"Ketika kau terbangun di pagi hari dan yang kau lihat pertama kali adalah seseorang yang kau cintai. Bukankah itu sangat membahagiakan?"
-Sinner-
🍑🍑🍑
Sinar matahari menerobos masuk melalui sela-sela jendela membuat kedua manusia yang masih tertidur nyenyak di balik selimut terganggu. Crystal menggeliat dalam tidurnya, merasakan pelukan hangat yang menyentuh perutnya membuat ia tersadar jika Crystal tidak sendiri. Ia menoleh, menatap Austin dari jarak dekat. Saat ini, posisi Crystal berada di dada Austin meletakkan kepalanya di sana. Crystal tersenyum hangat dalam keheningan. Tangannya terangkat, menyentuh pipi Austin yang dihiasi dengan jambang-jambang halus. Crystal mengusapnya lembut, untung saja Austin sudah mengatakan pada Xander secara pribadi jika dia akan pergi dengan Crystal untuk menyelesaikan masalah. Tentu Xander dengan mudah mengijinkannya. Lalu masalah kamar, Austin juga sudah mengatakan pada pegawai penginapan untuk merahasiakan keberadaan mereka, dan mengatakan jika kamar sudah kosong karena berjaga-jaga jika ada yang akan masuk mengecek.
Ingatannya berputar pada kejadian tadi malam, di mana mereka sudah menyelesaikan olahraga panas itu, Crystal yang benar-benar lelah memilih untuk segera memjamkan mata, tidur. Hanya saja, pendengarannya masih bisa mendengar semua dengan jelas termasuk perkataan Austin sebelum pria itu tertidur.
"Kau tahu, kau benar-benar telah membuatku gila, Crys." Austin terkekeh di sela-sela suaranya.
Austin menghembuskan napasnya dengan kasar. Lalu tangannya mengusap surai Crystal. Posisi gadis itu berada di dadanya, dengan mata terpejam, tertidur pulas. Austin tersenyum hangat. "Ah, kau tahu. Selain membuatku gila, kau berhasil membuatku jatuh cinta."
Crystal semakin menajamkan pendendengarannya, jantungnya berdetak dengan kencang. Pernyataan Austin benar-benar tidak terduga. Apalagi, perkataan pria itu selanjutnya.
"Kau bertanya, kan, aku mencintaimu atau mencintai tubuhmu? Tentu saja aku mencintaimu," ujar Austin tersenyum. "Percayalah rasa ini ada sejak dulu. Bahkan sebelum Lauren muncul di kehidupanku dan sampai detik ini, hanya kau yang aku cintai, Crys."
"Aku juga tidak mengerti bagaimana bisa aku memiliki rasa padamu, adikku sendiri. Bahkan kau masih begitu muda jika dibandingkan denganku yang semakin menua. Bukankah aku terlihat seperti pedofil?" Lanjutnya lagi terkekeh.
Crystal tersenyum dalam diam. Entah kenapa hatinya menghangat mendengar pengakuan dari Austin. Itu berarti, perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan, kan? Meskipun Crystal merelakan jika Austin bersama dengan Luaren di masa depan. Tetapi, mendengar pernyataan pria itu membuatnya lega dan lebih mudah untuk merelakan semuanya.
Austin bergerak, membuat Crystal sedikit menyingkir. Beberapa detik kemudian, mata pria itu terbuka. Crystal memejamkan matanya, pura-pura tertidur.
"I love you, my sunshine." Begitu terbangun dari tidurnya, Austin mengecup lama kening Crystal dan mengatakan isi hatinya jika ia mencintai gadis itu.
Crystal pura-pura melenguh, merenggangkan ototnya lalu perlahan membuka mata. "Mmm, kau sudah bangun?" tanya Crystal memicingkan mata, sedikit menjauhkan kepalanya.
Austin tersenyum lebar. "Baru saja aku bangun."
Crystal merapatkan tubuhnya, masuk ke dalam pelukan Austin. "Aku masih mengantuk," gumamnya.
Austin mengusap-usap pelan punggung telanjang Crystal. "Tidurlah lagi, kita akan pulang ketika kau sudah bangun."
"Tapi bagaimana dengan keluarga kita? Apa mereka tidak curiga jika kita belum berada di rumah ketika mereka pulang nanti?"
"Kau tidak perlu mencemaskannya, serahkan semua kepadaku."
🍑
Sejak tadi, Crystal terus saja diam membuat Austin bingung harus membujuknya dengan cara yang bagaimana lagi. "Kau sejak tadi terus diam padaku. Jangan diamkan aku, Crys." Austin merengek, menggoyang-goyangkan tangan Crystal.
Saat ini, mereka sudah berada di dalam mobil dan akan perjalanan pulang. Bahkan mereka akan pulang ketika malam sudah menunjukkan pukul sembilan. Benar-benar menyebalkan.
"Diamlah!" ketus Crystal. "Cepat jalankan mobilnya. Aku ingin segera sampai rumah lalu tidur."
Bagaimana Crystal tidak kesal, setelah Crystal bangundari tidurnya ketika siang tiba. Austin tidak membiarkan Crystal untuk membersihkan diri, pria itu memancingnya hingga membuatnya lupa dan berakhir dengan permainan-permainan di atas ranjang karena Austin. Coba saja jika tadi Crystal tidak menghentikannya, mungkin saja mereka masih di atas ranjng, bahkan mungkin mereka akan pulang ketika besok.
"Setidaknya jangan diamkan aku." Protes Austin membuat Crystal memutar bola matanya.
"Ish, kau ini! Berisik sekali. Aku sedang marah denganmu! Bagaimana bisa kau terus melakukannya!" ketus Crystal, "Ah sialan!" Lanjutnya mengumpat.
"Karena itu, kau marah denganku? Oh ayolah, Crys. Tidak akan ada pria yang tahan dengan semua itu," ujar Austin menjelaskan. "Kau sangat menggoda, sungguh. Aku tidak berbohong."
"Yaya terserah kau saja." Crystal mengalihkan pandangannya ke arah jendela. "Aku ingin makan. Cepat cari restoran terdekat, lapar."
Austin terkekeh, mengangguk patuh. "Baik, Tuan Putri. Sesuai dengan perintah."
Tatapannya Austin ke Crystal
Semarang, 22 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Before After: Marriage ✔
RomanceStart: 27 November 2020 Finish: 24 Agustus 2021 Before After Marriage - Season 1: Before - Sinner (End) - Season 2: After - Baby Blues (End) ***** Ini kisah tentang kedua pendosa yang merasakan sesuatu rasa yang begitu rumit. Memang tidak ada salahn...