Happy Reading
Back, aku back lagi dengan segala kecerahannya. Masih ada yang penasaran? Atau sudah ada tambahan yang mampir? Sinder gue tampol lo pada //Mode galak diaktifkan.
Author pov
Krist menggigit bibirnya tipisnya geram, sudah dari tadi dan laki-laki di belakangnya sama sekali tidak menggalihkan pandangannya darinya. Entah apa yang menarik dari tubuhnya, tapi Singto begitu fokus dan tidak bosan melakukan hal gila itu. Dan jangan lupakan senyum mesum yang tercetak jelas di bibir tipis lelaki itu, sial hanya dengan melihat itu saja Krist sudah gemas ingin melenyapkan lelaki itu.
"Kita mau kemana tuan?" tanya Krist yang entah sudah keberapa kalinya sejak mereka menaiki kendaraan beroda empat milik Singto itu. Sepertinya kesabaran Krist sudah menipis, dan mahluk di belakangnya semakin mengujinya dengan tatapan intens itu.
"Aku ingin ke Apertemen." Singto tersenyum miring saat Krist menghembuskan nafasnya kasar. Sangat menyenangkan mengusili lelaki manis itu, rasanya candu dan membuat bahagia.
"Kenapa tidak bilang dari tadi kalau dia ingin ke sana, dasar lelaki berengsek. Sial," gumam Krist menggerutu. Dia benar-benar kesal sekarang. Rasanya dia bisa saja melenyapkan Singto hanya dengan tatapan. Ah, kenapa dia bisa berurusan lagi dengan lelaki berengsek seperti Singto ini. Jika bukan karena gajinya mahal, Krist pasti sudah dari tadi menggundurkan diri.
"Kau bilang apa?" tanya Singto sengaja. Suka saat Krist menatapnya geram, wajahnya terlihat menggemaskan. Dan Singto rasanya ingin melahap wajah itu untuknya sendiri.
"Tidak ada tuan," ucap Krist dengan senyum yang terlihat dipaksakan. Sekuat tenaga lelaki manis itu berusaha menarik sedikit ujung bibirnya, agar setidaknya sedikit terciptakan senyuman kecil walau terpaksa.
.
.
.Setelah sekitar 10 menit diperjalanan, mobil hitam milik Singto berhenti di Apertemen pribadi miliknya.
"Harusnya dia bilang dari tadi. Jadi aku tidak perlu memutari jalan Thailand dari tadi," ucap Krist sambil mengeram kesal. Ingin sekali dia memaki Singto dengan keras, menyalurkan perasaan marah yang dari tadi terus memuncak di kepalanya.
"Apa yang kau lakukan, ayo ikut aku."
Krist mengerakkan kepalanya ke arah Singto, lelaki itu menatap Krist intens.
"Sialan," maki Krist dan keluar dari mobil. Lalu berjalan ke arah Sungto berada, mengikuti kemana langkah kaki itu berjalan.
Mereka menaiki lift dan bergerak menuju lantai 7, lantai tertinggi di gedung pecakar langit itu. Setelah pintu lift terbuka, Singto langsung keluar dan berjalan ke arah tempatnya.
Seketika Krist membulatkan matanya kagum, Apertemen ini--- gila, luar biasa--- kotor. Astaga apakah yang tinggal di sini babi? Kenapa sangat kotor, kontrakkan kumuh miliknya bahkan lebih bersih dari ini.
Bungkus makanan ringan serta kaleng bir berserakkan di lantai, plastik-plastik tidak berguna juga berserakkan, banyak barang yang tergeletak tidak pada tempatnya. Ya Tuhan, apakah Apertemen ini baru saja mengalami gempa bumi? Kenapa sekotor ini?
Karena tidak tahan melihat ruangan yang kotor, Krist dengan insiatif langsung memunguti sampah yang berserakkan dan memasukkannya ke dalam kantong plastik besar. Membuang semua sampah tidak berguna itu ditempat sampah, dan meletakkan barang-barang yang masih di pakai di tempat seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maniak Seks
RandomKrist Hidup di Kota metropolitan yang begitu besar begini memang sulit, apalagi dengan keadaanku yang bisa dibilang begitu menyedihkan. Di awal kedatanganku ke Kota besar ini saja aku sudah menggalami ke sialan, bertemu pria mabuk yang sialnya begit...