Kembali lagi dengan saya guys, ada yang kangen???? Pura-pura kangen aja, cieee dapat notif lagi.
Sebenernya sih bukan author sok rajin up terus, tapi ya gitu. Yadongnya suka balik, jadi suka nulis cerita ini. So lansung aja, nggak usah basa-basi lagi.
Happy Reading
"Dia---" Darco mematung saat melihat seorang pria yang tengah tertatih-tatih dari jalannya, bahunya terlihat merosot ke bawah dengan pandangan kepala yang menunduk. Suara bising kendaraan di sampingnya sama sekali tidak menggangu pendengaran lelaki itu, tapi dari semua kelusuhan itu Darco melihatnya dengan mulut terbuka lebar, seringai lebar terbit di sudut bibirnya.
"Aku menemukanmu Little Lion," ucap Darco mantap.
*****
"Ahhhh," ringis Krist sambil menyentuh kepalanya, rasanya sakit dan serasa memutar-mutar. Krist berusaha menyesuaikan pencahayaan sekitarnya, setelah yakin semuanya baik-baik saja lelaki manis itu melihat sekeliling.
Barang-barang mahal tertata rapi di sepanjang rak dan dinding, karpet besar yang bermotif mewah juga tergelar ditengah ruangan. Lampu besar terdapat di atas langit-langit kamar itu, ruangan ini terlihat asing di mata Krist.
"Di mana aku?" Batin Krist bertanya, dia tidak tau dia bertanya dengan siapa. Tapi pertanyaan tanpa jawaban itu spontan saja terbayang di kepalanya, denyut nyeri juga masih bisa di rasakan.
"Kau sudah bangun?"
Sontak Krist langsung melihat ke sumber suara. Seorang pria tinggi, tampan, badan kekar dengan kulit putih mulus bersih berdiri tiga langkah di depannya. Bersedekap dada tanpa menggunakan atasan, hanya celana kain panjang yang melapisi kulit putih mulus lelaki itu.
Krist mengkerutkan keningnya bingung, dia tidak kenal dengan lelaki di depannya ini. Kenapa dia bisa berada seruangan dengannya, seingatnya dia tidak pernah bertemu lelaki ini.
"Siapa kau?" Tanya Krist yang tidak bisa membendung pertanyaannya lagi, rasa ingin tau terus terngiang-ngiang di kepalanya membuat dia semakin ingin tau siapakah lelaki di depannya itu.
"Ha ha ha, pertanyaan yang kutunggu." Lelaki itu berjalan mendekat ke arah Krist, bau maskulin mulai tercium di indra pembau Krist, membuat lelaki itu mulai kehilangan kesadaran diri.
Entah sejak kapan pastinya, tapi dia mulai menyukai badan indah lelaki di depannya. Otot-otot perut serta tangan terlihat begitu seksi di mata Krist, benar-benar gila. Krist pasti sudah gila, bagaimana mungkin dia sange hanya karena melihat wajah lelaki tanpa atasan.
"Perkenalan aku Darco, suamimu."
"HAA?"
*****
Aisyah menatap sengit ke arah lelaki di depannya, tangan serta kakinya terikat menyilang di atas ranjang. Mulutnya juga terselip gang ball hingga dia tidak bisa berteriak bebas, baju serta pakaian yang melekat di tubuhnya sudah hilang sendari tadi. Yang kini keadaannya sedang bugil tanpa sehelai benang pun.
Entah minuman apa yang diberikan Singto padanya tadi, tapi setelah meneguk sedikit minuman itu. Aisyah sudah tidak sadarkan diri seperti ini, dan jangan lupakan alat seks toy yang berserakkan di atas meja serta lantai.
"Emmeh emmoh." Aisyah berusah berkata walau tidak bisa, tolong enyahkan gang ball sialan yang melekat pada mulutnya. Dia ingin sekali menguliti Singto karena berani membuat tubuhnya seperti ini, permainan seks hard adalah sesuatu yang paling Aisyah benci. Dia tidak tahan sakit dan nyilu, tapi lelaki yang berstatus tunangannya itu begitu suka dengan jeritan kesakitan. Seolah itu adalah nyanyian merdu yang enak di dengar, dia pasti sudah gila kala itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maniak Seks
RandomKrist Hidup di Kota metropolitan yang begitu besar begini memang sulit, apalagi dengan keadaanku yang bisa dibilang begitu menyedihkan. Di awal kedatanganku ke Kota besar ini saja aku sudah menggalami ke sialan, bertemu pria mabuk yang sialnya begit...