15

86 22 5
                                    

"Eonnie, sungguh aku tak mengerti, apa ahjuma itu adalah ibumu?" Tanya yuna sambil memakan donatnya.

"Siapa?" Tanya ryujin yang masih fokus dengan handphonenya.

"Ahjuma yang datang mengantarkan makanan untukmu kemarin"

Ryujin hanya diam dan masih asik membalas pesan di handphonenya.

"Kyaa eonnie!"

"Eohh dia ibuku. Tapi sudah bercerai dengan ayahku sewaktu aku kecil. Jadi anggap saja aku sudah tak punya ibu lagi"

"Uwah, aku baru tau"

"Untuk apa juga kau tau" ucap ryujin sambil memutar bola matanya.

"Kyaa ku kira ibumu meninggal" ucap yuna

"Aku sudah menganggapnya seperti itu"

"Wahh. Ada apa denganmu? Ibumu masih sehat, cantik, dan baik kenapa kau malah berpikir seperti itu. Kau harus bersyukur masih memiliki ibu yang masih hidup walaupun sudah bercerai dengan ayahmu. Masih ada wujud yang bisa kau peluk, yang masih bisa mendengarkan keluhanmu, masih bisa bermain denganmu. Tidak seperti aku yang harus kehilangan ayahku yang meninggal"

Ryujin terdiam dan melihat yuna "Mianhae. Aku tidak bermaksud begitu"

"Aniyoo, aku hanya mengingatkanmu sebelum kau menyesal" ucap yuna sambil melanjutkan makan donatnya.

Ryujin menatap yuna dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Dia kemudian berdiri dan mengacak rambut yuna sambil berkata "Kau tidak mengerti permasalahannya" lalu meninggalkan yuna di bangku taman.

"Eodigaa?? Tunggu aku" yuna pun menyusul ryujin yang sudah meninggalkannya.

♡♡♡

Jisoo menyesap kopinya dengan hati-hati. Dia kembali memikirkan kejadian kemarin. Apa yang membuat ryujin sangat membencinya. Dia bahkan tidak bisa memikirkan bagaimana membuat anak itu agar tidak membenci dirinya lagi. Dia sangat merindukan anak itu, yang selama ini tidak bertemu.

"Sedang memikirkan apa? Tampaknya sangat serius?" Seulgi datang membawa ipad ditangannya.

Jisoo hanya tersenyum dan menggeleng.

"Ryujin? Benarkan?"

Jisoo menghela napas panjang. Dia memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari temannya ini. Bagaimana mungkin seulgi bisa menebak dengan benar semua pikiran jisoo. Disaat jisoo memang sedang banyak pikiran.

"Apa lagi yang membuatmu mengerutkan kening seperti itu?" Tanya seulgi.

"Aku hanya memikirkan bagaimana cara berdamai dengan anak ini, bertemu saja dia sudah tak suka"

"Masa remaja adalah rentang yang rentan. Remaja akan mengalami perubahan hormon dan perkembangan fisik yang dapat membuatnya menjadi labil secara emosi. Sangat penting untuk orang tua seperti kita tidak bosan untuk tetap memberi perhatian pada mereka. Hmm sederhananya coba untuk menikmati serta tertarik pada siapa mereka berinteraksi dan apa yang mereka lakukan dan mencari apa yang mereka sukai" jelas seulgi.

"Aku tau mereka sangat rentan secara emosi sekarang, karena itulah aku bahkan takut untuk bertemu, takut untuk membuat mood nya rusak. Takut membuat kegiatan hariannya terganggu karena mood itu" ucap jisoo

"Kau harus berusaha agar bisa kembali seperti semula!"

"Tapi aku tak tau harus seperti apa. Mendengar ucapannya kemarin saja membuatku sedih" jisoo mebghela napas.

"Bagaimana mungkin ini akan terwujud jika kau saja sudah menyerah sebelum berperang" seulgi memutar bola matanya.

"Kau harus selalu menampakkan dirimu dihadapannya, mau dia suka atau tidak. Lama kelamaan dia akan terbiasa dengan keberadaanmu. Bahkan ketika suatu hari kau tak muncul dihadapannya, dia yang akan mencarimu" tambah seulgi.

Piece By Piece [JINJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang