Chapter 33.

56 3 0
                                    

Sudah hampir semalaman, Farrel menjaga Rachel. Hingga Farrel tertidur di rumah sakit bersama Rachel dengan posisi duduk. Pintu kamar terbuka, menandakan ada seseorang yang masuk.

"Hah dasar anak ini" seseorang itu berjalan ke arah belakang Farrel setelah menghembuskan nafas kasar

"Bangun, Rel" Kevin menggoyangkan bahu Farrel perlahan

"Eumm, apasih?" Farrel yang masih setengah sadar hanya bisa melontarkan kata-kata itu, meskipun ia sudah tahu bahwa ini sudah pagi.

"Matahari dah mau kayak panci penggorengan, lu masih tidur?"

"Hah?"

"Noh, liat. Dah jam segini, masih molor terus. Untung hari Minggu" Kevin berdecak pinggang dan mengalihkan pandangannya ke arah Rachel yang masih belum siuman

"Dia belum bangun juga?" Tanya Kevin yang di balas gelengan lemah oleh Farrel

Ya, Kevin tahu persis bagaimana Rachel tanpa Farrel dan begitu juga sebaliknya. Bahkan, Kevin sampai bingung, bagaimana mereka bisa hidup dengan setiap hari harus melihat satu sama lain? Apakah tidak bosan?

"Yaudahlah, mandi dulu sana lu. Bau!" Kevin mendorong Farrel yang sebenarnya niatnya baik, ia tidak ingin temannya itu terlalu terlalut-larut dalam kesedihan.

"Kev, Ayah gue nelfon lu lagi?"

"Ho'oh, udah sepuluh kali" Kevin menunjukkan deretan daftar panggilan yang di sana terjejer nama 'Bokap Farrel'

"Hm, gue harus pulang. Jaga Rachel sampai gue balik" Farrel menatap Kevin tajam dan yang langsung di anggukan mantap oleh Kevin

Dalam perjalanan pulang, Farrel selalu terfikir oleh Rachel. Beruntung Farrel memiliki teman yang baik, jika tidak, ia harus rela berjalan kaki dari rumah sakit memuji rumahnya.

Saat pulang, Farrel di sambut oleh pemandangan yang tidak ingin di lihatnya. Koper, koper dimana-mana. Farrel secepatnya pergi menuju ruang kerja Ayahnya dan langsung masuk bertemu Ayahnya.

"Ayah, apa-apaan di depan?"

"Kita akan berangkat hari ini, tidak ada kata penolakan" ucap Ayah Farrel tegas

"Tapi, Rachel di rumah sakit, Yah!"

"Sudahlah Farrel, jam sepuluh kita akan pergi. Semuanya sudah di siapkan, tinggal menunggu jam saja. Kamu bersiap-siaplah" jelas ucapan Ayah yang tak akan menerima penolakan

Farrel mengikuti semua perintah Ayahnya. Bukan, bukan untuk bersiap-siap pergi ke bandara bersama Ayahnya, tapi ia ingin pergi lagi ke rumah sakit untuk menemui Rachel untuk mengucapkan perpisahan. Sekaligus melihat temannya itu.

"Rachel, kamu udah bangun?!" Teriak Farrel dari luar kamar inap Rachel

"Stttt! Berisik banget sih Lo?!" Kevin yang menunggu dari dalam ruangan langsung keluar dengan muka nampak kelelahan

"Hehe, dia udah siuman?"

"Blom. Loh, Lo kok malah kesini lagi?" Tanya Kevin

"G-gue.....pergi.... Jepang" Farrel berbicara terpotong-potong membuat Kevin menaikkan satu alisnya

"Hah? Apaan sih lu?"

"Gue mau di bawa sama bokap ke Jepang, dan nggak tahu sampai kapan pulang."

"Hah, mau gimana lagi. Pasti Ayah Lo juga nggak akan bisa di bantah'kan?"

"Yah, begitulah. Tapi, Rachel"

Farrel mendekati ranjang tempat Rachel terbaring lemas. Ia duduk di pinggir nya dengan sesekali menyibak rambutnya yang basah karena keringat. Kevin yang melihat itu merasa kasihan, pasalnya ia tidak pernah melihat Farrel memiliki teman yang sangat dekat kecuali Rachel. Dan sekarang, mereka harus mampu berpisah tanpa ada kata perpisahan yang menyertainya.

"Ferrel. Gue keluar dulu ya" Kevin menepuk pundak Farrel lalu lekas keluar dari kamar inap itu

"Ya, makasih bro" Farrel menjawabnya dengan lesu

Tik

Tok

"Rachel, sekarang gue harus pergi. Lo nggak akan genit-genit sama cowok lain kan, selama gue pergi?"

"Kalo Lo genit, nanti Kevin akan awasin Lo, terus nanti dia lapor ke gue. Hahaha"

"Rachel, Lo nggak mau bangun dulu gitu?, Buat ngasih salam perpisahan gitu buat gue. Gue mau di peluk sama lu tanpa gue minta, gue mau di cium sama lu tanpa gue harus manja. Gue mau kayak dulu, Rachel" Farrel perlahan terisak di samping Rachel

Still With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang