6

5.7K 118 6
                                    

Happy Reading

Hy guys wk wk kk, gue back. Setelah berfikir singkat gue memutuskan untuk back aja, kasian Krist semalam masih tersiksa, gairahnya masih di uji. Kan nggak mungkin dia selama-lamanya dalam posisi kekbgitu terus kan? So author memutuskan untuk melanjutkannya saja wk wk wk wk.
Nah buat bara Reader, woy sinder gue bacok lo pada. //Masih mode galak.

Author Pov

Aisyah menyesap cairan hitam beraroma harum di tangannya, matanya masih menatap datar ke arah sepasang suami istri di depannya.

"Ada apa ke sini Tan?" tanya Aisyah membuka pembicaraan.

Ya, kedua suami istri itu adalah orang tua Singto. Mereka terkadang memang sering mampir ke rumahnya, entah untuk sekedar tanya-tanya atau mencoba dekat dengan Aisyah. Yahh singkatnya, orang gila mana yang tidak mau dekat dengan wanita kaya sepertinya? Jawabnya tidak ada, tentu saja semuanya ingin dekat.

Tentu saja, satu kata bangkrut dari Aisyah bisa membuat mereka menjadi gelandangan nantinya. Jadi, saat wanita cantik di depannya ini meminta bertunangan dengan anaknya Singto, mereka langsung mengiyakan saja. Padahal kedua orang tuanya tau, kalau anaknya Singto sama sekali tidak normal.

"Kami hanya ingin tau bagaimana hubungan kalian saja. Apakah Singto baik padamu?" tanya Mama Singto penasaran.

"Emm entahlah," ucap Aisyah tidak yakin, wanita manis itu sesekali menyerap cairan hitam ditangannya. "Dia tidak pernah menggangapku sebagai tunangannya, dia selalu tidak pulang, dan dia juga sering mengabaikanku. Apakah jika seperti itu bisa dianggap baik padaku?" tanya Aisyah sambil kembali meminum cairan hitam itu.

Kedua manusia di depannya menegang seketika. Mereka bahkan tampak gelisah duduk disana, matanya yang tadinya cerah bahagia sekarang terlihat cemas.

Yah bagaimana lagi, Aisyah suka saat orang bergerak gelisah akan dirinya. Dia menyukai hal itu, dia suka saat perkataannya membuat orang ketakutan. Lihat saja Singto, berani mengabaikannya? Maka lihat saja apa yang akan Aisyah lakukan, bahkan cara kotor sekalipun akan dia lakukan kalau hal itu bisa membuat Singto bertekuk lutut padanya.

"Emm, maaf kan anak kami nak. Dia terkadang memang seperti itu, kami akan menegurnya lagi besok." Papa Singto berusaha menjelaskan.

Aisyah menganguk-angukkan kepalanya seolah paham. "Baiklah, terserah kalian. Lakukan lah," ucap Aisyah seolah tidak perduli.

"Baiklah nak, emm kami pulang dulu hari juga sudah semakin sore."

"Baiklah," balas Aisyah lagi.

Kedua orang tua Singto keluar dari rumah Aisyah dengan kegelisahan yang tercetak jelas di wajahnya. Sangat menyenangkan melakukan ini, membuat orang ketakutan memang semenyenangkan itu.

"Baiklah Singto, mari kita lihat. Sejauh mana kau bisa bertahan dengan sifat menyebalkanmu itu," ucap Aisyah dengan senyum miring yang tercetak jelas di bibir tipisnya.

.
.
.

Krist memejamkan matanya lama, tidak. Dia bisa gila sekarang, serangan bertubi tubi dari Singto menghilangkan akal sehatnya, dia tidak bisa berfikir jernih sekarang.

"Tolong, tuan. Lepaskan saya," ucap Krist dengan sisa sisa kewarasan yang dia punya.

"Kau tau manis," ucap Singto seksual sambil meraba badan Krist menggunakan tangan lentiknya. "Kau tidak akan kemana mana sebelum aku puas," lanjutnya lagi. "Kau harusnya sadar itu dari pertama kali aku menarikmu kesini."

Lelaki manis itu merinding saat tangan Singto meraba ke setiap jengkal tubuhnya, seolah dia bisa melakukan apapun pada tubuh kecil Krist. Dan Krist rasanya benar-benar ingin menagis karena tidak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak kerja sama.

Maniak SeksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang