3

9.2K 152 13
                                    

Happy Reading

Siapa nih yang masih bertahan? Ada orang? Clek, bunyi sepatu kuda. Malah gaje, dahlah.

"Lepaskan aku brengsek. Apa yang kau lakukan?" teriak Krist memberontak.

Seakan tuli, Singto terus saja menarik tangan Krist agar ikut dengannya. Tidak memperdulikan teriakkan memekakkan telinga yang dikeluarkan oleh laki-laki cantik di belakangnya, seakan teriakkan itu adalah nyanyian merdu yang iya sukai.

Krist yang melihat Singto begitu tentu saja semakin kesal. Dia saja tidak menggenal lelaki ini, bisa-bisanya dia berlaku seenaknya begitu saja. Dan lagi--- Yak, kenapa menggengam tangannya begitu kuat? Krist bahkan yakin kalau tangannya pasti lecet karena laki-laki brengsek di depannya ini, Sialan memang.

"Masuk," ucap Singto datar saat mereka sudah ada di parkiran hotel. Di depannya terdapat sebuah mobil mewah berwarna hitam.

"Tidak mau, siapa kau memerintahkanku. Dasar laki-laki gila, lepaskan aku sekarang." Tekan Krist geram. Apalagi saat melihat muka tidak bersalah Singto, Krist ingin sekali melempar batu ke kepalanya itu.

"Menyusahkan," gumam Singto pelan. Lalu tanpa perasaan, Singto langsung saja memaksa Krist untuk masuk ke dalam mobilnya. Perlawanan dan pemberontakkan Krist seakan tidak ada apa-apanya dibandingkan tenaga Singto.

Saat melihat gelagat Krist yang akan keluar dari mobil, Singto mencondongkan badannya dan berhadapan langsung dengan muka Krist.

"Aku benar-benar akan menciummu hingga kehabisan nafas kalau kau memberontak lagi," ucap Singto datar. Sepertinya laki-laki tampan itu sudah mulai lelah dengan segala tinggkah laku Krist yang menyebalkan.

"Sia---"

"Aku serius." Potong Singto sebelum Krist selesai bicara.

Krist menatap muka Singto yang begitu dekat dengannya. Dia juga bisa melihat dari mata Singto, kalau dia sungguh-sungguh dengan perkataannya barusan.

"Bajingan sialan," maki Krist dan mengalihkan pandangannya.

Seperti yang di duga, laki-laki manis itu tidak akan berani melawannya. Setelah melihat kalau Krist tidak lagi memberontak, Singto menutup pintu mobil. Lalu memutari dan masuk ke kursi kemudi.

"Bercanda. Memangnya kau pikir aku takut," ucap Krist senang dan langsung keluar dari mobil Singto. Lalu berlari menjauh, meninggalkan Singto sendiri di dalam mobil.

Singto yang melihat Krist berlari terdiam sesaat, tidak lama senyum miring terbit di bibir seksinya.

"Aaaa, sangat menggemaskan. Dia sepertinya ingin bermain-main denganku," ucap Singto pelan. "Baiklah manis, akan aku terima permainanmu." Lanjutnya lagi dan melaju meninggalkan hotel itu, melewati jalan raya yang padat oleh kendaran.

.
.
.

Krist yang tadinya bersembunyi di dekat bunga besar mulai keluar. Sepertinya laki-laki berengsek itu sudah pergi. Jadi sekarang, dia bisa menggambil tas nya dan pergi dari sini. Di daerah sini memang mengerikan, Krist tidak akan sanggup kalau bertemu laki-laki bajingan tadi lagi.

Setelah menggambil kopernya, Krist berjalan disepanjang letaran toko. Dia akan mencari kost murah untuk tinggal, lalu dia akan mencari pekerjaan. Tentu saja sangat sulit mencari rumah kontrakkan murah di kota yang begitu besar ini, apalagi Krist bukan tipe orang yang ramah tamah untuk bertanya.

Tapi akhirnya Krist menemukan kontrakkan yang murah, walau kecil dan kusam. Setidaknya rumah itu sedikit berguna untuknya, untuk sementara dia akan tinggal di sini dulu. Nanti kalau keadaan perekonomiannya sudah membaik, dia akan mencari kontrakkan yang sedikit layak.

Maniak SeksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang