Ryujin melepaskan pelukan dari jisoo. "Jika kau hanya akan menyakitiku lagi, lebih baik jangan muncul dihadapanku. Jebal" ucap ryujin sedikit memohon pada jisoo.
Jisoo terdiam seribu bahasa. Kenapa ryujin sangat membencinya, bahkan perpisahan itu bukan hanya ryujin yang tersakiti, dia jinyoung dan hyunjin pun sama-sama merasakan hal itu.
Ryujin masuk ke dalam mobil. Dia melihat jinyoung yang sedang membaca berkas di tab nya. Kemudian dia langsung duduk di samping jinyoung tanpa menyapa jinyoung seperti yang dia lakukan biasanya.
"Bagaimana sekolahmu?"
Ryujin membuang mukanya dan menatap jendela. Dia tidak berniat menanggapi pertanyaan dari jinyoung.
Melihat ryujin hanya diam tak menanggapi ucapannya. Jinyoung pun juga memilih diam. Dia tau ryujin sedang tidak ingin di ganggu, maka dari itu yang harus dia lakukan hanya menunggu hingga ryujin merasa sedikit tenang.
Sesampai di rumah, jinyoung masih memperhatikan ryujin yang masih tidak mau berbicara dengannya.
"Ryujin-aa, wae? Apa ada masalah denganmu di sekolah?" Tanya jinyoung saat melihat ryujin yang berjalan ke kamarnya.
"Eoh...hari ini adalah hari ibu. Aku selalu membenci itu"
Jinyoung terdiam.
"Aku benci ketika melihat orang lain memiliki ibu sedangkan aku tidak"
"Ryujin-aa-"
"Aku sudah muak menyadari itu"
"Seandainya appa tidak egois, mungkin aku tidak akan hidup menderita seperti sekarang"
"Aku egois?" Tanya jinyoung tak percaya. Sejak kapan dia bersifat egois pada anaknya ini. Tak pernah sedikitpun dalam benaknya untuk berikap seperti itu.
"Eoh.."
"Egois seperti apa yang kau maksud?"
"Aku memang dibesarkan oleh seorang ayah yang hebat, yang bisa menjadi ayah sekaligus ibu yang terbaik untukku walau aku tau hal itu sangat sulit untukmu, tapi aku masih membutuhkan seorang ibu" ryujin menatap jinyoung.
"Aku tau ayah masih sulit membuka diri. Maka dari itu aku berpikir, aku tidak bisa memaksakan keadaan, aku harus menunggu hingga ayah siap"
"Tapi sampai kapan? Sampai kapan aku akan menunggu? Bahkan hingga sekarang keadaan tidak pernah berubah sejak aku memikirkan hal itu"
"Ryujin-aa, appa tidak-"
Ryujin berbalik dan berjalan ke kamarnya, meninggalkan jinyoung yang masih terdiam memikirkan perkataan ryujin tadi.
♡♡♡
Jinyoung kembali ke kantornya untuk menyelesaikan pekerjaan yang mendesak. Dia bahkan melewatkan makan siang hingga matahari terbenam dia masih sibuk dengan berkas-berkas di mejanya.
'Tok tok tok'
Nayeon datang membawa setumpuk berkas dan diletakkannya di depan jinyoung.
"Bisakah kau tidak meminta informasi mendesak" ucap nayeon.
"Mian, ini sangat penting"
Nayeon mengangguk. "Lalu apa langkahmu sekarang?"
"Duduk, diam, amati. Setelah itu berkas ini akan kuberikan ke jaksa yang ku percaya" jawab jinyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece By Piece [JINJI]
Fanfiction[On Going] 'BAAM!!' Ryujin menutup pintu itu dengan kencang. Jinyoung masuk menyusul Ryujin yang menangis di bawah selimutnya. "Ryujin-aa. Appa mianhe" Ryujin tak membalas ucapan jinyoung. "Appa tau apa yang kau rasakan, tapi kau tidak seharusnya be...