17

2.8K 51 23
                                    

Hy guys, ehm padahal gue dah lupa banget sama ini cerita. Tapi btw baseway busway dan semuanya yang tentang Wey si emaknya cerita ini chat gue, astgaufirullah gue sampek di chat karena nggak up up. Kan daku lupa, ehm berhubung sudah inget daku di paksa menyelesaikannya sampek nikah. Padahal Singto bukan jodoh dia, tapi dia menyeleweng dari garis takdir. Daku bisa apalah, di paksa daku.

Daku yang cantik dan tidak bersalah ini cuma menurutinya saja ||nagis deres sambil jerit-jerit.

Okehlah, males ngetik ngebacot lagi. Langsung aja ya.

Happy Reading

Aisyah duduk di meja makan sambil memakan sarapan paginya. Entah sudah keberapa kalinya dia membuang nafasnya kasar, nafsu makannya juga ikut hilang. Sial, sepertinya dia juga mulai mual. Entah ada salah apa dengan pencernaannya, tapi akhir-akhir ini napsu makannya hilang dan perutnya juga sering kali mulas tidak jelas. Benar-benar membuat repot, dia jadi susah ingin bergerak atau melakukan rutinitas seperti biasanya.

Bak

Suara batingan dokumen putih membuat fokus Aisyah pecah, dia mendongkakkan kepalanya dan mendapati raut wajah datar Singto. Keningnya berkerut, dokumen apa lagi ini?

"Apa?" tanya Aisyah ingin tau, tangannya mengabil dokumen tersebut dan membolak balikkannya. Sama sekali belum ada niatan untuk membuka.

"Buka," ucap Singto datar. Lalu duduk di sebrang meja, menyantap sarapan paginya dengan selembar roti dan segelas susu putih.

Walau bingung Aisyah tetap menuruti perintah Singto, dia membuka dokumen yang baru saja di berikan oleh Tunangannya itu. Dan saat dia membaca sederet kata di keras itu, matanya melotot. Apa-apaan ini.

"Apa ini?" Jerit Aisyah kaget.

"Surat pendaftaran pernikahan kita," jawab Singto datar. Sama sekali tidak perduli dengan emosi Aisyah yang semakin hari semakin aneh itu. Entah lah, Singto sendiri tidak tau apa yang terjadi pada wanita itu. Tapi hari demi hari kelakuannya bikin orang pusing saja, dia bahkan kadang suka mengoda dulu.

"Kenapa ini sudah ada di sini? Bukankah kita menikah masih 3 bulan lagi?" tanya Asiyah tidak habis pikir. Kepalanya pusing sekarang, kelakuan Singto yang begini membuka kepalanya seperti mau meledak.

Senyum miring terbit di bibir Singti. "Tanda tangan saja, kau tidak mau kan bayi kita lahir sebelum kita menikah?"

Ucapan Singto bagai tersambar petir di siang bolong, matanya melotot dengan mulut mengaga. Apa dia bilang? Anak kita? Siapa yang---- tunggu jangan bilang dia--- sialan. Maki Aisyah kesal, ini semua pasti ulah Singto, dia yakin akan hal itu.

"Kau---" Aisyah tidak bisa melanjutkan kata-katanya, tangannya memijit dahinya pening. Bagaimana bisa dia menikah secepat ini, oh Tuhan tidak. Dia memang mencintai Singto, sangat malah. Dia juga sangat ingin menikahi lelaki itu, tapi tidak dengan begini caranya. Bagaimana bisa dia menikah secepat ini, besok? Tolong lah ini tidak masuk akal, bagaimana mungkin besok dia sudah menikah.

Menjadi istri orang, oh Tuhan dia yakin hidupnya tidak akan bebas lagi kalau sudah menikah dengan Singto. Bukannya dia tidak suka terikat dengan lelaki itu, tapi memikirkan dia terpenjarat di istana emas ini membuat kepalanya sakit.

"Bukankah besok itu terlalu cepat Sing?" tanya Aisyah, dia akan mencoba bernego dengan lelaki ini. Terlihat mustahil memang, tapi ini layak di coba. Kali saja Singto sedang dalam suasana yang bagus, dan ya--- dia akan menggabulkannya tanpa imbalan apapun.

"Menurutku semakin cepat semakin baik," jawab Singti santai. Seakan dia memang sangat ingin menikah dengan Aisyah, pada kalau di ingat dulu lelaki ini lah yang sangat membenci ikatan seperti pernikahan. Tapi kenapa sekarang dia berlagak seperti lelaki sejati, membuat Aisyah pusing saja.

"Aku tau lebih cepat itu lebih baik, tapi bukankah kita belum ada persiapan apapun? Bagaimana kalau kita siap-siap dulu dan---"

"Menurutku kita sudah lebih daru siap, tidak perlu menunda-nunda lagi kalau nantinya juga bakal menikah. Bukankah akan lebih bagus kalau menikah sekarang, jadi kita bebas melakukan apapun. Termasuk melakukan--- Olahraga Ranjang," ucap Singto dengan memelankan dua kata terakhir.

Dia tersenyum miring saat melihat wajah memerah Aisyah, sangat kenapa wanita ini sangat mengemaskan saat sedang malu begini. Kalau beginikan iman Singto jadi tergoda, dia padahal sudah berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa dia tidak akan menyentuh Aisyah lagi sampai janji pernikahan mereka terucap, tapi kalau Aisyah dalam mode menggemaskan begini bagaimana caranya? Dia tidak akan sanggup, bisa-bisa dia lepas kendali dan memasuki Aisyah di sini.

"Dasar mesum," ucap Aisyah kesal setelah bisa mengendalikan ekspresi wajahnya. Walau dia menyukai Singto tapi dia tidak boleh murahan, dia harus sedikit jual mahal.

"Tapi kau sukakan?" tanya Singto seksual, dia sengaja menatap Aisyah dengan wajah seksi, mengoda kewarasan wanita itu. Dia sadar kalau Aisyah sama sepertinya, sama-sama tidak tahan godaan. Kalau dia bisa membuat Aisyah lepas kendali, dia bisa merasakan tubuh wanita itu lagi.

Jadi dia tidak melanggar janjinya, bukan dia yang ingin menyentuh Aisyah. Tapi Aisyah sendiri yang ingin di sentuh, itu hanya bonus untuknya.

Aisyah memalingkan wajahnya, dia tidak akan tahan kalau terus menatap Singto. Baru begitu saja Aisyah sudah dapat merasakan tubuh bagian bawahnya yang berkedut minta di puaskan, ini tidak benar. Dia harus bisa menahan diri agar tidak lepas kendali, sekuat apa aura Singto tidak akan membuatnya menjadi wanita murahan karena tergoda.

Setidaknya dia harus sedikit jual mahal, jangan tergoda hanya karena wajah seksi Singto. Kalau bisa lawan lelaki itu dengan ikut memamerkan wajah mengoda, sesaat Aisyah sadar. Ya, kenapa dia tidak ikut mengoda Singto, bukankah itu baik.

Sengaja, Aisyah menarik sedikit kerah bajunya dan di keluarkan sampai ke lengan, memamerkan lekuk tulang bahu. Singto juga bisa melihat sedikit payudara kencang Aisyah yang mengembung, hanya melihat itu saja junior Singto hampir berdiri karena lupa diri.

"Fuck," maki Singto tanpa sadar saat Aisyah sengaja mengipas-ipaskan area leher dengan tahan, berpose seksi dan mengoda kewarasan Singto yang memang sangat dangkal.

Mendengar umpatan Singto membuat Aisyah tersenyum lebar, dia memang tidak tahan godaan. Tapi di banding Singto, lelaki itu jauh lebih tidak tahan. Aisyah tau adik Singto pasti sudah bangun sekarang, mengembung, mengeras dan sangat perkasa.

Mari kita lihat, sejauh mana lelaki itu akan tahan dengan godaan Aisyah. Dia akan Membuat singto tersiksa akan godaan, membuatnya frustasi karena ingin bercinta.

"Dam shit," umpat Singto lagi saat Aisyah menundukkan badannya, membuat Singto bisa melihat gundukkan pada di dada wanita itu. Seakan menantangnya untuk di remas, ini gila. Badan Singto sudah sangat panas sekarang, dia bergairah.

"Cukup," ucap Singto dengan suara berat, seolah dia sedang menahan sesuatu yang besar. Wajahnya sudah berkeringatan, tapi seakan tuli Aisyah malah makin menjadi. Dia sengaja duduk di atas meja dan menatap Singto menantang, membuat gaun selutunya makin naik ke atas. Memperlihatan paha mulus wanita itu, itu benar-benar godaan yang sangat besar bagi Singto. Dia bisa gila.

"Kau sudah tidak tahan?" tanya Aisyah dan membelai wajah Singto yang keringatan, tangan lentiknya mengusap keringat lelaki itu. Dia juga ikut mengoda Singto dengan menggigit bibirnya seksi.

Singto memajamkan mata lelah, menghembuskan nafas berat. Lalu dengan sekali gerakkan dia langsung membalikkan keadaan, kalau tadi Aisyah yang di atasnya sekarang gantian Singto. Dia menatap wanita itu dengan tatapan tajam yang lapar.

Tangan Singto menyingkirkan semua makanan di atas meja, membuat seluruh makanan itu berjatuh di lantai dan pecah berserakkan.

"Singto apa yang kau lak---"

"Diam," potong Singto langsung. Dia membaringkan tubuh Aisyah di atas meja makan, lalu mengangkat sebelah kaki Aisyah ke atas. Mengelus paha mulus wanita itu, sengaja lambat agar semakin bergairah.

"Let's go to play," bisiknya serak.

Priiit priittt, yahok pikiran elu pada pasti. Biar ibu hamil nggak lahiran, mending kita sudahin saja. Silahkan berekspetasi di pikiran kalian masing-masing, karena Author orang suci tanpa pikiran kotor jadi nggak tau kelanjutannya. So, silahkan isi sendiri okeh.

Salam Sayang
Cewe Gila

Maniak SeksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang