39. After: Baby Blues - Hurts

1.1K 50 7
                                    

Crystal kembali memejamkan matanya, menunggu semua orang berkumpul di ruangan, barulah saat itu ia akan pura-pura siuman. Sebenarnya Crystal sudah siuman sejak sore, tetai ia hanya terlalu malas dan ingin tidur saja. Crystal menggerakkan jemari-jemarinya, samar-samar ia mendengar suara Izzy. “Jari-jarinya bergerak.”

Perlahan Crystal membuka mata dengan pandangan yang sedikit kabur. Ia dapat melihat Austin, Izzy, Xander, Autumn, dan Calvin berkeliling di ranjangnya. “Akhirnya, kau sudah siuman, baby.” Austin langsung memeluk Crystal, dan membuatnya terdiam.

“Sayang, syukurlah kau bangun. Kita menunggumu sejak kemarin,” ujar Izzy tersenyum penuh haru. Melihat mata Crystal yang juga menatapnya.

Crystal menitihkan air mata, saat matanya berpautan dengan Izzy. Ada sesuatu yang ia bicarakan lewat mata itu. Izzy sangat paham arti tatapan itu, penuh kekecewaan dan kesedihan. Sepertinya, Austin menceritakan semuanya di saat Crystal pura-pura dari tidurnya.

“Akhirnya, Crys. Aslan pasti sangat merindukan Ibunya.” Autumn menatap Crystal penuh haru.

“Ah iya, di mana putraku?” tanya Crystal. “Aku ingin melihatnya.”

“Aku akan memberitahukannya pada perawat,” ujar Calvin berlalu.

Tidak berselang lama, Calvin datang dengan perawat yang sedang menggendong Aslan. Ia meletakkannya tepat di samping Crystal. “Ini putranya, Nyonya.”

Crystal mengangguk, tersenyum hangat. “Terima kasih.”

Crystal bangun dari tidurnya, lalu meraih tubuh kecil Aslan untuk digendongnya. Matanya berkaca-kaca, merasa bahagia melihat putranya yang terlihat sehat dengan pipi gembulnya. “Hei, sayang,” gumamnya dengan menoel-noel pipi Aslan.

Bayi mungil itu terlihat menggeliat dari tidurnya. Bibirnya menyungginkan senyuman, mungkin Aslan merasakan kehadiran Crystal dan merasa bahagia. “Lihat, dia tersenyum,” seru Autumn tersenyum lebar. Semua orang mengangguk, fokus menatap Crystal dan Aslan.

“Dia terlihat sangat mirip denganku, kan?” tanya Austin mengintruksi Crystal. Pandangannya beralih menatap Austin tanpa ekspresi.

“Tidak. Dia sama sepertiku,” ujar Crystal ketus untuk menutupi rasa kekecewaannya pada pria di sampingnya itu.

Austin terkekeh, menatap Crsytal dengan geli. “Ck, tidak mau mengakui,” gumamnya.

“Malam ini aku akan tidur dengannya. Apakah boleh?” tanya Crystal.

Izzy mengangguk, tersenyum hangat. “Tentu saja boleh, sayang. Mom akan mengijinkannya pada Dokter.”

“X, apakah aku boleh tidur di sini?” tanya Izzy menatap Xander yang memang banyak diamnya.

“Ada Austin, kita pulang saja. Besok kita kemari lagi,” ujar Xander.

Austin mengangguk setuju dengan kalimat Xander. “Dad benar, Mom. Crystal akan di sini denganku.”

“Crys, apa kau keberatan jika Mom akan menemanimu semalaman di sini?” tanya Izzy menatap Crystal, meminta persetujuan.

Crystal dengan ringan menggeleng. “Tentu tidak. Aku akan sangat senang jika Mom berada di sini, menemaniku,” balasnya menatap Izzy penuh arti.

Izzy mengangguk setuju, lalu menatap Xander dan Austin. “Lihat, Crystal memperbolehkan. Lagipula aku ini Mommynya.”

“Baiklah ... baiklah. Terserah kau saja, sayang,” ujar Xander dengan pasrah.

“Ah, di mana Mama dan Papa?” tanya Crystal karena tidak melihat Claire dan Alex di sini.

“Mama dan Papa sedang ada di Indonesia, Crys. Sebelum persalinanmu mereka berencana pulang, tapi selalu ada kendala. Dan cuaca yang masih sangat buruk, akan berbahaya jika mereka tetap memaksa untuk berangkat.” Calvin menjelaskan pada Crystal membuat wanita itu mengangguk mengerti. “Tapi aku sudah memberikan kabar pada mereja jika kau sudah siuman.” Lanjut Calvin.

“Terima kasih,” gumam Crystal pada Calvin.

🍑

Autumn dan Calvin sudah pulang, Xander dan Austin sedang pergi keluar. Sedangkan hanya Crystal dan Izzy yang tersisa di ruangan.

“Mom, aku sangat sakit,” gumam Crystal dengan suara bergetar. Izzy merapatkan tubuhnya mendekat ke arah Crystal, memeluk putrinya itu.

“Bagaimana bisa dia berselingkuh, Mom. Aku tidak mengerti dengan pikirannya.” Crystal benar-benar sudah tidak bisa menahan semuanya. “Bagaiamana jika dia mengulang kembali kesalahannya?”

“Ssttt ... jangan berkata seperti itu. Dan juga, berpikir sesuatu hal yang akan menyakitimu. Apa yang dia lakukan kemarin memang salah. Tapi bukan berarti dia akan mengulanginya, sayang.” Izzy mengusap-usap punggung Crystal menenangkan, “Demi Tuhan, jika dia, putraku itu melakukannya lagi. Aku tidak akan mengampuninya karena telah menyakitimu, sayang .....”

“Sekarang yang harus kau lakukan hanyalah fokus saja pada Aslan. Rawat dia dengan baik. Jangan sampai karena masalah ini, Aslan jadi terabaikan. Kau hanya perlu mengingat pesan Mom ini.”

Crystal mengangguk patuh, tangannya bergerak dengan cepat mengusap pipinya yang basah. Ya, mommy-nya benar, Crystal hanya perlu fokus merawat Aslan. Lalu tentang Austin, Crystal tidak perlu terlalu memikirkannya.”

Meskipun sulit memang, karena masalah perselingkuhan bukanlah hal yang simpel. Tapi, Crystal hanya perlu berusaha demi Aslan. Lagipula, mau tidak mau Crystal juga harus bertahan dan itu juga untuk putranya. Karena tentu saja Crystal tidak akan membiarkan Aslan tidak memiliki orang tua yang lengkap. Setidaknya jika bukan karena dirinya sendiri, Crystal harus mempertahankan rumah tangganya untuk Aslan.

Before After: Marriage ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang