chapter 9.

109 58 5
                                    

"Tuh makan, tadi pagi lo belum sarapan kan?" Rachel membuka bekal yang di beri Farrel.

"Lupa"

Lalu mulai menyendok nasi goreng itu dan memakan-nya.

"Hum, enak!, eh tapi kan..., Bunda sama Ayah gue lagi di luar kota, lo beli kah?" melanjutkan makan.

"Gue yang bikin." Masih fokus pada hp-nya.

"Uhuk-uhuk, lo masak?" kata Rachel, sambil mencari minum.

"Iya lah,emang lo doang yang bisa!" katanya abai.

"Lo lagi ngapain sih, fokus amat." Melihat ke arah Farrel yang fokus pada hp-nya.

"Lagi balesin chat dari fans" menoleh dan tersenyum miring kepada Rachel.

"Hilih."

"Eh, dia nggak percaya, nihh liat nih, tuh yang ini lumayan cantik kan?, ini juga nih, nih ada lagi... dia cewek populer juga di sekolah, cantik banget dah, liat dah Hell"

menunjukan sederet chat yang terus menerus muncul.

Melihat Farrel bersikap seperti itu
Seketika ada yang aneh pada diriku

dadaku terasa sesak dan aku mulai ingin meluapkan emosi.

"Rel, gue udah kenyang, gue mau balik ke kelas dulu ya, nanti ada ulangan, tempat-nya gue bawa dulu ya, gue cuci baru gue kasih."

Ucap Rachel berbohong.

Rachel berjalan cepat meninggalkan Farrel yang masih mencerna perkataan sahabat-nya.

Aku berjalan menuju toilet

Ada sedikit rasa sesak di dada saat Farrel menceritakan tentang penggemar wanita-nya.

Rachel mulai menangis di dalam salah satu bilik kamar mandi.

"Ih apa-apaan sih Farrel gitu!"

"Norak!"

"Eh kok gue gini sih, jadi kek gini gara-gara dia?"

"Apa iya..."

"Gue?.. suka?"

Rachel lalu memukul kepala nya berulang kali.

"Hel, lo itu sahabat-nya!, aturan lo itu jadi pendukung dia!, loh kok lo malah suka sama sahabat sih?!" batin rachel.

Setelah merasa membaik, aku keluar dari kamar mandi.

Sial-nya aku berpapasan dengan Farrel yang sedang berbicara pada seorang gadis yang memegang sebuah bungkusan berpita.

Aku berjalan menunduk, agar Farrel tak melihatku.

Tapi tetap saja, usaha ku gagal, Farrel memanggil namaku dan berjalan ke arah ku.

Aku mempercepat langkah, dan tak melihat ke belakang.

Tiba-tiba tangan ku di tarik oleh Farrel.

"Heh, gue panggil juga!" kata Farrel.

"Oh, sorry nggak denger" melihat ke arah lain.

"Heh kok gitu." Heran.

"Apa?" singkat Rachel.

Dari kejauhan Kevin berlari dan menuju ke arah kami.

"Hai Rachel, makin cantik aja lo, hahaha."

"Hehe, makasih" kata Rachel lalu tersenyum.

"Dateng-dateng gombalin anak orang luh!" Farrel menjitak kepala Kevin.

"Oh iya hel, lo mau nggak-" kata Farrel

"Eh, Kevin temenin gue ke kantin yuk, ayok cepetan!, bye Rel gue duluan" memotong ucapan Farrel dan langsung menarik tangan Kevin.

"Eh, ayok deh, hahaha dadah Farell yeuh jadi sad" kata Kevin mengejek.

Kami melewati koridor demi koridor menuju kantin.

Aku melepaskan tangan Kevin saat di koridor anak ipa.

"Kev, gue mau beli permen aja di kantin, lo mau beli apa?, biar gue traktir."

"Nggak deh, gue tau kok, lo Cuma mau pergi dari Farrel kan?" kata nya bertanya.

"M-maksudnya?" Tanya Rachel gugup.

"Gue datengin lo sama Farrel itu, biar lo bisa nyari alesan buat pergi dari Farrel, gue tau kok, lo kesel kan waktu liat Farrel di kasih kado sama fans nya kan?, udah gue bisa jaga rahasia kok, walaupun gue play boy tapi kan lo temen gue."

"He'em, makasih ya kev" menunduk.

"Iya, lo kalo mau curhat panggil gue aja, nih permen buat lo" memberi permen berwarna-warni.

"Eh, kapan lo beli?" Rachel heran.

"Lo pikir Cuma Farrel yang banyak fans hah?, gue juga nggak kalah banyak oy, yodah gue pergi ya, bye" melambaikan tangan lalu pergi.

Aku menuju kelas ku, sambil memakan permen yang di berikan oleh Kevin.

"Heh, Leona tuh!" melihat Leona dari kejauhan, lalu menyusul-nya

-bersambung-

Still With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang