Hari ini semua murid baru dari Haebalagi International Art School mengikuti persiapan untuk showcase pertama mereka. Semua sedang mempersiapkan karya dan penampilan terbaik mereka. Setiap tahun sekolah ini akan mengadakan showcase untuk menampilkan bakat dari setiap cabang seni baik itu teater, tari, musik, dan sastra. Selain itu terdapat festival untuk seni rupa untuk menunjukkan karya-karya yang telah mereka siapkan.
Ryujin terpilih sebagai salah satu pengisi acara, dia akan menampilkan solo dancenya. Terpilihnya ryujin jadi pengisi acara membuat semua teman dekatnya terkagum, karena tidak semua siswa akan tampil dalam acara tersebut. Mereka harus melewati seleksi yang sangat ketat.
Setelah melihat latihan-latihan dari teman-temannya yang lain, giliran ryujin berjalan ke panggung untuk menampilkan dancenya.
Saat menampilkan dancenya, tiba-tiba saja lighting dan beberapa dekorasi yang terletak di atas ryujin jatuh menghantamnya karena lighting dan dekorasi itu ternyata belum terpasang kokoh.
Semua yang melihat kecelakaan tersebut heboh. Panggung terlihat sangat berantakan dan ryujin sudah jatuh pingsan.
Hyunjin melihat dengan jelas detail kejadian yang dialami ryujin. Walaupun di dalan ruangan tersebut dipenuhi oleh banyak orang, tapi yang benar-benar melihat kejadian tersebut hanya beberapa karena mereka juga mempersiapkan kegiatan mereka masing-masing.
Hyunjin berlari menghampiri ryujin yang sudah tak sadarkan diri. Beberapa luka terlihat akibat dari pecahan dari kaca lampu sorot yang menghantam ryujin.
"Ryujin-aaa!!!" Hyunjin menyingkirkan dekorasi dan lighting yang menghantam ryujin. Dengan sigap hyunjin berusaha menyadarkan ryujin, tapi tak ada respon dari ryujin. Hyunjin lalu membopong tubuh ryujin menuju ke ruang UKS dan ryujin pun mendapat pertolongan pertama.
Hyunjin terduduk lemas di luar ruangan, semua kejadian tadi masih terekam jelas di matanya. Semua terjadi begitu cepat. Dia megang kepalanya dan menunduk. Dia sangat khawatir terhadap keadaan ryujin.
20 menit setelah itu jinyoung datang dengan keadaan panik dan gusar. Dia melihat ke dalam ruangan dimana ryujin masih ditangani oleh dokter.
"Ryujin abeonim" kepala sekolah menghampiri jinyoung yang masih berusahan melihat keadaan ryujin lewat kaca ruangan.
Jinyoung menghela napas
"Apa yang terjadi seonsaengnim?""Kecelakaan terjadi saat ryujin sedang menampilkan dancenya di panggung. Beberapa dekorasi dan lighting di panggung terjatuh dan mengenai ryujin. Maaf karena keteledoran kami dengan atribut panggung yang masih belum kokoh" kepala sekolah membungkuk.
Jinyoung menghela napas. "Jika terjadi sesuatu pada anak saya. Saya tidak akan membiarkan" ucap jinyoung menatap kepala sekolah tajam.
"Joesonghamnida" kepala sekolah kembali membungkuk kepada jinyoung atas kejadian yang menimpa ryujin.
Jinyoung membalikkan badannya. Dia terkejut begitu melihat seorang anak laki-laki dengan wajah penuh keringat, baju yang sedikit berantakan dan ekspresi cemas, tengah menatapnya. Sungguh dia sangat mengenal anak laki-laki ini. Anak yang dia sangat rindukan.
"Hyunjin?"
Jinyoung menghampiri hyunjin yang menundukkan kepalanya begitu melihat jinyoung. Tepat di depan hyunjin, jinyoung mengamati hyunjin dari atas hingga bawah. Dia lalu memegang kedua pundak hyunjin.
Hyunjin menatap jinyoung dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Jinyoung pun begitu, dia melihat putranya yang sudah besar, gagah dan tampan membuatnya meneteskan air matanya. Sudah bertahun- tahun mereka berpisah tanpa tau kabar satu sama lain. Sudah bertahun- tahun mereka menahan rindu dan tak tau harus berbuat seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece By Piece [JINJI]
Fanfiction[On Going] 'BAAM!!' Ryujin menutup pintu itu dengan kencang. Jinyoung masuk menyusul Ryujin yang menangis di bawah selimutnya. "Ryujin-aa. Appa mianhe" Ryujin tak membalas ucapan jinyoung. "Appa tau apa yang kau rasakan, tapi kau tidak seharusnya be...