStart: 27 November 2020 Finish: 24 Agustus 2021 Before After Marriage - Season 1: Before - Sinner (End) - Season 2: After - Baby Blues (End) ***** Ini kisah tentang kedua pendosa yang merasakan sesuatu rasa yang begitu rumit. Memang tidak ada salahn...