16. Before: Sinner - Rooftop

1.9K 130 2
                                    

"Woah di sini terlihat indah. Aku sangat yakin di malam hari pasti semakin indah." Crystal takjub melihat pemandangan yang dilihatnya dari ketinggian entah berapa ratus meter. Ternyata, selain restoran berbintang, mulai dari lantai lima hingga lantai paling atas yaitu 70 adalah apartemen.

"Kau ingin melihatnya ketika malam hari? Kupikir aku akan mengajakmu ketika kau bisa."

Sontak, Crystal menoleh menatap ke arah Calvin dengan binar di matanya. "Kau serius dengan perkataanmu?"

Calvin mengangguk. "Tentu. Kapan kau bisa, aku akan membawamu kemari."

"Bagaimana dengan akhir pekan? Sepertinya itu akan menarik," ujar Crystal memberi usul, membuat Calvin mengangguk setuju.

"Ide yang bagus," balas Calvin.

Crystal memejamkan matanya, angin berhembus menyentuh wajah dan membuat surainya bergerak. Ia menghembuskan napasnya pelan, perlahan membuka matanya dengan senyum lebar. Entah kenapa, ia merasakan perasaannya membaik dengan hati yang menghangat. Seketika kekesalan yang terjadi beberapa menit lalu, melihat kedekatan Austin dan Lauren menghilang begitu saja. "Sepertinya moodmu membaik." Calvin bersuara membuat Crystal sontak menoleh.

"Tahu darimana jika moodku sedang jelek?" tanya Crystal memicing.

Calvin tersenyum, tangannya terangkat meletakkan tepat di depan wajah Crystal memberikan sedikit gerakan. "Terlihat sangat jelas di wajahmu mengatakan kau sedang bad mood."

Crystal terkekeh, lalu memutar bola matanya. "Astaga kau ini."

"Apa, apa aku salah berbicara?" tanya Calvin menatap Crystal.

"Tidak ada yang salah. Kau benar, suasana hatiku memang sedang buruk." Crystal menghembuskan napasnya, bahunya melemah. "Kau tahu ... ah tidak."

Calvin menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau tidak jadi melanjutkan kalimatmu?"

"Tidak apa. Ah, iya bolehkah aku di sini sampai malam? Sepertinya aku berubah pikiran untuk tidak kemari ketika akhir pekan."

"Tidak jadi? Kenapa?"

"Aku melupakan jika akhir pekan ada acara keluarga." Crystal menatap Calvin memohon. "Bolehkah? Aku tidak apa di sini sendirian. Kau pulang saja."

"Oke baiklah, tidak apa. Tapi bagaimana dengan kakakmu?"

"Kakakku? Tidak perlu dipikirkan. Nanti aku akan mengirimkan dia pesan agar langsung pulang saja, tanpa menungguku." Crystal mengibas-ngibaskan tangannya.

"Oke, kau akan di sini bersamaku. Dan ya, aku akan menyuruh pelayan mengantar beberapa snack dan makanan lainnya."

"Kau tidak pulang? Bukankah kau sibuk?"

Calvin menggeleng. "Sibuk tapi semuanya bisa ditunda. Kapan lagi bisa menemani gadis cantik sepertimu."

"Aish, menyebalkan." Crystal mendengus, menahan senyumannya.

"Tapi lihatlah, wajahmu memerah."

"Kulitku memang akan memerah jika terlalu lama terkena sinar matahari," balas Crystal asal tanpa menatap Calvin. Sedangkan pria itu sudah terkekeh geli melihat tingkah Crystal.

"Anggap saja aku percaya. Padahal kau berbohong." Calvin menggoda membuat Crystal sontak menatap pria itu tajam.

"Berhenti menggodaku, Calvin!"

Calvin semakin terbahak, bukannya takut Crystal justru malah menggemaskan di matanya. "Kenapa kau tertawa, bisa hentikan itu!" ujar Crystal kesal dengan wajah tertekuk dan tangan yang bersedekap dada.

"Oke-oke baiklah." Calvin memegangi perutnya dengan sisa-sisa tawa yang berderai.

"Kau masih menertawakanku! Jika kau tidak diam dalam satu detik ke depan, aku tidak mau berbicara padamu!" Kalimat Crystal membuat Calvin terdiam.

Crystal tersenyum lebar, menepuk bahu Calvin dengan keras. "Pintar."

"Ah, aku baru menyadarinya kenapa di sini sangat panas." Crystal mengibas-ngibaskan kedua tangannya tepat di depan wajah. Keringat sudah bermunculan di pelipisnya.

Calvin melepas jasnya, lalu meletakkan jasnya tepat di kepala gadis itu. Crystal terkejut. "Eh?"

"Kemarilah, kita duduk di gazebo saja." Calvin merangkul bahu Crystal membawa gadis itu menuju gazebo yang ada di rooftop. Tidak hanya gazebo, di sini juga ada beberapa sofa dan meja. Tetapi tidak untuk umum. Hanya Calvin yang bisa mengaksesnya. Bahkan para pegawai pun tidak bisa. Karena ini adalah tempat pelarian Calvin. Bahkan mempersihkan pun, Calvin yang melakukan. Ia benar-benar tidak mengijinkan orang masuk sembarangan ke rooftop.

Crystal. Satu-satunya orang yang ia ijinkan, bahkan ia yang mengajak kemari.

🍑

Langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Kini, taburan bintang dan bulan menghiasi langit yang hitam, matahari sudah tidak lagi menampakkan sinarnya. Baik Crystal maupun Calvin tidak ada yang berniat untuk pergi, padahal angin malam semakin dingin.

"Apa kau juga berniat untuk bermalam di rooftop?" tanya Calvin membuat Crystal membuyarkan lamunannya.

Tadinya pandangan Crystal fokus pada hamparan lampu kota yang berkelap-kelip. Di malam hari, lampu-lampu kota terlihat menghiasi jalanan membuat pemandangan semakin cantik dari ketinggian. Bahkan Crystal sudah mengambil banyak gambar dengan Calvin yang menjadi tukang foto dadakannya, dan beberapa selfi sendiri atau dengan Calvin.

Crystal menoleh menatap Calvin, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Ah, apakah itu artinya aku boleh bermalam di sini?"

"Tentu tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Lagipula angin malam tidak baik untuk kesehatan, Crys." Calvin menatap Crystal serius. "Ayo kuantar kau pulang!" Calvin menarik pergelangan tangan Crystal, berniat membawa gadis itu pergi.

Crystal berhenti, menahan Calvin yang akan melangkahkan kaki. "Sebentar."

"Apa lagi, Crys?" tanya Calvin.

"Kau serius akan mengantarku pulang?" Crystal menaikkan sebelah alisnya.

Calvin mengangguk. "Tentu, aku serius. Kenapa memangnya?"

"Mmm, jika kau mengantarkanku Dad dan para kakak-kakak lakiku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja," balas Crystal bergumam.

"Kenapa bisa?"

"Karena mereka pasti akan menanyaimu banyak hal."

"Tidak masalah, aku akan menjawabnya dengan jujur. Lagipula, kau baik-baik saja, kan?"

"Ya tentu, aku baik-baik saja. Tapi ....."

"Sudah, tidak perlu tapi-tapian. Ayo pulang dan aku yang akan mengantarkanmu." Tanpa menunggu lanjutan kalimat Crystal, Calvin dengan sigap menarik pergelangan tangan gadis itu dan segera pergi dari rooftop.




















Semarang, 04 Maret 2021

Before After: Marriage ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang